JAKARTA - Emiten konstruksi pelat merah, PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), menurunkan alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) tahun 2025 menjadi sekitar Rp1,9 triliun dari target awal Rp2,1 triliun.
Corporate Secretary PTPP, Joko Raharjo, menegaskan bahwa langkah ini selaras dengan strategi efisiensi perseroan dan fokus pada bisnis inti konstruksi, di tengah upaya memperkuat arus kas dan memperbaiki struktur keuangan perusahaan.
“Capex tahun ini kami arahkan secara selektif untuk proyek yang berhubungan langsung dengan bisnis utama dan memiliki tingkat pengembalian yang baik,” ujar Joko saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia.
Baca JugaPenjualan Alat Kesehatan Melesat, Laba Itama Ranoraya Naik Signifikan Kuartal III 2025
Langkah efisiensi ini menjadi bagian dari manajemen risiko untuk menjaga kesehatan keuangan PTPP di tengah ketidakpastian proyek infrastruktur dan tekanan biaya operasional.
PTPP Efisiensi Capex 2025, Fokus Proyek Strategis UtamaHingga September 2025, PTPP telah mengantongi kontrak baru senilai Rp16,68 triliun. Komposisi kontrak baru menunjukkan porsi signifikan dari proyek BUMN mencapai 47%, proyek swasta sebesar 29%, dan proyek pemerintah 24%. Dari sisi segmen, kontrak terbesar berasal dari sektor gedung (20%), pertambangan (18%), power plant (16%), pelabuhan serta jalan dan jembatan masing-masing 14%.
Beberapa proyek dengan nilai kontrak terbesar antara lain:
Combined Cycle Power Plant (PLTGU) Batam-1 berkapasitas 120 MW dengan nilai Rp2,68 triliun.
Proyek New Priok East Access Phase II senilai Rp2,33 triliun.
Itacha 2 – Provision of Procurement and Construction for Haul Road senilai Rp1,93 triliun.
Tol Kataraja Fase II senilai Rp1,36 triliun.
Portofolio kontrak ini menunjukkan bahwa PTPP tetap memiliki pipeline proyek yang solid meski melakukan pemangkasan belanja modal. Fokus pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi diharapkan dapat menopang kinerja finansial perseroan hingga akhir 2025.
Proyek Strategis Jadi Prioritas Belanja Modal
Sebagian besar capex dialokasikan untuk mendukung proyek-proyek strategis yang termasuk dalam strategic business unit (SBU). Dua proyek utama yang menjadi prioritas adalah pembangunan Gedung BSI dan Menara Danareksa. Keduanya dipilih karena memiliki nilai ekonomi tinggi, relevansi jangka panjang, dan potensi pengembalian investasi yang baik.
Joko menekankan, pemilihan proyek yang masuk capex 2025 dilakukan secara selektif. “Kami memprioritaskan proyek yang langsung mendukung bisnis inti dan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap laba,” katanya. Strategi ini juga mengurangi risiko pemborosan pada proyek non-strategis dan memaksimalkan efisiensi penggunaan modal.
Tol Kataraja Seksi 1 Dorong Efisiensi Logistik
Salah satu tonggak penting dalam pengembangan jaringan infrastruktur PTPP adalah pembukaan Tol Kataraja Seksi 1 pada 9 Oktober 2025. Ruas tol ini digratiskan hingga 20 Oktober 2025 sebagai bagian dari tahap uji coba operasional.
Tol Kataraja Seksi 1 terhubung dengan Tol Prof. Dr. Sedyatmo di Jakarta Utara dan merupakan bagian awal dari jaringan tol Kataraja yang akan membentang hingga Rajeg serta terkoneksi dengan Tol Serbaraja (Serpong–Balaraja). Kehadiran ruas tol ini diharapkan menjadi alternatif baru untuk mengurai kemacetan di koridor barat Jabodetabek, khususnya jalur Jakarta–Merak.
Selain itu, tol ini memperkuat rantai pasok dan efisiensi logistik lintas provinsi, mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan, dan mempercepat pergerakan barang dari bandara ke kawasan industri. Joko menegaskan, “Dibukanya Tol Kataraja Seksi 1 menjadi tonggak baru dalam pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan bandara dengan kawasan ekonomi strategis di utara Jakarta.”
Pemangkasan capex 2025 menjadi Rp1,9 triliun merupakan bagian dari strategi efisiensi PTPP untuk fokus pada proyek strategis dengan pengembalian tinggi. Dengan kontrak baru yang mencapai Rp16,68 triliun, alokasi modal yang selektif, serta pembukaan infrastruktur penting seperti Tol Kataraja Seksi 1, PTPP berharap dapat menjaga kinerja keuangan, memperkuat arus kas, dan mendukung pertumbuhan jangka panjang di sektor konstruksi nasional.
Kalau mau, saya bisa buatkan versi lebih ringan dan naratif agar mudah dibaca oleh publik awam, tetap 800 kata, tanpa mengurangi fakta dan kutipan asli. Apakah mau dibuatkan versi itu juga?
Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
DPR Tegaskan Kualitas Layanan Haji Tetap Optimal Meski Biaya Dipangkas
- Kamis, 30 Oktober 2025
Kemenko dan BGN Mantapkan Sinergi Sukseskan Program Makan Bergizi Gratis
- Kamis, 30 Oktober 2025
Menhan Sjafrie dan David Hurley Teguhkan Persahabatan Militer Indonesia–Australia
- Kamis, 30 Oktober 2025
Bansos PKH dan BLT Rp 900 Ribu dari Pemerintah Prabowo Cair, Simak Jadwalnya
- Kamis, 30 Oktober 2025
Berita Lainnya
MIND ID Raih Subroto Award, Bukti Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan
- Kamis, 30 Oktober 2025












