JAKARTA - Transformasi digital dan penguatan bisnis ritel mendorong kinerja PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menembus pencapaian gemilang sepanjang kuartal III tahun 2025. Bank hasil merger tiga bank syariah BUMN itu berhasil mencatatkan total pembiayaan sebesar Rp300,85 triliun, atau tumbuh 12,65 persen secara tahunan (YoY). Angka tersebut jauh melampaui rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang hanya 7,7 persen (YoY) hingga September 2025.
“Posisi ini dibandingkan industri lebih baik dan secara posisi hal ini menunjukkan proses intermediasi yang juga berjalan dengan baik,” ujar Direktur Manajemen Risiko BSI, Grandhis Helmi Harumansyah, dalam paparan kinerja BSI kuartal III 2025 di Jakarta.
Kinerja cemerlang ini menunjukkan bahwa bank syariah tidak hanya mampu bertahan di tengah tekanan ekonomi global, tetapi juga berhasil menjadi motor penggerak pembiayaan inklusif nasional.
Baca Juga
Kualitas Pembiayaan Tetap Terjaga Meski Tumbuh Pesat
Pertumbuhan pembiayaan yang signifikan ini tidak membuat kualitas aset BSI menurun. Grandhis menjelaskan bahwa tingkat pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) tetap berada pada level yang terkendali. NPF bruto tercatat sebesar 1,84 persen, turun dari 1,97 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya, sementara NPF net juga menurun menjadi 0,55 persen dari 0,56 persen.
Capaian ini mencerminkan efektivitas BSI dalam menjaga keseimbangan antara ekspansi pembiayaan dan manajemen risiko yang ketat. “Kami memastikan setiap pertumbuhan pembiayaan tetap berkualitas, dengan manajemen risiko yang terukur dan prinsip syariah yang kuat,” tambah Grandhis.
BSI juga terus memperkuat penerapan prinsip kehati-hatian dan memperluas segmen pembiayaan yang berorientasi pada sektor produktif, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Segmen Ritel dan Konsumer Jadi Penopang Utama
Kontribusi terbesar terhadap total pembiayaan BSI berasal dari segmen ritel, UMKM, dan konsumer, termasuk produk pembiayaan emas, dengan total nilai mencapai Rp217,86 triliun atau sekitar 72,42 persen dari total portofolio pembiayaan. Sementara itu, segmen wholesale berkontribusi sebesar Rp82,89 triliun, atau 27,58 persen.
Grandhis menjelaskan, sekitar 75 persen portofolio pembiayaan BSI memang difokuskan pada sektor ritel dan konsumer, sedangkan 25 persen sisanya berasal dari bisnis wholesale. Strategi ini bertujuan memperkuat fondasi pembiayaan yang berkelanjutan dan merata di seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu produk yang menjadi penopang pertumbuhan signifikan adalah pembiayaan emas, yang terus mencatatkan performa luar biasa. Sejak peluncuran layanan bulion oleh pemerintah pada 26 Februari 2025, bisnis emas BSI melonjak hingga 72,82 persen (YoY) dengan total pembiayaan mencapai Rp18,76 triliun.
Rinciannya, Cicil Emas mencatat pertumbuhan hingga 106,36 persen (YoY) menjadi Rp10,32 triliun, sementara Gadai Emas naik 44,19 persen (YoY) menjadi Rp8,44 triliun.
Bisnis Emas Jadi Pendorong Inovasi Syariah
Tidak hanya pada pembiayaan, BSI juga mengembangkan layanan Tabungan Emas digital, yang mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III 2025. Saldo kelolaan Tabungan Emas mencapai 1,15 ton, dengan penjualan mencapai 1,69 ton, serta jumlah nasabah (CIF rekening emas) sudah menembus 200 ribu akun.
Lonjakan ini menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap produk keuangan berbasis aset riil seperti emas, yang sesuai dengan prinsip syariah dan menawarkan stabilitas nilai.
Menurut Grandhis, keberhasilan bisnis emas ini turut mendorong peningkatan pembiayaan di segmen konsumer yang tumbuh 15,02 persen, dengan nilai outstanding mencapai Rp167,62 triliun. Pertumbuhan tersebut menunjukkan pergeseran preferensi masyarakat ke produk berbasis syariah yang lebih aman, transparan, dan berorientasi pada kesejahteraan jangka panjang.
“Tren pembiayaan emas menunjukkan potensi besar di sektor konsumer syariah, terutama karena masyarakat kini melihat emas bukan hanya sebagai instrumen investasi, tapi juga sebagai sarana pembiayaan yang fleksibel,” jelasnya.
Sektor Produktif Jadi Prioritas Pembiayaan
Selain mendorong pertumbuhan konsumsi dan investasi emas, BSI juga menempatkan fokus pada sektor-sektor produktif. Beberapa di antaranya mencakup telekomunikasi, agrobisnis, dan transportasi, yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Keterlibatan BSI dalam pembiayaan sektor-sektor tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat peran perbankan syariah dalam mendukung pembangunan nasional berbasis ekonomi riil.
Dengan total pembiayaan yang kini menembus Rp300 triliun, BSI menegaskan komitmennya untuk terus menjadi bank syariah modern yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga pada keberlanjutan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
“Pertumbuhan pembiayaan BSI bukan hanya mencerminkan kinerja keuangan yang sehat, tetapi juga kontribusi nyata terhadap perekonomian nasional, terutama bagi pelaku usaha kecil dan sektor produktif,” pungkas Grandhis Helmi Harumansyah.
Capaian BSI hingga kuartal III 2025 menjadi bukti bahwa perbankan syariah kini mampu bersaing dan bahkan melampaui industri konvensional dalam hal pertumbuhan pembiayaan. Melalui strategi fokus pada segmen ritel, inovasi produk emas, serta dukungan terhadap sektor produktif, BSI memperkuat posisinya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia dan pilar penting dalam ekosistem keuangan nasional yang berkeadilan dan inklusif.
Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
KAI Group Perkuat Digitalisasi Pembayaran di Transportasi Publik Nasional
- Kamis, 30 Oktober 2025
Vale Indonesia Catat Pendapatan Triwulan Tiga 2025 Meningkat Signifikan
- Kamis, 30 Oktober 2025
Laba Bersih Unit Syariah Bank Permata Capai Rp748 Miliar Hingga September
- Kamis, 30 Oktober 2025
Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini 30 Oktober 2025, Harga Tiket Terjangkau dan Praktis
- Kamis, 30 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Mutuagung Fokus Kembangkan Layanan Hijau, Halal, dan Digital
- 30 Oktober 2025
2.
Harga Minyak Dunia Menguat Usai Stok AS Menyusut Tajam
- 30 Oktober 2025
3.
PLTMH Anggi I Hemat BBM Rp 6,7 Miliar per Tahun
- 30 Oktober 2025
4.
Wawali Mojokerto Ajak Warga Hemat Energi dan Sinergi Listrik
- 30 Oktober 2025
5.
PLN Umumkan Tarif Listrik Oktober 2025, Simak Rinciannya Di Sini
- 30 Oktober 2025


_bukukan_laba_bersih_rp2,72_triliun_kuartal_iii_2025.jpg)










