Sabtu, 18 Oktober 2025

Saham Harita Nickel Diprediksi Terus Menguat dengan Proyek Strategis

Saham Harita Nickel Diprediksi Terus Menguat dengan Proyek Strategis
Saham Harita Nickel Diprediksi Terus Menguat dengan Proyek Strategis

JAKARTA - Pada paruh pertama 2025, perusahaan ini berhasil mencatatkan pendapatan Rp 14,10 triliun, meningkat 10,16% dibanding periode sama tahun lalu. Pendapatan terbesar berasal dari pengolahan nikel sebesar Rp 11,09 triliun, sementara segmen penambangan menyumbang Rp 2,99 triliun.

Dengan sejumlah proyek strategis yang siap beroperasi, Harita Nickel diprediksi akan mempertahankan momentum positif hingga akhir tahun, menjadikannya salah satu saham unggulan di sektor pertambangan nikel.

Proyek Strategis dan Ekspansi Kapasitas

Baca Juga

Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Bayang Penurunan Mingguan

Harita Nickel terus memperluas kapasitasnya melalui proyek-proyek penting. Proyek PT Karunia Permai Sentosa (KPS) Tahap II dengan kapasitas 60 kiloton per tahun diperkirakan beroperasi pada akhir 2025, dilanjutkan Tahap III (65 ktpa) pada awal 2026. Pabrik kapur tohor dengan investasi US$ 70 juta telah mencapai progres 58% dan diharapkan mulai beroperasi pada kuartal IV 2025. Selain itu, konsesi pertambangan Gane Tambang Sentosa (GTS) juga akan memulai uji coba produksi pada kuartal III 2025.

Proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) juga menjadi katalis utama, dengan ekspansi kapasitas 200 kiloton yang siap beroperasi tahun ini, membantu menstabilkan produksi dan memanfaatkan margin positif, meski harga nikel global sempat bergejolak.

Keunggulan Kompetitif dan Dukungan Industri EV

Keunggulan Harita Nickel terletak pada kepemimpinan biaya, operasional yang tangguh, dan inovasi awal teknologi HPAL. Kemitraan joint venture yang kuat memungkinkan perusahaan meraih margin lebih tinggi, sekaligus memanfaatkan permintaan jangka panjang dari industri kendaraan listrik (EV).

Analis Ina Sekuritas, Arief Machrus, menilai perusahaan memiliki posisi sangat baik di 2025 berkat pertumbuhan volume dan tren industri yang mendukung. Juan Oktavianus dari Samuel Sekuritas menambahkan, semua proyek terjamin pembiayaan ekuitas, sehingga risiko eksekusi rendah dan keunggulan kompetitif tetap terjaga.

Selain itu, pendapatan tambahan dari ekspansi KPS, kontribusi tambang GTS, dan potensi penurunan biaya tunai HPAL dari pabrik kapur tohor baru diproyeksikan meningkatkan profitabilitas. Hal ini membuat saham NCKL menarik bagi investor yang mencari kombinasi pertumbuhan volume dan margin stabil.

Prospek Keuangan dan Rekomendasi Saham

Secara keseluruhan, pendapatan NCKL diperkirakan mencapai Rp 29,06 triliun di 2025, dengan laba bersih Rp 8,16 triliun. Sebagai perbandingan, pada 2024, pendapatan perusahaan tercatat Rp 26,97 triliun dengan laba bersih Rp 6,38 triliun.

Berdasarkan proyeksi ini, Arief Machrus merekomendasikan buy saham NCKL dengan target harga Rp 1.400 per saham, sementara Juan Oktavianus menetapkan target Rp 1.300 per saham. Di sisi lain, Miftahul Khaer dari Kiwoom Sekuritas lebih berhati-hati dan memberikan rekomendasi hold dengan target harga Rp 1.232 per saham. Perbedaan rekomendasi ini mencerminkan berbagai pertimbangan risiko dan peluang terkait harga nikel global, permintaan China, dan penyelesaian proyek baru.

Risiko dan Faktor yang Perlu Diwaspadai

Meskipun prospeknya positif, NCKL tidak lepas dari risiko. Harga nikel bisa melemah jika permintaan China melambat atau terjadi surplus global akibat ekspansi kapasitas di beberapa negara. Perubahan regulasi yang memengaruhi operasional juga perlu diwaspadai.

Miftahul menekankan bahwa akhir 2025 menjadi momen krusial, karena smelter dan fasilitas baru harus mulai beroperasi agar berkontribusi penuh terhadap volume penjualan nikel. Faktor penting lainnya termasuk kestabilan average selling price (ASP) nikel, keberhasilan integrasi fasilitas baru, serta permintaan impor dari China dan kebutuhan bahan baku industri EV.

Meski ada risiko, prospek NCKL tetap solid. Perusahaan memiliki kapasitas untuk menjaga margin, memanfaatkan proyek baru, dan memenuhi permintaan global. Para analis melihat bahwa saham NCKL tetap menarik, terutama bagi investor yang menilai potensi pertumbuhan jangka menengah hingga panjang di sektor pertambangan nikel dan kendaraan listrik.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga CPO Menguat di Tengah Tekanan Permintaan India Melemah

Harga CPO Menguat di Tengah Tekanan Permintaan India Melemah

Indonesia Punya Cadangan Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia

Indonesia Punya Cadangan Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia

Kaca Apung Indonesia Bebas BMAD Dorong Ekspor ke Australia

Kaca Apung Indonesia Bebas BMAD Dorong Ekspor ke Australia

Subsektor Ekraf Kuliner, Kriya, dan Fesyen Dorong Ekspor Indonesia

Subsektor Ekraf Kuliner, Kriya, dan Fesyen Dorong Ekspor Indonesia

Indonesia dan Timor Leste Siapkan Perjanjian Perdagangan Lintas Batas

Indonesia dan Timor Leste Siapkan Perjanjian Perdagangan Lintas Batas