Minggu, 07 September 2025

BNI Tambah Alokasi Dana Buyback Saham Jadi Rp 1,5 Triliun, Ini Penjelasan Manajemen

BNI Tambah Alokasi Dana Buyback Saham Jadi Rp 1,5 Triliun, Ini Penjelasan Manajemen
BNI Tambah Alokasi Dana Buyback Saham Jadi Rp 1,5 Triliun, Ini Penjelasan Manajemen

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) (BBNI) memutuskan untuk menambah alokasi dana pembelian kembali (buyback) saham. Keputusan ini diumumkan melalui keterbukaan informasi pada Selasa, 18 Februari 2025. Sebelumnya, BNI telah mengalokasikan dana sebesar Rp 905 miliar untuk buyback saham, namun kini dana tersebut meningkat menjadi Rp 1,5 triliun.

Alokasi Dana Buyback Saham Ditingkatkan

Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, dalam keterangannya menjelaskan bahwa dana yang dialokasikan untuk buyback saham ini belum termasuk biaya transaksi yang diperkirakan sekitar 0,3 persen dari nilai transaksi buyback itu sendiri. Alokasi dana yang lebih besar ini menjadi langkah strategis bagi BNI dalam meningkatkan nilai saham di pasar serta mengurangi volatilitas harga saham yang dipengaruhi oleh sentimen pasar global dan kondisi makro ekonomi domestik yang terkadang tidak stabil.

"Nilai tersebut belum termasuk biaya transaksi buyback sekitar 0,3 persen, dari nilai transaksi buyback," ujar Okki. Menurutnya, dana ini akan berasal dari arus kas bebas (free cash flow) BNI yang sebagian besar tersimpan dalam saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024, saldo laba yang dimiliki BNI tercatat mencapai Rp 115,9 triliun.

Baca Juga

Harga Emas Hari Ini Stabil Menguat Positif

Rencana Awal dan Perubahan Jadwal RUPST

Rencana pembelian kembali saham ini sebelumnya direncanakan untuk dilaksanakan dalam waktu 12 bulan setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Namun, pada bulan Februari ini, BNI memutuskan untuk mengubah jadwal RUPST yang awalnya dijadwalkan pada 13 Maret 2025 menjadi 26 Maret 2025. Okki Rushartomo, dalam keterangannya, tidak menjelaskan alasan di balik perubahan jadwal tersebut.

"Rencana awal buyback mulanya bakal dilakukan dalam waktu paling lama 12 bulan setelah tanggal RUPST. Namun, BNI memutuskan untuk mengubah jadwal RUPST yang awalnya direncanakan pada 13 Maret 2025 menjadi 26 Maret 2025," ungkap Okki.

Meski demikian, perubahan jadwal tersebut tidak hanya dilakukan oleh BNI, tetapi juga dilakukan oleh sejumlah bank milik negara lainnya seperti BRI, Bank Mandiri, dan BTN, yang memiliki kebijakan serupa terkait dengan jadwal RUPST mereka.

Saham BNI Terkoreksi Akibat Sentimen Global

Okki menambahkan bahwa pergerakan saham BNI belakangan ini kerap mengalami tekanan akibat sentimen negatif global, khususnya terkait dengan hasil pemilu di Amerika Serikat. Kondisi ini memberikan dampak pada stabilitas pasar, yang tercermin dalam fluktuasi harga saham BNI yang terkoreksi cukup signifikan. Selain itu, ketidakpastian makro ekonomi domestik juga turut mempengaruhi kinerja pasar saham.

"Saham BBNI belakangan ini kerap tertekan akibat sentimen global, utamanya dari hasil pemilu di AS, seiring dampak kekhawatiran investor atas ketidakstabilan kondisi makro ekonomi domestik," jelas Okki. Ia juga menekankan bahwa meskipun saham BNI mengalami tekanan, kinerja fundamental perusahaan terus menunjukkan hasil yang positif dan stabil. Oleh karena itu, perusahaan ingin mengambil langkah buyback saham untuk memberikan sinyal positif kepada pasar.

