
JAKARTA - Kekhawatiran konsumen terhadap anjloknya harga jual kembali mobil listrik bekas mendorong PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) memperluas strategi bisnisnya. Produsen mobil asal Korea Selatan ini kini resmi merambah pasar jual-beli mobil bekas, termasuk kendaraan listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV), dengan menghadirkan layanan inspeksi dan sertifikasi kendaraan yang ketat.
Langkah ini menjadi salah satu cara Hyundai untuk menjaga kepercayaan konsumen sekaligus meminimalisasi depresiasi harga jual kembali pada kendaraan listrik.
Seperti diketahui, performa baterai dan kondisi teknologi menjadi faktor penentu utama yang sering kali membuat harga mobil listrik bekas turun drastis dibandingkan mobil konvensional.
Baca Juga
Strategi Hyundai Atasi Keraguan Konsumen Mobil Listrik Bekas
Membeli mobil bekas, terutama mobil listrik, kerap menjadi dilema tersendiri bagi konsumen. Beragam kekhawatiran muncul, mulai dari kondisi kendaraan, riwayat penggunaan, hingga jaminan garansi jangka panjang. Kondisi baterai yang menjadi komponen vital juga kerap membuat konsumen ragu karena berdampak besar pada performa dan nilai jual kembali.
Melihat hal ini, Hyundai menghadirkan layanan Hyundai Solusi Mobilitas (HSM) sebagai jawaban atas isu tersebut. Melalui HSM, Hyundai memperkenalkan program inspeksi dan sertifikasi kendaraan bekas, baik untuk mobil listrik maupun kendaraan konvensional.
Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia, Fransiscus Soerjopranoto, menegaskan bahwa setiap unit mobil bekas yang dijual melalui HSM telah melalui proses seleksi yang sangat ketat.
“Seluruh unit melalui proses inspeksi menyeluruh, perbaikan jika ditemukan kerusakan, hingga proses detailing agar tampil prima kembali. HSM menghadirkan garansi resmi Hyundai yang masih berlaku di tangan kedua, sehingga konsumen dapat merasakan ketenangan layaknya membeli mobil baru,” ujar Frans dalam keterangannya.
Garansi dan SoH Baterai Jadi Nilai Jual Tambahan
Salah satu cara Hyundai menjaga resale value mobil listrik adalah dengan memastikan performa baterai berada dalam kondisi optimal. General Manager Hyundai Solusi Mobilitas (HSM), Wahyu Seto, menyebut salah satu model yang ditawarkan dalam program ini adalah Hyundai Ioniq 5, yang menjadi salah satu EV unggulan mereka.
“Bagaimana tidak, setiap unit Ioniq 5 di HSM dipastikan memiliki State of Health (SoH) baterai 95–100%, sehingga konsumen dapat merasa aman sekaligus yakin terhadap performa kendaraan listrik yang dimilikinya dan garansi yang masih berlaku di tangan kedua,” imbuh Wahyu.
Dengan jaminan kondisi baterai tersebut, Hyundai berharap kepercayaan masyarakat terhadap pasar mobil listrik bekas dapat meningkat. Konsumen tidak lagi harus khawatir akan performa baterai, sekaligus memiliki jaminan garansi pabrikan meskipun membeli mobil dalam kondisi pre-owned.
Ekosistem EV Hyundai Diperkuat Infrastruktur dan Ragam Model
Program mobil bekas bersertifikat Hyundai tidak hanya mencakup Ioniq 5, tetapi juga berbagai model lainnya, termasuk Stargazer, Creta, Palisade, Kona, hingga Ioniq 6. Pilihan model yang beragam ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak segmen konsumen, baik yang mencari mobil listrik maupun kendaraan konvensional dengan kondisi terjamin.
Selain itu, Hyundai terus memperkuat ekosistem kendaraan listriknya di Indonesia. Hingga saat ini, perusahaan telah membangun lebih dari 600 titik stasiun pengisian daya (charging station) di seluruh Indonesia, di luar fasilitas charging yang tersedia di jaringan dealer resmi Hyundai. Infrastruktur yang luas ini menjadi pondasi penting untuk mendukung perkembangan pasar mobil listrik, termasuk pasar mobil bekasnya.
Depresiasi Harga Ioniq 5 Jadi Sorotan
Salah satu tantangan terbesar dalam pasar mobil listrik bekas adalah penurunan nilai jual yang signifikan dalam beberapa tahun pertama. Sebagai contoh, berdasarkan data harga resmi Hyundai, Ioniq 5 dijual mulai dari Rp738,3 juta (OTR Jakarta) per Oktober 2025.
Namun, jika melihat platform jual-beli mobil bekas OLX, harga Ioniq 5 lansiran tahun 2023 berada di kisaran Rp435 jutaan. Artinya, dalam kurun dua tahun saja, harga jual kembali turun sekitar Rp300 juta.
Kondisi ini membuat banyak calon pembeli mobil listrik berpikir ulang sebelum bertransaksi, terutama untuk unit bekas. Di sisi lain, depresiasi harga tersebut juga dapat membuat pasar mobil listrik bekas sulit berkembang jika tidak ada intervensi dan jaminan dari produsen.
Layanan Sertifikasi Jadi Kunci Menjaga Resale Value
Dengan kehadiran program Hyundai Solusi Mobilitas (HSM), Hyundai berharap dapat memberikan keamanan dan kepercayaan lebih kepada konsumen, sekaligus menekan penurunan harga jual kembali. Sertifikasi kendaraan bekas dengan standar pabrikan, termasuk pengecekan baterai, riwayat servis, dan garansi resmi, menjadi faktor pembeda utama dibandingkan jual-beli mobil bekas konvensional.
Strategi ini juga membuka peluang baru bagi Hyundai untuk memperluas pasar dan menarik konsumen yang ingin memiliki mobil listrik dengan harga lebih terjangkau, tetapi tetap ingin mendapatkan kualitas dan jaminan layaknya mobil baru.
Hyundai menilai, dengan dukungan infrastruktur yang terus berkembang, serta ekosistem mobil listrik yang semakin matang, pasar mobil listrik bekas akan menjadi segmen penting dalam industri otomotif Indonesia di tahun-tahun mendatang.

Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
KAI Properti Tilik PJL untuk Dukung Keselamatan dan Apresiasi Petugas
- Kamis, 16 Oktober 2025
Jadwal dan Harga Kapal Pelni Rute Manokwari ke Sorong 16 Oktober 2025
- Kamis, 16 Oktober 2025
Terpopuler
1.
7 Makanan Mengandung Gluten yang Sering Tak Disadari
- 16 Oktober 2025
2.
7 Makanan yang Dapat Merusak Usus, Sering Dikonsumsi
- 16 Oktober 2025
3.
Cara Mudah Buat Stiker WhatsApp di Android dan iPhone
- 16 Oktober 2025
4.
BYD Atto 1 Resmi Masuk Indonesia, Siap Kirim Oktober 2025
- 16 Oktober 2025
5.
TVS Apache RTX 300 Hadir Lengkapi Segmen Motor Adventure
- 16 Oktober 2025