JAKARTA - Fenomena cuaca ekstrem terus melanda berbagai wilayah Indonesia dengan karakter yang berbeda. Sementara sejumlah daerah bersiap menghadapi hujan deras, tiga kota besar — Palembang, Serang, dan Surabaya — justru diprediksi mengalami cuaca panas.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara di ketiga kota tersebut bisa mencapai 32 hingga 34 derajat Celsius, menjadikannya wilayah dengan suhu tertinggi di Indonesia hari ini.
Perbedaan ekstrem ini mencerminkan kompleksitas dinamika atmosfer di wilayah Indonesia yang kini berada di masa peralihan antara kemarau dan musim hujan.
Kondisi udara yang tidak stabil menyebabkan sebagian wilayah mengalami hujan deras, sementara daerah lain justru terpapar panas terik yang menyengat.
Baca Juga
Warga Diimbau Waspada dan Jaga Kondisi Tubuh
Prakirawan BMKG, Wahyu Anisa, mengingatkan masyarakat di tiga kota tersebut untuk tetap waspada terhadap dampak paparan panas, terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan dalam waktu lama.
“Terutama bagi sobat yang sedang beraktivitas di luar ruangan agar selalu menjaga stabilitas cairan tubuh dan menggunakan tabir surya,” ujar Wahyu, dilansir dari siaran resmi BMKG.
Menurutnya, paparan panas dalam waktu panjang tanpa perlindungan bisa menimbulkan dehidrasi, kelelahan, hingga heat stroke ringan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan pekerja lapangan.
Karena itu, masyarakat disarankan memperbanyak konsumsi air putih, menghindari paparan sinar matahari langsung antara pukul 10.00 hingga 15.00 WIB, serta menggunakan pakaian berbahan ringan dan berwarna terang.
Fenomena suhu tinggi yang terjadi di Palembang, Serang, dan Surabaya juga merupakan bagian dari dinamika iklim transisi menuju musim hujan. Cuaca panas umumnya muncul ketika awan hujan belum berkembang optimal, sementara udara lembap dan angin kering mendominasi lapisan bawah atmosfer.
Fenomena Atmosfer Global dan Lokal Jadi Pemicu
BMKG menjelaskan, kondisi cuaca panas di sebagian wilayah Indonesia dan hujan lebat di wilayah lain disebabkan oleh interaksi faktor atmosfer skala global dan regional.
Lembaga tersebut mencatat adanya sirkulasi siklonik di beberapa titik, seperti daratan Vietnam bagian selatan, Laut Jawa Utara Jawa Timur, Laut Sulawesi, dan Laut Filipina bagian timur.
Pola ini membentuk daerah pelambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memicu pembentukan awan hujan di wilayah tertentu, namun menahan aliran udara lembap di wilayah lainnya — termasuk Palembang, Serang, dan Surabaya.
Selain itu, BMKG juga mengamati adanya konfluensi atau pertemuan angin yang memanjang dari Teluk Thailand hingga pesisir selatan Vietnam, melintasi Kalimantan Barat dan Laut Sulawesi.
Daerah pertemuan angin ini turut berperan menciptakan ketidakstabilan atmosfer di sebagian besar kawasan Indonesia.
Tidak hanya itu, daerah konvergensi lain juga terdeteksi memanjang dari perairan utara hingga timur Aceh, Riau hingga Kepulauan Riau, Lampung hingga Sumatera Selatan, Laut Jawa Utara, Jawa Tengah, hingga Selat Karimata.
Kombinasi pola angin ini memperkuat pembentukan awan di sebagian wilayah, tetapi juga menciptakan zona tekanan tinggi di wilayah lain yang berdampak pada peningkatan suhu permukaan.
“Fenomena tersebut menunjukkan bahwa atmosfer Indonesia saat ini sedang sangat aktif dan dinamis,” tulis BMKG dalam keterangan resminya.
Perbedaan kondisi udara ini menjelaskan mengapa pada waktu bersamaan, beberapa wilayah bisa mengalami hujan deras, sementara lainnya dilanda panas terik.
Sebagian Wilayah Masih Diguyur Hujan Lebat
Meski cuaca panas melanda sebagian wilayah, BMKG tetap mengingatkan potensi hujan sedang hingga lebat yang bisa terjadi di berbagai daerah Indonesia.
