
JAKARTA - Aksi beli besar-besaran oleh investor asing kembali mewarnai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Fokus utama tertuju pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dalam empat hari berturut-turut menjadi sasaran akumulasi asing dengan nilai mencapai Rp2,17 triliun. Arus dana masuk tersebut membuat harga saham BCA melonjak tajam hingga menyentuh Rp8.475 per saham, naik 7,62 persen pada penutupan perdagangan.
Kenaikan ini memperpanjang tren positif saham BCA yang sudah berlangsung sejak akhir pekan sebelumnya. Lonjakan harga tersebut mencerminkan keyakinan investor terhadap fundamental bank terbesar di Indonesia ini, terutama setelah perusahaan merilis laporan kinerja keuangan sembilan bulan pertama 2025 yang menunjukkan pertumbuhan solid.
Di tengah kondisi ekonomi global yang masih bergejolak, BCA berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp43,4 triliun, naik 5,7 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Pendapatan usaha juga meningkat 6,9 persen menjadi Rp85,2 triliun, terdiri atas pendapatan bunga sebesar Rp63,9 triliun (tumbuh 5,2 persen) dan pendapatan non-bunga Rp21,4 triliun (melonjak 12,4 persen).
Baca JugaUpdate Harga Emas Antam UBS Galeri24 Kompak Menguat Hari Ini 22 Oktober 2025
Kinerja Keuangan Solid, Efisiensi Jadi Kunci
Selain pertumbuhan pendapatan, BCA juga mencatat kenaikan laba usaha sebelum pencadangan (PPOP) sebesar 7,9 persen menjadi Rp57,3 triliun secara tahunan. Kinerja positif ini didukung oleh pengelolaan beban operasional yang efisien, dengan total beban usaha naik hanya 5 persen menjadi Rp28 triliun.
Kehati-hatian manajemen dalam membentuk pencadangan juga menjadi perhatian analis. Meskipun pencadangan meningkat, langkah tersebut dinilai sebagai strategi protektif untuk menjaga kualitas aset di tengah potensi perlambatan ekonomi.
Analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi, menilai pertumbuhan dana murah atau current account savings account (CASA) menjadi faktor utama yang menopang profitabilitas BCA.
“Dana murah (CASA) terus menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan 9,1 persen year on year, mendorong rasio CASA mencapai 83,8 persen,” tulisnya.
Meski demikian, Prasetya mencatat adanya sedikit kenaikan biaya kredit (cost of credit/CoC) menjadi 0,6 persen dari 0,5 persen pada kuartal II 2025. Namun, ia menilai hal ini masih dalam batas wajar karena mencerminkan langkah proaktif BCA dalam memperkuat cadangan terhadap risiko kredit konsumsi dan otomotif.
Analis Nilai Strategi BCA Masih Sejalan dengan Panduan
Pandangan serupa juga diungkapkan analis KB Valbury Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi, yang menilai bahwa kinerja keuangan BCA masih berada dalam jalur yang sesuai dengan panduan manajemen. Ia menyoroti kemampuan BCA dalam mempertahankan margin bunga bersih (NIM) meski di tengah tekanan biaya dana dan likuiditas perbankan.
“BCA mampu menjaga NIM di level yang kompetitif sekaligus menyalurkan kredit dengan pertumbuhan yang sehat. Ini menjadi bukti efisiensi dan kekuatan likuiditas bank,” jelas Akhmad.
Sementara itu, analis BRIDanareksa Sekuritas, Victor Stefano, menilai fokus BCA pada ekspansi kredit, optimalisasi dana murah, serta penguatan pendapatan berbasis biaya dan kualitas aset akan terus menjaga profitabilitas di tengah tren suku bunga rendah.
Ketiga analis sepakat bahwa prospek BCA hingga akhir 2025 masih menjanjikan. Mereka memperkirakan laba bersih BCA dapat mencapai Rp57 triliun sepanjang tahun ini. Dari sisi valuasi, Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi beli dengan target harga Rp9.600, KB Valbury Sekuritas menargetkan Rp11.080, dan BRIDanareksa Sekuritas bahkan memproyeksikan harga mencapai Rp11.200 per saham.
Saham BBCA Kembali Jadi Primadona di BEI
Dengan arus dana asing yang terus masuk dan kinerja keuangan yang stabil, saham BBCA kembali menjadi primadona di Bursa Efek Indonesia. Sejak awal tahun, saham perbankan berkapitalisasi besar ini menjadi salah satu kontributor utama penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Investor memandang BCA sebagai saham defensif dengan fundamental kuat, terutama karena bank ini memiliki basis dana murah terbesar di industri, kualitas aset yang baik, serta manajemen risiko yang disiplin. Kondisi ini membuat BCA relatif tahan terhadap gejolak makroekonomi dan volatilitas pasar.
Selain itu, tren penurunan suku bunga acuan yang mulai terjadi di dalam negeri menjadi sentimen tambahan bagi saham-saham sektor perbankan. Dengan likuiditas pasar yang tinggi dan biaya dana yang stabil, BCA memiliki ruang lebih luas untuk ekspansi kredit dan menjaga margin keuntungan.
Optimisme Pasar dan Prospek Jangka Panjang
Konsistensi BCA dalam menjaga kinerja positif membuat banyak investor menilai saham ini layak untuk diakumulasi dalam jangka panjang. Walaupun valuasinya relatif premium dibandingkan bank lain, stabilitas dan profitabilitas BCA menjadi alasan utama mengapa investor, baik institusional maupun ritel, terus memburunya.
Analis memperkirakan, apabila tren pembelian asing berlanjut dan laba bersih kuartal IV 2025 menunjukkan hasil yang lebih kuat, maka peluang harga saham BCA menembus level Rp9.000 hingga Rp10.000 per saham sangat terbuka.
“Dengan rasio CASA yang terus meningkat, likuiditas terjaga, dan ekspansi kredit yang berimbang, BCA tetap menjadi bank paling efisien di Indonesia,” tulis riset BRIDanareksa.
Faktor-faktor tersebut memperkuat pandangan bahwa saham BBCA masih menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari keseimbangan antara pertumbuhan stabil dan risiko rendah.
Kinerja kuat, dukungan dana asing, dan fundamental yang solid menjadikan BBCA sebagai salah satu saham paling menarik di pasar saat ini. Dengan pertumbuhan laba yang berkelanjutan, strategi manajemen risiko yang disiplin, dan optimisme terhadap kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif, saham bank swasta terbesar ini diyakini masih memiliki ruang kenaikan yang cukup besar.
Meskipun begitu, investor tetap disarankan untuk mempertimbangkan risiko dan melakukan analisis menyeluruh sebelum mengambil keputusan investasi.

Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Kemenag Segera Bentuk Ditjen Pesantren, Menunggu Persetujuan Presiden
- Rabu, 22 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Infrastruktur untuk Rakyat: Setahun Langkah Nyata Kementerian PU
- 22 Oktober 2025
2.
Rahasia Bumbu Halus Sayur Lodeh, Cita Rasa Gurih Khas Nusantara
- 22 Oktober 2025
3.
9 Seblak Paling Enak di Bandung yang Wajib Kamu Coba
- 22 Oktober 2025
4.
9 Tempat Makan Oseng Mercon Paling Pedas dan Enak di Jogja
- 22 Oktober 2025
5.
6 Resep Telur Rebus Sehat untuk Diet Kaya Nutrisi
- 22 Oktober 2025