Buyback Sebagai Upaya Mengurangi Tekanan di Pasar

Langkah buyback saham ini, menurut Okki, bertujuan untuk mengurangi tekanan jual di pasar saham, terutama ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak volatil. Dengan melakukan buyback saham, BNI berharap dapat memberikan dukungan pada harga saham perusahaan dan mengurangi dampak negatif dari sentimen pasar yang kurang mendukung. “Kami berencana melakukan buyback saham guna membantu mengurangi tekanan jual di pasar saat IHSG bergerak volatil,” lanjut Okki.

Langkah buyback ini juga bertujuan untuk memberi indikasi kepada para investor bahwa harga saham BNI saat ini tidak mencerminkan nilai fundamental yang sesungguhnya. Dalam hal ini, BNI ingin menunjukkan komitmennya terhadap pemegang saham dan memberikan kepercayaan lebih terhadap stabilitas serta prospek perusahaan di masa depan. "Sekaligus memberi indikasi kepada investor bahwa perusahaan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perusahaan," tambah Okki.

Rencana Pemanfaatan Saham Hasil Buyback

Saham yang dibeli kembali dalam program buyback ini nantinya akan disimpan sebagai saham treasury. Menariknya, saham tersebut akan dialihkan sebagai bagian dari program kepemilikan saham bagi pegawai, direksi, dan komisaris BNI. Program ini menjadi salah satu cara bagi BNI untuk melibatkan seluruh pihak internal perusahaan dalam pemilikan saham, sekaligus memberikan insentif kepada mereka. Rencana pengalihan saham hasil buyback ini paling lambat akan dilakukan dalam tiga tahun setelah proses buyback selesai.

"Untuk sementara, saham hasil buyback akan dialihkan sebagai program kepemilikan saham bagi pegawai, direksi, dan komisaris. Pengalihan saham tersebut paling lama tiga tahun setelah selesainya proses buyback," ujar Okki.

Peningkatan Kepercayaan Pasar dan Kinerja Fundamental BNI

Dengan alokasi dana yang lebih besar untuk buyback saham ini, BNI tidak hanya berupaya untuk mendukung harga sahamnya, tetapi juga menunjukkan kepercayaan diri perusahaan dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik. Meski banyak faktor eksternal yang memengaruhi harga saham, manajemen BNI yakin bahwa langkah ini dapat membantu memitigasi dampak negatif yang ada.

Kinerja fundamental BNI, menurut laporan terakhir, terus menunjukkan pertumbuhan yang solid. Pada kuartal ketiga 2024, BNI tercatat memperoleh laba bersih yang meningkat signifikan, didorong oleh pertumbuhan kredit yang positif dan pengelolaan biaya yang efisien. Selain itu, dengan adanya dana yang cukup besar dalam bentuk saldo laba, BNI juga memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk melakukan investasi atau mengalokasikan dana untuk berbagai keperluan strategis, termasuk buyback saham.

BNI berkomitmen untuk terus menjaga kestabilan dan pertumbuhan jangka panjang perusahaan, meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal yang sulit diprediksi. Melalui berbagai langkah strategis, termasuk buyback saham ini, BNI berharap dapat terus memberikan nilai lebih bagi pemegang saham serta menciptakan lingkungan investasi yang lebih stabil dan menguntungkan di pasar modal Indonesia.

Dengan tambahan alokasi dana sebesar Rp 1,5 triliun untuk program buyback saham, BNI semakin memperkuat komitmennya dalam menghadapi ketidakpastian pasar dan memberi sinyal positif kepada investor. Dengan melibatkan saham hasil buyback dalam program kepemilikan saham bagi pegawai dan manajemen, BNI tidak hanya fokus pada stabilitas harga saham jangka pendek tetapi juga berupaya untuk menciptakan hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan antara perusahaan dan seluruh pemangku kepentingan.

Regan

Regan

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

KUR BCA 2025 Permudah UMKM Raih Modal

KUR BCA 2025 Permudah UMKM Raih Modal

Mudahnya Akses KUR BNI September 2025

Mudahnya Akses KUR BNI September 2025

Saldo Minimum Jadi Syarat Prioritas Bank Ternama

Saldo Minimum Jadi Syarat Prioritas Bank Ternama

Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung

Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung

Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat

Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat