Harga CPO Naik Didorong Ekspektasi Permintaan dan Pelemahan Ringgit

Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:00:48 WIB
Harga CPO Naik Didorong Ekspektasi Permintaan dan Pelemahan Ringgit

JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) kembali menunjukkan tren positif setelah tertekan selama tiga hari berturut-turut.

Pada perdagangan Rabu, 15 Oktober 2025, kontrak CPO di Bursa Malaysia untuk pengiriman Januari 2026 ditutup menguat di level MYR 4.474 per ton, naik 0,29% dibandingkan hari sebelumnya.

Kenaikan ini menandai titik balik setelah harga CPO sempat melemah hampir 3% dalam tiga hari terakhir. Meskipun secara mingguan harga masih mencatatkan penurunan sekitar 1,58%, sinyal pemulihan mulai terlihat.

Katalis utama penguatan harga berasal dari ekspektasi meningkatnya permintaan ekspor. Beberapa perusahaan kargo memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1–15 Oktober melonjak antara 12,3% hingga 16,2% dibandingkan paruh pertama bulan sebelumnya. 

Lonjakan ekspor ini memberi optimisme terhadap peningkatan permintaan global, terutama dari negara-negara pengimpor utama seperti India dan China yang tengah meningkatkan stok minyak nabati menjelang musim liburan.

Dampak Pelemahan Ringgit pada Daya Saing CPO

Selain faktor permintaan, pelemahan mata uang ringgit Malaysia turut mendukung penguatan harga CPO. Pada perdagangan Rabu, ringgit tercatat melemah 0,02% terhadap dolar Amerika Serikat.

Sebagai aset yang dihargai dalam ringgit, depresiasi mata uang ini membuat kontrak CPO menjadi relatif lebih murah bagi pembeli asing yang menggunakan mata uang dolar. Kondisi tersebut mendorong peningkatan transaksi ekspor karena investor luar negeri dapat memperoleh harga lebih kompetitif.

Faktor pelemahan ringgit kerap menjadi pendorong penting bagi penguatan harga CPO di pasar global. Pasalnya, daya tarik harga dalam mata uang asing sering kali menjadi alasan utama meningkatnya volume pembelian dari negara importir besar.

Dengan kombinasi pelemahan ringgit dan prospek ekspor yang lebih tinggi, sentimen positif terhadap komoditas unggulan Malaysia ini semakin kuat, meski secara teknikal pasar masih menunjukkan kehati-hatian dalam jangka pendek.

Analisis Teknis Tunjukkan Potensi Kenaikan Lanjutan

Secara teknikal, pergerakan harga CPO masih berada dalam zona bullish. Indikator Relative Strength Index (RSI) harian menunjukkan nilai 53, menandakan bahwa momentum penguatan masih cukup terjaga.

RSI di atas 50 biasanya menggambarkan kondisi pasar yang dominan dibeli, meski dalam konteks saat ini posisinya masih cenderung netral. Sementara itu, Stochastic RSI tercatat berada di level 36, yang menandakan adanya peluang pembalikan arah dari area jenuh jual.

Berdasarkan analisis pivot point, harga CPO memiliki peluang untuk menguji resisten di level MYR 4.522 per ton, yang bertepatan dengan Moving Average (MA) 5 hari. Apabila mampu menembus batas tersebut, potensi kenaikan dapat berlanjut menuju kisaran MYR 4.580 per ton.

Sebaliknya, apabila tekanan jual muncul kembali, support terdekat berada di kisaran MYR 4.446 per ton. Penurunan di bawah level tersebut berisiko menyeret harga ke MYR 4.396 per ton. Namun sejauh ini, pola pergerakan teknikal masih menunjukkan kecenderungan penguatan jangka pendek yang moderat.

Prospek Pasar CPO Masih Dipengaruhi Sentimen Global

Ke depan, pergerakan harga CPO akan sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar global, terutama dari sisi permintaan negara-negara pengimpor utama dan kebijakan ekspor dari produsen besar seperti Indonesia dan Malaysia.

Faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, perubahan harga minyak mentah dunia, serta fluktuasi nilai tukar juga akan memainkan peran penting dalam menentukan arah harga komoditas ini. Selain itu, kondisi cuaca seperti fenomena La Nina turut memengaruhi produktivitas kebun sawit, yang berdampak pada pasokan global.

Analis memperkirakan bahwa jika permintaan tetap kuat dan ringgit terus melemah, harga CPO memiliki peluang untuk mempertahankan momentum penguatan dalam jangka pendek. Namun, investor disarankan tetap waspada terhadap potensi koreksi teknikal karena volatilitas pasar yang masih tinggi.

Secara keseluruhan, kenaikan harga CPO pada pertengahan Oktober ini menunjukkan sinyal pemulihan setelah tekanan beberapa hari sebelumnya. Kombinasi faktor permintaan ekspor, pelemahan ringgit, dan prospek fundamental yang masih solid menjadi penopang utama bagi optimisme pelaku pasar terhadap komoditas andalan Asia Tenggara ini.

Terkini