Minggu, 07 September 2025

Bursa Asia Melemah di Tengah Ancaman Perang Dagang dan Ketidakpastian Geopolitik

Bursa Asia Melemah di Tengah Ancaman Perang Dagang dan Ketidakpastian Geopolitik
Bursa Asia Melemah di Tengah Ancaman Perang Dagang dan Ketidakpastian Geopolitik

JAKARTA - Pada hari Rabu, 19 Februari 2025, bursa saham Asia dibuka dengan melemah, memperlihatkan reaksi pasar terhadap meningkatnya ketidakpastian di tingkat global. Sentimen negatif ini dipicu oleh kekhawatiran tentang ancaman perluasan perang dagang dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik, yang tampaknya mengguncang kepercayaan investor meskipun ada kenaikan saham produsen chip yang sempat mendorong S&P 500 ke rekor tertingginya.

Menurut data yang diterbitkan oleh Bloomberg, indeks Topix di Jepang turun sebesar 0,04% menjadi 2.774,46. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya saham di sektor otomotif, termasuk raksasa otomotif Toyota Motor Corp. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga mengalami penurunan sebesar 0,28%, menurun ke level 8.457,50. Kondisi serupa juga terlihat dari kontrak berjangka di Hong Kong dan Shanghai yang menunjukkan tren penurunan.

Pergerakan pasar ini tidak terlepas dari pengumuman Presiden AS, Donald Trump, mengenai rencana pengenaan tarif baru. Trump berencana untuk menerapkan tarif impor sebesar 25% terhadap mobil, semikonduktor, dan obat-obatan. Pernyataan resminya dijadwalkan akan diumumkan pada tanggal 2 April mendatang. “Saham Jepang mendekati batas atas kisarannya, dan kemungkinan akan melemah karena investor mempertimbangkan pembicaraan tarif Presiden Trump,” jelas Kohei Onishi, ahli strategi investasi senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley. Onishi menegaskan bahwa kekhawatiran terhadap risiko tarif membuat investor enggan terlibat dalam saham otomotif saat ini, sehingga kemungkinan kecil terjadi pergerakan yang mengejutkan.

Kondisi ini mencerminkan bagaimana perang dagang ini berpotensi memperluas dampaknya, terutama setelah pengumuman awal mengenai tarif 25% pada baja dan aluminium yang mulai berlaku pada bulan Maret. Penetapan tarif baru ini adalah langkah terbaru dalam strategi perang dagang yang diinisiasi oleh pemerintahan Trump. “Saya mungkin akan memberi tahu Anda hal itu pada tanggal 2 April, tetapi angkanya akan mencapai sekitar 25%,” kata Trump kepada wartawan di klub Mar-a-Lago ketika ditanya tentang tarif otomotif. Tarif ini, jika diterapkan, berpotensi memukul beberapa sektor strategis dan memperuncing hubungan dagang antara negara-negara besar.

Dalam konteks ini, komentar Trump ini tidak hanya mempengaruhi bursa saham Asia, tetapi juga menimbulkan respons skeptis dari sebagian investor yang menganggap ini sebagai bagian dari taktik negosiasi presiden. Meski demikian, ancaman tersebut jelas menambah ketidakpastian di pasar global, terutama untuk pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan internasional. Trump juga menyebut bahwa tarif pada obat-obatan bisa mencapai 25% atau lebih, dan diproyeksikan akan meningkat secara signifikan dalam waktu satu tahun ke depan.

Di tengah ketidakpastian ini, ada suasana positif yang mencoba muncul dari China. Presiden Xi Jinping memberikan sambutan kepada para eksekutif teknologi dalam sebuah pertemuan publik yang jarang terjadi. Hal ini memunculkan harapan bahwa Beijing mungkin akan lebih fleksibel dalam memberikan kebebasan kepada sektor swasta sebagai bagian dari strategi memperkuat ekonomi domestik menghadapi perang dagang dengan AS.

Sementara itu, mantan wakil gubernur Bank of Japan, Hiroshi Nakaso, memberikan pandangan tentang kebijakan moneter Jepang. Dia menyatakan bahwa bank sentral berencana untuk menaikkan suku bunga acuan menuju 1%, dengan harapan bisa membuka peluang kenaikan suku bunga lebih lanjut tergantung pada kondisi ekonomi. Tindakan ini adalah bagian dari upaya menuju stabilisasi ekonomi di tengah tantangan eksternal.

Di sisi geopolitik, terdapat perkembangan terkait perundingan antara pejabat tinggi Amerika Serikat dan Rusia yang membahas perang di Ukraina. Putaran pertama perundingan ini membuka kemungkinan kerja sama lebih luas antara kedua negara. Walaupun fokus utama dari pertemuan ini adalah upaya damai di Ukraina, terdapat indikasi bahwa pertemuan ini dapat berperan sebagai batu loncatan menuju stabilitas yang lebih besar di tingkat global.

Secara keseluruhan, situasi pasar saat ini memperlihatkan hubungan erat antara kondisi politik internasional dengan dinamika pasar saham. Ancaman sanksi dan tarif, serta ketidakpastian geopolitik, tidak hanya menempatkan tekanan pada perusahaan multinasional dan sektor otomotif, tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi global. Di sisi lain, pertemuan dan inisiatif kerjasama internasional menunjukkan upaya diplomatik dalam meredakan ketegangan dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang ada.

Dalam waktu dekat, pasar global akan terus memantau langkah-langkah kebijakan yang dikeluarkan oleh AS serta respon dari negara-negara mitra dagang utama. Terlebih, pelaku pasar akan terus mencari tanda-tanda optimisme dari upaya diplomasi dan kebijakan internasional yang dapat membantu mengurangi tingkat ketegangan dan mengembalikan kepercayaan investor

Regan

Regan

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

KUR BCA 2025 Permudah UMKM Raih Modal

KUR BCA 2025 Permudah UMKM Raih Modal

Mudahnya Akses KUR BNI September 2025

Mudahnya Akses KUR BNI September 2025

Saldo Minimum Jadi Syarat Prioritas Bank Ternama

Saldo Minimum Jadi Syarat Prioritas Bank Ternama

Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung

Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung

Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat

Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat