
JAKARTA - Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil langkah tegas dengan menutup 106 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau unit dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinyatakan tidak sesuai standar operasional (SOP). Penutupan ini menyusul terjadinya kejadian luar biasa (KLB) berupa keracunan massal yang dialami siswa dan guru setelah menyantap MBG beberapa waktu lalu.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan, “Sekarang itu ada 106 yang dihentikan operasionalnya, baru 12 yang kami rilis.” Keputusan ini diambil untuk memastikan keamanan pangan dan kesehatan para penerima manfaat program MBG, sekaligus menegakkan standar kualitas layanan yang menjadi tanggung jawab BGN.
Langkah penutupan dapur MBG ini menunjukkan keseriusan BGN dalam menindak pelanggaran SOP, sekaligus memperkuat pengawasan terhadap program yang menyasar jutaan siswa di seluruh Indonesia.
Baca JugaTahun Pertama Pemerintahan Prabowo Bebas Kasus Sengketa Tanah
Kolaborasi dengan Kemenkes dan Pemantauan Data Keracunan
Selain menutup dapur MBG yang bermasalah, BGN bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memperbarui dan memverifikasi data keracunan MBG. Data ini kini dapat dipantau secara publik melalui laman resmi BGN, sehingga transparansi program tetap terjaga.
Dadan menambahkan, kolaborasi lintas lembaga ini penting untuk memastikan setiap insiden keracunan dapat segera ditangani, sekaligus mencegah kejadian serupa terulang. Upaya ini mencerminkan perhatian BGN terhadap keselamatan pangan sekaligus pemenuhan gizi bagi anak-anak sekolah dan tenaga pengajar.
“Data yang diperbarui bisa dipantau secara real-time, sehingga setiap laporan keracunan dapat langsung ditindaklanjuti,” ujar Dadan.
Pergeseran Target Penerima MBG
Selain penutupan dapur, BGN juga melakukan penyesuaian target penerima manfaat MBG. Sebelumnya, program ini menargetkan tercapainya 82,9 juta penerima hingga akhir tahun 2025, namun kini ditunda hingga Februari 2026. Pergeseran ini disebabkan oleh kendala distribusi dan verifikasi penerima di lapangan.
“Kita usahakan. Ya selambat-lambatnya Februari lah. Tapi kita yakin kita masih bisa kejar, tergantung intensitas gangguan yang terjadi,” jelas Dadan. Ia menambahkan, gangguan ini tidak hanya terjadi di darat, tetapi juga di udara, yang mempengaruhi sistem verifikasi penerima MBG.
Meskipun ada kendala, BGN tetap optimistis target penerima manfaat MBG sebesar 82,9 juta dapat tercapai, sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjamin pemenuhan gizi bagi seluruh siswa dan guru.
Upaya Penanganan Darurat dan Keamanan Pangan
Dadan menekankan bahwa penutupan dapur MBG dan penyesuaian target adalah bagian dari upaya penanganan darurat. Setiap unit yang ditutup akan dievaluasi kembali, dan hanya dapur yang memenuhi SOP yang akan diizinkan beroperasi.
“Karena sekarang tidak hanya di darat, di udara pun kita sudah mulai diganggu. Ada hal yang harus kita atasi darurat dan sebagainya, termasuk udara. Kan ketika sistem kita diganggu, otomatis untuk verifikasi pun terganggu,” paparnya.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga kualitas layanan MBG sekaligus meningkatkan keamanan pangan. Dengan pengawasan yang lebih ketat, BGN berharap kejadian keracunan massal dapat dicegah, dan program MBG dapat berjalan dengan aman, lancar, dan bermanfaat bagi seluruh penerima manfaat.

Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Produk Unitlink Zurich Life Tunjukkan Potensi Tumbuh Berkelanjutan
- Selasa, 21 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Penurunan Target SBN Tak Goyahkan Investasi DPLK Aman
- 21 Oktober 2025
2.
3.
Waktu Hampir Habis, Ini Keuntungan Investasi ORI028 2025
- 21 Oktober 2025
4.
Lapor Pak Purbaya: Kanal WA Resmi Aduan Pajak-Bea Cukai
- 21 Oktober 2025
5.
Harga Emas Perhiasan Hari Ini Naik, Cek Daerahmu Sekarang!
- 21 Oktober 2025