
JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mencatat penurunan tipis pada perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025, setelah Bursa Malaysia kembali beroperasi usai libur panjang memperingati Hari Diwali.
Pergerakan harga yang melemah ini menandai awal pekan yang hati-hati bagi pelaku pasar komoditas, meski tren optimisme masih terasa di kalangan analis.
Kontrak pengiriman Januari 2026 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup pada level MYR 4.508 per ton, turun 0,11 persen dibandingkan penutupan akhir pekan sebelumnya. Tekanan harga tersebut tidak terlalu besar, mencerminkan pasar yang masih menimbang faktor fundamental seperti permintaan ekspor dan kondisi nilai tukar ringgit terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca JugaPurbaya Pastikan Kompensasi Energi Lebih Cepat Cair Lewat Sistem Bulanan
Kondisi pasar sawit global juga tidak lepas dari pengaruh pergerakan harga minyak nabati lainnya. Pada hari yang sama, harga minyak kedelai di Bursa Dalian, Tiongkok, tercatat turun 0,22 persen. Karena keduanya berfungsi sebagai substitusi dalam industri pangan dan energi, pergerakan harga minyak kedelai kerap memengaruhi arah harga CPO. Ketika harga minyak kedelai turun, peluang pengalihan permintaan ke CPO menjadi lebih kecil.
Permintaan Ekspor Masih Jadi Penopang Pasar
Meski harga sempat melemah, pelaku pasar menilai tekanan tersebut masih terbatas karena ekspektasi terhadap peningkatan permintaan ekspor. Berdasarkan laporan Intertek Testing Services, ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1–20 Oktober 2025 naik 3,4 persen dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya. Sementara itu, AmSpec Agri Malaysia juga mencatat kenaikan ekspor sebesar 2,5 persen untuk periode yang sama.
Kenaikan ekspor ini menunjukkan bahwa minat terhadap minyak sawit dari Malaysia tetap kuat, terutama dari pasar utama seperti India, Tiongkok, dan kawasan Timur Tengah. Momentum ini menjadi faktor penahan penurunan harga di tengah tekanan dari komoditas substitusi dan gejolak pasar global.
Selain itu, pelemahan nilai tukar ringgit terhadap dolar AS juga ikut menahan penurunan harga CPO. Pada perdagangan Selasa, ringgit melemah 0,05 persen terhadap dolar. Depresiasi mata uang lokal membuat kontrak CPO menjadi lebih murah bagi investor asing yang memegang dolar AS, sehingga dapat mendorong aktivitas beli.
CPO sendiri merupakan aset yang diperdagangkan dalam ringgit, sehingga setiap pelemahan mata uang Malaysia berpotensi meningkatkan daya tarik ekspor karena harga menjadi lebih kompetitif di pasar internasional. Kondisi ini membantu menjaga keseimbangan harga meskipun tekanan dari minyak nabati lain masih terasa.
Indikator Teknis Tunjukkan Tren Positif
Dari sisi teknikal, prospek pergerakan harga CPO dinilai masih positif. Analisis harian (daily time frame) menunjukkan bahwa harga CPO masih bertahan di zona bullish. Relative Strength Index (RSI) tercatat di angka 59, menandakan momentum beli masih lebih kuat dibanding tekanan jual karena RSI di atas 50 menunjukkan kecenderungan tren naik.
Sementara itu, Stochastic RSI berada di level 70, yang mengindikasikan area beli (long) yang cukup kuat. Dengan kombinasi dua indikator tersebut, analis memperkirakan harga CPO masih berpeluang naik dalam waktu dekat apabila sentimen positif dari ekspor dan nilai tukar ringgit terus berlanjut.
Secara teknikal, target resisten terdekat berada pada kisaran MYR 4.512–4.515 per ton. Jika harga mampu menembus level ini, potensi penguatan berikutnya bisa membawa harga ke area MYR 4.523–4.580 per ton. Sebaliknya, jika tekanan jual meningkat, harga CPO diperkirakan akan menguji area support di MYR 4.505 per ton. Penembusan di bawah level tersebut berpotensi menekan harga ke kisaran MYR 4.455–4.408 per ton.
Pasar Sawit Masih Menyimpan Peluang Kenaikan
Meski pergerakan harga CPO pada awal pekan cenderung datar, sebagian besar analis menilai pasar sawit masih memiliki prospek positif dalam jangka pendek. Kenaikan ekspor dan pelemahan ringgit menjadi dua faktor utama yang menjaga daya tahan harga di tengah tekanan eksternal dari pergerakan minyak nabati global.
Selain itu, permintaan yang stabil dari sektor industri pangan dan biodiesel juga diharapkan menjadi pendorong utama. Malaysia dan Indonesia sebagai dua produsen terbesar dunia terus mengoptimalkan ekspor serta memperkuat implementasi program biodiesel domestik, yang pada akhirnya menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan.
Dengan kombinasi faktor fundamental dan teknikal yang masih mendukung, pelaku pasar tetap optimistis bahwa harga CPO akan kembali menguat dalam beberapa sesi perdagangan ke depan. Walau penurunan tipis sempat terjadi usai libur Diwali, kondisi ini lebih mencerminkan jeda pasar sebelum melanjutkan tren positif yang sudah terbentuk sejak awal kuartal.

Mazroh Atul Jannah
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Indonesian Paradise Property Pertahankan Pendapatan Lewat Bisnis Hotel
- Rabu, 22 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Harga Emas Antam Anjlok Rp177.000, Sentuh Rp2,31 Juta
- 22 Oktober 2025
2.
3.
4.
Asing Borong Saham BCA Empat Hari, Harga Tembus Rp8.475
- 22 Oktober 2025
5.
7 Strategi Keuangan Awal Tahun Demi Tujuan Finansial 2026
- 22 Oktober 2025