Harga Bitcoin Tembus Seratus Dua Puluh Ribu Siap Pecahkan Rekor
- Jumat, 03 Oktober 2025

JAKARTA - Bitcoin kembali mencuri perhatian pasar kripto global setelah harga aset digital ini menembus level US$120.000 untuk pertama kalinya sejak mencetak rekor tujuh pekan lalu.
Kenaikan ini terjadi di tengah spekulasi bahwa kemungkinan penutupan (shutdown) pemerintahan Amerika Serikat (AS) akan mendorong investor beralih ke aset lindung nilai. Data Bloomberg per Jumat, 3 Oktober 2025 mencatat Bitcoin menguat 2% ke level US$120.163, melanjutkan tren kenaikan enam hari berturut-turut dan melonjak sekitar 10% sejak Jumat pekan sebelumnya.
Rekor harga tertinggi Bitcoin masih tercatat di level US$124.514, yang diraih pada 14 Agustus lalu. Lonjakan harga ini menandai momen penting bagi pasar, karena Bitcoin dianggap sebagai “emas digital” oleh sebagian investor yang melihatnya sebagai aset lindung nilai saat terjadi ketidakpastian makroekonomi. Selain Bitcoin, sejumlah altcoin juga menunjukkan reli signifikan.
Baca JugaObligasi Berkelanjutan Indonesia 2025 Catat Penurunan Signifikan
Solana naik 5,7%, Litecoin menguat 6,7%, dan Dogecoin bertambah 4,7%. Saham terkait kripto pun ikut terdongkrak, termasuk Coinbase Global Inc. yang melonjak 7,8%, Strategy Inc. yang menguat 3,5%, serta penambang kripto MARA Holdings Inc. naik 2,1%.
Sentimen positif terhadap Bitcoin sebagian dipicu oleh masuknya dana besar melalui ETF kripto, yang menurut Karim Dandashy, trader OTC di Flowdesk, mencapai US$1,5 miliar sepanjang pekan ini. “Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, tema makro tampak berpengaruh terhadap Bitcoin, yang mencatat arus masuk ETF senilai US$1,5 miliar sepanjang pekan ini, dan terlihat mencoba mengejar reli besar emas dalam beberapa pekan terakhir,” kata Karim kepada Bloomberg.
David Lawant, Head of Research di FalconX, menambahkan bahwa struktur pasar Bitcoin telah menunggu momentum “breakout” selama berbulan-bulan. Lawant menjelaskan, order book spot menunjukkan tekanan jual yang konsisten tanpa penurunan harga signifikan, yang menandakan adanya penyerapan pasar lebih kuat daripada apatisme investor. “Itulah dinamika pegas terkompresi. Ketika tekanan pasokan di atas mulai menipis, reli bisa muncul tajam dan beruntun. Situasi inilah yang mungkin terjadi di pasar saat ini,” ujar Lawant.
Sejarah juga menunjukkan bahwa Oktober sering menjadi bulan yang positif bagi Bitcoin, sebuah fenomena yang dikenal sebagai “Uptober.” Ryan Watkins, Co-founder Syncracy Capital, menyoroti tren historis ini, di mana token digital tersebut mencatat kenaikan dalam sembilan dari sepuluh Oktober terakhir. “September secara historis merupakan bulan terlemah bagi Bitcoin, sementara kuartal IV justru yang terkuat. Walaupun saya bukan pendukung besar teori musiman, terkadang hal ini bisa menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya,” jelas Watkins.
Fenomena kenaikan Bitcoin juga berdampak pada pasar emas, yang sempat terkoreksi dari rekor tertingginya pada perdagangan Kamis (2/10/2025). Perpindahan dana investor ke aset digital dianggap sebagai salah satu faktor pengaruh volatilitas emas. Banyak analis menilai bahwa investor mulai memandang Bitcoin sebagai alternatif investasi selain logam mulia, terutama di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi di AS.
Momentum ini juga mendorong investor institusi untuk lebih aktif. Arus masuk dana besar melalui ETF dan perdagangan OTC menandakan tingkat partisipasi institusi yang semakin meningkat, memperkuat likuiditas dan potensi volatilitas di pasar. Dengan arus masuk tersebut, analis menilai bahwa Bitcoin berpeluang menembus rekor tertingginya kembali, meskipun volatilitas tetap menjadi risiko utama bagi investor ritel maupun institusi.
Kenaikan harga Bitcoin kini menjadi sorotan media keuangan global, terutama karena bertepatan dengan potensi shutdown pemerintah AS, ketidakpastian ekonomi makro, dan tren historis Uptober. Investor di Asia, Eropa, dan Amerika Utara memantau perkembangan ini dengan cermat, mengingat dampaknya terhadap strategi portofolio dan diversifikasi aset.
Selain Bitcoin, reli altcoin menunjukkan adanya sentimen optimistis yang lebih luas di pasar kripto. Lonjakan harga Solana, Litecoin, dan Dogecoin menunjukkan bahwa investor mulai menilai potensi pertumbuhan berbagai token selain Bitcoin. Sementara itu, saham perusahaan yang berkaitan dengan kripto juga ikut terdongkrak, menandakan integrasi pasar aset digital dan sektor tradisional semakin kuat.
Dengan dinamika ini, banyak analis memperkirakan bahwa Bitcoin memiliki peluang untuk kembali mendekati atau menembus All Time High (ATH) di level US$124.514, asalkan sentimen makro dan permintaan pasar tetap kuat. Namun, volatilitas yang tinggi tetap menjadi tantangan bagi investor yang mengandalkan strategi jangka pendek.
Kenaikan Bitcoin ke level US$120.000 juga menjadi indikator bahwa pasar kripto semakin matang dan mampu menanggapi sentimen global. Momen ini diharapkan membuka peluang bagi investor baru dan lama untuk mengevaluasi strategi investasi mereka, memanfaatkan volatilitas sebagai kesempatan, sekaligus memahami risiko yang melekat pada aset digital.
Secara keseluruhan, reli Bitcoin dan altcoin mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek jangka menengah hingga panjang. Sentimen makro, arus masuk dana besar, serta tren Uptober menjadi katalis utama yang mendorong aset digital ini semakin diminati, sementara investor tetap harus waspada terhadap fluktuasi harga yang cepat dan tajam.

Mazroh Atul Jannah
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Mendagri Dorong Penguatan PPDS Melalui Kerja Sama RSUD
- 03 Oktober 2025
2.
Modernisasi Armada Laut TNI AL Jadi Warisan Prabowo
- 03 Oktober 2025
3.
Bus Jakarta Heritage Resmi Beroperasi, Jelajah Sejarah Kota
- 03 Oktober 2025
4.
KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat992, Kapal Markas Multifungsi TNI
- 03 Oktober 2025
5.
Pemerintah Gelar Diskon Transportasi Nataru 2026, Daya Beli Naik
- 03 Oktober 2025