Senin, 20 Oktober 2025

IHSG Menguat, Investor Bersiap Tunggu Kebijakan Suku Bunga BI

IHSG Menguat, Investor Bersiap Tunggu Kebijakan Suku Bunga BI
IHSG Menguat, Investor Bersiap Tunggu Kebijakan Suku Bunga BI

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka pekan perdagangan Senin, 20 Oktober 2025 dengan penguatan yang cukup signifikan. 

Pada sesi pagi, IHSG naik sebesar 79,12 poin atau 1,00 persen ke posisi 7.994,78. Tak hanya itu, indeks LQ45, yang merupakan kumpulan 45 saham unggulan di BEI, juga ikut melaju dengan kenaikan 11,35 poin atau 1,47 persen ke level 783,69.

Penguatan ini datang di tengah sikap hati-hati para pelaku pasar yang masih menerapkan strategi “wait and see” sambil menunggu hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada pekan ini. 

Baca Juga

Harga Emas Antam UBS di Pegadaian Stabil Hari Ini

Keputusan kebijakan suku bunga BI diprediksi menjadi momen penting yang akan menentukan arah pergerakan pasar ke depan.

Peluang Rebound IHSG dan Level Support yang Wajib Diwaspadai

Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, mengungkapkan dalam kajiannya bahwa IHSG masih berpotensi untuk menguji level support di kisaran 7.725 hingga 7.780 dalam pekan ini.

Menurutnya, jika IHSG berhasil bertahan dan kembali menembus angka psikologis 8.000, maka peluang untuk rebound atau penguatan lebih lanjut akan semakin terbuka lebar.

“Fokus utama pasar saat ini adalah keputusan BI Rate. Jika BI menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen, maka sentimen positif dari kebijakan tersebut akan mendorong IHSG naik lebih tinggi,” ungkap Ratna Lim.

Selain itu, pelaku pasar juga menanti data penting dari dalam negeri berupa pertumbuhan kredit pada bulan September 2025 dan data M2 Money Supply yang akan dirilis secara berurutan pada Rabu, 22 Oktober 2025 dan Kamis, 23 Oktober 2025.

Data-data ini dianggap krusial untuk menilai kondisi likuiditas dan daya beli masyarakat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Investor Fokus Pada Keputusan Suku Bunga BI dan Data Ekonomi Domestik

Keputusan BI dalam menentukan kebijakan suku bunga acuan menjadi sangat penting karena dapat mempengaruhi biaya pinjaman, daya beli masyarakat, dan arus modal di pasar modal. 

Konsensus pasar memperkirakan bahwa BI akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin, dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen, sebagai langkah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih.

Meskipun demikian, pelaku pasar tetap berhati-hati karena dampak penurunan suku bunga biasanya baru terasa dalam jangka menengah hingga panjang. 

Oleh karena itu, investor cenderung menunggu sinyal lebih konkret yang dapat dilihat dari data pertumbuhan kredit dan M2 Money Supply, yang menggambarkan ketersediaan uang beredar di masyarakat.

Kondisi ini menyebabkan aktivitas perdagangan cenderung didominasi oleh para investor institusi yang mempertimbangkan strategi jangka menengah, sementara investor ritel lebih memilih mengamati pergerakan pasar sebelum mengambil keputusan besar.

Pengaruh Perang Dagang AS-China dan Ketidakpastian Global

Selain dinamika domestik, kondisi pasar global juga sangat mempengaruhi pergerakan IHSG. Saat ini, pemerintah Amerika Serikat masih dalam kondisi shutdown yang menyebabkan tertundanya rilis sejumlah data ekonomi resmi dari pemerintah AS. 

Situasi ini menambah ketidakpastian di pasar global dan membuat investor lebih bergantung pada data sektor swasta yang biasanya memiliki keterbatasan cakupan.

Namun, harapan muncul setelah pernyataan Menteri Keuangan AS yang menyebutkan rencana dialog dengan mitra dagang utamanya, China. 

Ditambah lagi, Presiden Donald Trump mengonfirmasi kemungkinan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir Oktober 2025, yang dapat mengurangi ketegangan perang dagang antara kedua negara.

Harapan bahwa tarif tambahan impor sebesar 100 persen dari AS ke China yang semula dijadwalkan mulai 1 November 2025 mungkin akan dibatalkan atau ditunda, memberikan sentimen positif ke pasar global, termasuk bursa saham Indonesia.