Wilayah yang diperkirakan mengalami intensitas hujan tinggi antara lain Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku Utara, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Dalam prakiraan cuaca harian, BMKG juga memetakan kondisi di sejumlah kota besar. Di Pulau Sumatera, cuaca berawan tebal diprediksi terjadi di Banda Aceh dan Padang, hujan ringan di Medan, Pangkal Pinang, dan Jambi, serta hujan disertai petir di Bengkulu dan Bandar Lampung.
Sementara Palembang, meski berada di wilayah Sumatera, justru diprakirakan berawan tanpa hujan, dengan suhu tertinggi mencapai 34°C.
Di Pulau Jawa, cuaca panas di Serang dan Surabaya terjadi bersamaan dengan potensi hujan ringan hingga sedang di Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang.
Fenomena ini memperlihatkan betapa beragamnya pola cuaca antarwilayah, dipengaruhi oleh kondisi topografi, kelembapan udara, dan arah angin regional.
BMKG menekankan bahwa informasi cuaca yang disampaikan merupakan gambaran umum dan dapat berubah sewaktu-waktu seiring dinamika atmosfer yang cepat. Karena itu, masyarakat diimbau selalu memperbarui informasi melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web, aplikasi InfoBMKG, atau media sosial lembaga tersebut.
Keseimbangan Cuaca: Dari Panas ke Hujan
Fenomena panas di Palembang, Serang, dan Surabaya diprediksi tidak akan berlangsung lama. BMKG memperkirakan suhu tinggi ini akan mereda secara bertahap seiring meningkatnya pertumbuhan awan hujan di wilayah barat dan tengah Indonesia dalam beberapa hari mendatang.
Kondisi atmosfer yang saat ini menunjukkan konvergensi dan konfluensi aktif merupakan tanda bahwa musim hujan sedang mendekat.
Meski demikian, fase peralihan seperti ini memang kerap memunculkan cuaca ekstrem yang beragam — dari hari yang sangat panas hingga hujan deras dalam waktu berdekatan.
BMKG menilai, fenomena ini adalah bagian dari siklus tahunan normal di wilayah tropis, namun masyarakat tetap perlu waspada. Panas ekstrem dan hujan lebat memiliki potensi risiko yang berbeda, baik terhadap kesehatan, transportasi, maupun infrastruktur.
Tetap Siaga dalam Cuaca yang Tidak Menentu
Dengan cuaca yang semakin sulit diprediksi, kewaspadaan menjadi kunci utama dalam menghadapi perubahan iklim di Indonesia.
BMKG menegaskan, masyarakat diharapkan tidak hanya memperhatikan potensi hujan, tetapi juga memperhatikan ancaman cuaca panas yang bisa berdampak pada kesehatan dan aktivitas harian.
Perbedaan kondisi cuaca antarwilayah — dari panas ekstrem hingga hujan deras — menjadi bukti nyata bahwa atmosfer Indonesia tengah berada pada fase aktif.
Fenomena ini sekaligus menandakan pentingnya pemantauan cuaca harian untuk mengantisipasi potensi gangguan aktivitas masyarakat maupun sektor ekonomi.
Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Telkomsel Perluas Transformasi Digital Pelanggan Lewat Kolaborasi Global WanderJoy
- Rabu, 29 Oktober 2025
Pertumbuhan Kuat BLOG Dorong Laba dan Ekspansi Geografis Kuartal III/2025
- Rabu, 29 Oktober 2025
DGWG Catat Pertumbuhan Positif Berkat Ekosistem Agribisnis Terintegrasi
- Rabu, 29 Oktober 2025
Jadwal KA Bandara YIA 29 Oktober 2025, Cek Rute Lengkap dan Cara Pesan Tiket
- Rabu, 29 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Kementerian ESDM dan PLN Terangi 112 Rumah Warga Minahasa
- 29 Oktober 2025
3.
Pengamat: KAI Tak Mampu Tanggung Beban Proyek Whoosh
- 29 Oktober 2025
4.
Banjir Semarang Ganggu Jalur Kereta, KAI Ubah Rute KA Brantas
- 29 Oktober 2025













