IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Indonesia Jadi 4,9 Persen

Kamis, 16 Oktober 2025 | 09:30:40 WIB
IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Indonesia Jadi 4,9 Persen

JAKARTA - Indonesia kembali mendapat sorotan positif dari dunia internasional. Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional menjadi 4,9% untuk tahun 2025 dan 2026, lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya. 

Peningkatan ini menandakan optimisme global terhadap ketahanan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian yang masih menghantui perekonomian dunia.

Dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2025, IMF menuliskan bahwa kenaikan proyeksi didasarkan pada perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal, termasuk komponen pendapatan dan pengeluaran pemerintah. 

“Proyeksi staf IMF didasarkan pada anggaran terbaru, dengan melakukan ekstrapolasi menggunakan PDB nominal yang diproyeksikan (dan komponen-komponennya sesuai kebutuhan) serta penerapan pertimbangan untuk mencerminkan kebijakan pengeluaran dan pendapatan pemerintah dalam jangka menengah,” tulis IMF.

Sebelumnya, dalam laporan Juli 2025, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berada di level 4,8% untuk 2025 dan 2026. Revisi naik sebesar 0,1 poin ini dinilai cukup berarti karena terjadi di tengah tren perlambatan ekonomi global.

Apresiasi Internasional untuk Reformasi Ekonomi

IMF juga menegaskan bahwa Indonesia dianggap sebagai “bright spot” di tengah pelemahan ekonomi dunia. Sejumlah faktor dinilai menjadi penopang, mulai dari reformasi kelembagaan, kebijakan fiskal yang disiplin, hingga langkah konkret pemerintah dalam hilirisasi sumber daya alam.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, apresiasi IMF tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam pertemuan virtual yang digelar beberapa waktu lalu. “IMF mengapresiasi keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam menjaga pertumbuhan ekonomi tinggi di tengah ketidakpastian global,” ujar Purbaya.

IMF menilai kebijakan pemerintah Indonesia, seperti pembentukan dana abadi (sovereign wealth fund), penguatan peran generasi muda dalam perekonomian, serta upaya menjaga stabilitas sosial, telah berhasil meredam keresahan publik sekaligus memperkuat kepercayaan pasar.

Fondasi Ekonomi Dinilai Resilien

Dalam unggahan di akun Instagram @menkeuri pada Minggu (13/10), Purbaya menegaskan bahwa Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Menurutnya, disiplin fiskal yang konsisten, keberadaan sektor swasta yang adaptif, serta daya tahan perekonomian menjadi kunci mengapa Indonesia dipandang memiliki prospek cerah.

“Indonesia dinilai resilien dan berpeluang besar mencapai pertumbuhan tinggi. Fundamental ekonomi yang kuat, disiplin fiskal yang konsisten dijaga, serta sektor swasta yang adaptif dan tangguh menjadi faktor kunci,” kata Purbaya.

Komitmen pemerintah untuk menjaga defisit APBN di bawah 3% serta rasio utang di bawah 60% terhadap PDB menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan fiskal terus diarahkan agar tetap sehat dan berkelanjutan.

Kebijakan Fiskal Pro-Pertumbuhan

Selain menjaga stabilitas fiskal, pemerintah juga terus memperkuat peran sektor swasta melalui berbagai insentif usaha dan deregulasi kebijakan. Belanja fiskal diarahkan untuk sektor-sektor yang memiliki multiplier effect tinggi, sementara likuiditas berbunga rendah dijaga agar mendorong pertumbuhan kredit produktif.

IMF menilai kombinasi kebijakan tersebut mampu menjaga momentum ekonomi di tengah tantangan global. Tak hanya itu, pemerintah juga berkomitmen mempercepat hilirisasi sumber daya alam sebagai bagian dari transformasi struktural jangka panjang.

Dukungan Likuiditas dari Kebijakan Rp 200 Triliun

Purbaya juga menyinggung peran penempatan dana negara sebesar Rp 200 triliun berbunga rendah di bank-bank Himbara. Kebijakan ini dinilai mampu memperkuat likuiditas perbankan sekaligus menjaga arus kas negara tetap produktif.

“Base money atau uang beredar tumbuh sekitar 13% (yoy) pada September 2025, antara lain karena penempatan dana negara sebesar Rp 200 triliun berbunga rendah di bank-bank Himbara,” jelasnya.

Dengan likuiditas terjaga, sektor riil diharapkan semakin bergairah, investasi tetap mengalir, dan konsumsi masyarakat terus meningkat.

Kepercayaan Publik Jadi Kunci

Lebih jauh, Purbaya menekankan bahwa keberhasilan menjaga pertumbuhan ekonomi tidak hanya soal kebijakan teknis, tetapi juga membangun kepercayaan publik. Menurutnya, keyakinan masyarakat, terutama generasi muda, terhadap lapangan kerja dan masa depan ekonomi adalah modal penting untuk menjaga stabilitas.

“Mewujudkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan mengembalikan sentimen positif publik menjadi prioritas jangka pendek. Keyakinan publik terus dibangun, terutama generasi muda terhadap lapangan kerja dan masa depan ekonomi,” tegasnya.

Prospek Jangka Menengah

Dengan dukungan kebijakan fiskal yang disiplin, likuiditas yang terjaga, serta fundamental ekonomi yang solid, Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk terus tumbuh di atas rata-rata kawasan. Meski risiko global seperti perlambatan perdagangan dan volatilitas harga komoditas masih membayangi, optimisme dari IMF menjadi penegas bahwa arah perekonomian Indonesia cukup menjanjikan.

Revisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,8% menjadi 4,9% pada 2025 dan 2026 bukan hanya soal angka, tetapi juga sinyal kepercayaan dunia internasional terhadap kapasitas Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi sekaligus melanjutkan reformasi.

Terkini