Sabtu, 18 Oktober 2025

Harga CPO Menguat di Tengah Tekanan Permintaan India Melemah

Harga CPO Menguat di Tengah Tekanan Permintaan India Melemah
Harga CPO Menguat di Tengah Tekanan Permintaan India Melemah

JAKARTA - Harga Crude Palm Oil (CPO) kembali menunjukkan penguatan di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) pada perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025, menandai reli dua hari berturut-turut.

Meskipun sebelumnya pasar sempat terkoreksi karena melemahnya permintaan dari India dan tekanan dari harga minyak kedelai yang lebih rendah, sentimen positif membuat harga CPO kembali naik.

Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar global yang kompleks, di mana harga CPO tidak hanya dipengaruhi oleh permintaan domestik, tetapi juga kondisi komoditas minyak nabati lain seperti soyoil yang bersaing di pasar internasional.

Baca Juga

Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Bayang Penurunan Mingguan

Pergerakan Harga Kontrak Berjangka CPO

Data BMD menunjukkan kontrak berjangka CPO untuk November 2025 naik 2 Ringgit Malaysia menjadi 4.331 Ringgit Malaysia per ton, sementara kontrak Desember 2025 relatif stabil di 4.477 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak Januari 2026 meningkat 8 Ringgit menjadi 4.520 Ringgit per ton, dan Februari 2026 terkerek 18 Ringgit menjadi 4.533 Ringgit per ton.

Harga kontrak Maret 2026 mengalami kenaikan 18 Ringgit menjadi 4.518 Ringgit per ton, sedangkan April 2026 naik 21 Ringgit menjadi 4.493 Ringgit per ton. Lonjakan ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan jangka pendek dari melemahnya permintaan, sentimen jangka menengah terhadap CPO tetap positif.

Dampak Melemahnya Permintaan India

Pasar sempat mengalami koreksi setelah kabar impor minyak sawit India mencapai titik terendah dalam empat bulan terakhir. Banyak penyuling di India beralih ke minyak kedelai yang lebih murah, sehingga permintaan terhadap CPO menurun.

Direktur Pelindung Bestari, Paramalingam Supramaniam, menekankan bahwa harga kedelai yang rendah memberi tekanan signifikan terhadap permintaan minyak sawit. “Minyak kedelai yang lebih murah cenderung menekan minat pasar terhadap CPO, terutama di pasar ekspor utama seperti India,” ujarnya.

Menurut laporan Solvent Extractors’ Association of India, impor minyak sawit India pada September 2025 turun ke level terendah sejak Mei. Sementara itu, pengiriman soyoil meningkat ke level tertinggi lebih dari tiga tahun, menandai pergeseran preferensi penyuling terhadap produk yang lebih ekonomis.

Hubungan Harga Minyak Nabati Global

Harga CPO secara global cenderung mengikuti pergerakan minyak nabati lain yang bersaing, seperti minyak kedelai. Di pasar Dalian, kontrak minyak kedelai naik 0,15%, sedangkan kontrak palm oil CPO turun 0,04%. Sementara di Chicago Board of Trade, harga minyak kedelai juga mencatat kenaikan 0,47%.

Fenomena ini menegaskan bahwa CPO bukan hanya beroperasi dalam ekosistem domestik, tetapi juga terhubung dengan pasar internasional, di mana pergerakan harga minyak nabati lain bisa langsung mempengaruhi strategi perdagangan CPO.

Para analis menyebutkan bahwa persaingan antar minyak nabati global membuat pasar CPO lebih sensitif terhadap harga kedelai dan minyak nabati lain, karena pangsa pasar internasional menjadi tolok ukur permintaan. Ketika harga kedelai lebih rendah, importir di negara seperti India cenderung beralih, sehingga menimbulkan tekanan sementara bagi CPO.

Prospek Harga CPO ke Depan

Meskipun ada tekanan dari melemahnya permintaan India, pasar CPO menunjukkan kemampuan untuk pulih dengan cepat. Reli dua hari berturut-turut menunjukkan bahwa investor dan pelaku pasar melihat potensi pemulihan harga dalam jangka menengah, terutama jika permintaan dari negara lain tetap stabil atau meningkat.

Selain itu, dinamika harga CPO juga didorong oleh faktor geopolitik dan kebijakan perdagangan internasional. Stabilitas pasokan minyak nabati lain, ketersediaan stok global, serta fluktuasi harga minyak sawit mentah menjadi faktor utama yang menentukan pergerakan harga CPO.

Para pelaku industri dan eksportir terus memantau perubahan ini agar dapat menyesuaikan strategi ekspor dan pengelolaan persediaan. Analisis pasar menunjukkan bahwa meskipun tekanan dari India cukup signifikan, harga CPO memiliki peluang untuk tetap berada pada level yang menguntungkan bagi produsen, terutama jika permintaan global tetap kuat.

Secara keseluruhan, pergerakan harga CPO pada pertengahan Oktober 2025 menegaskan bahwa meskipun permintaan India melemah, CPO tetap menunjukkan ketahanan pasar. Kenaikan tipis dalam kontrak berjangka menandakan optimisme pelaku pasar bahwa minyak sawit tetap menjadi komoditas penting dalam perdagangan minyak nabati global, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk harga kedelai, persediaan global, dan dinamika ekspor.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Saham Harita Nickel Diprediksi Terus Menguat dengan Proyek Strategis

Saham Harita Nickel Diprediksi Terus Menguat dengan Proyek Strategis

Indonesia Punya Cadangan Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia

Indonesia Punya Cadangan Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia

Kaca Apung Indonesia Bebas BMAD Dorong Ekspor ke Australia

Kaca Apung Indonesia Bebas BMAD Dorong Ekspor ke Australia

Subsektor Ekraf Kuliner, Kriya, dan Fesyen Dorong Ekspor Indonesia

Subsektor Ekraf Kuliner, Kriya, dan Fesyen Dorong Ekspor Indonesia

Indonesia dan Timor Leste Siapkan Perjanjian Perdagangan Lintas Batas

Indonesia dan Timor Leste Siapkan Perjanjian Perdagangan Lintas Batas