Kondisi Bursa Saham Global dan Pengaruhnya pada Pasar Indonesia

Data perdagangan di bursa global akhir pekan lalu menunjukkan kondisi yang beragam. 

Bursa saham Eropa mengalami tekanan dan penurunan cukup signifikan, dengan indeks Euro Stoxx 50 turun 0,79 persen, FTSE 100 Inggris melemah 0,86 persen, indeks DAX Jerman jatuh 1,82 persen, dan indeks CAC Prancis turun 0,18 persen. Penurunan ini dipengaruhi oleh ketidakpastian terkait ekonomi Eropa dan dampak dari perang dagang global.

Sebaliknya, bursa saham di Wall Street, AS, menunjukkan penguatan yang cukup solid pada hari yang sama. Indeks S&P 500 naik 0,53 persen ke 6.664,79, indeks Nasdaq bertambah 0,65 persen ke 24.817,95, dan Dow Jones menguat 0,52 persen ke posisi 46.190,61. 

Penguatan ini didorong oleh optimisme pasar terhadap kemungkinan meredanya ketegangan perang dagang dan potensi stimulus fiskal.

Kondisi positif ini menjadi salah satu faktor pendorong bagi IHSG untuk menguat pada pembukaan pekan ini, sejalan dengan ekspektasi pasar terhadap sentimen global.

Bursa Regional Asia: Variasi Kinerja Indeks Saham

Di kawasan Asia, pergerakan bursa saham juga menunjukkan dinamika yang beragam. Indeks Nikkei Jepang mencatatkan penguatan signifikan sebesar 1.365,74 poin atau 2,82 persen ke level 48.927,00 pada perdagangan Senin, 20 Oktober 2025 pagi. 

Bursa saham Shanghai di China juga naik 23,79 poin atau 0,63 persen ke posisi 3.863,78, sementara indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 581,15 poin atau 2,28 persen ke level 25.833,55.

Namun, indeks Strait Times Singapura mengalami penurunan 27,27 poin atau 0,63 persen ke level 4.328,35, menunjukkan adanya tekanan di pasar tersebut yang kemungkinan dipicu oleh faktor regional dan sentimen pasar.

Perbedaan performa di berbagai bursa Asia ini mencerminkan masih adanya ketidakpastian di tingkat regional yang juga mempengaruhi pola investasi investor di Indonesia.

Pasar Indonesia Tetap Optimis Meski Hati-hati

Meski pasar modal Indonesia menunjukkan penguatan di awal pekan, investor tetap waspada dengan berbagai faktor ketidakpastian, terutama keputusan kebijakan suku bunga BI yang menjadi sentimen utama.

Penurunan suku bunga yang diharapkan dapat memberikan stimulus bagi perekonomian domestik, sementara data ekonomi penting yang akan dirilis pekan ini menjadi indikator kunci bagi arah pasar selanjutnya.

Selain itu, faktor global seperti perkembangan perang dagang AS-China dan kondisi ekonomi dunia juga tetap menjadi perhatian utama yang bisa memengaruhi sentimen pasar secara signifikan.

Secara keseluruhan, IHSG masih menunjukkan potensi penguatan dengan peluang rebound jika berhasil menembus level psikologis 8.000. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan mengingat berbagai faktor risiko yang membayangi pasar.

Investor disarankan untuk terus memantau perkembangan data dan kebijakan secara cermat guna mengambil keputusan investasi yang tepat dalam kondisi pasar yang dinamis dan penuh tantangan.

Sutomo

Sutomo

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Dana Pemda Mengendap Rp233 Triliun, Tito Ungkap Sembilan Alasan

Dana Pemda Mengendap Rp233 Triliun, Tito Ungkap Sembilan Alasan

Harga Emas Antam Naik, Pegadaian Semarang Tetap Stabil

Harga Emas Antam Naik, Pegadaian Semarang Tetap Stabil

Kristalin Gaet Investasi Dubai, Dorong Blockchain Syariah Tambang Emas

Kristalin Gaet Investasi Dubai, Dorong Blockchain Syariah Tambang Emas

Investasi Domestik Pecah Rekor, Motor Baru Ekonomi Nasional

Investasi Domestik Pecah Rekor, Motor Baru Ekonomi Nasional

IHSG Turun, Asing Diam-Diam Borong Saham CASA Jumbo

IHSG Turun, Asing Diam-Diam Borong Saham CASA Jumbo