Rabu, 10 September 2025

Harga Emas Anjlok Lebih dari 1 Persen Akibat Aksi Profit Taking, Ini Sebab dan Dampaknya

Harga Emas Anjlok Lebih dari 1 Persen Akibat Aksi Profit Taking, Ini Sebab dan Dampaknya
Harga Emas Anjlok Lebih dari 1 Persen Akibat Aksi Profit Taking, Ini Sebab dan Dampaknya

JAKARTA - Harga emas mengalami penurunan yang cukup signifikan lebih dari 1%. Penurunan harga emas ini terutama disebabkan oleh aksi profit taking yang dilakukan oleh para investor. Meskipun demikian, harga emas masih berada dalam jalur kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap perang dagang global, terutama setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mendorong penerapan tarif balasan.

Menurut data yang dilaporkan oleh CNBC Internasional, harga emas spot turun 1,6% mencapai USD 2.882,99 per ons. Kendati demikian, harga emas masih mencatat kenaikan mingguan sebesar 0,8%. Sebelumnya, pada tanggal 11 Februari 2025, harga emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level USD 2.942,7. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga mengalami penurunan 1,5% dan ditutup pada USD 2.900,7 per ons.

Peter Grant, Wakil Presiden dan Analis Senior Logam di Zaner Metals, menjelaskan bahwa penurunan harga emas ini lebih disebabkan oleh faktor teknikal. “Ada faktor teknikal yang berperan, yaitu kegagalan menembus rekor tertinggi harga emas menciptakan potensi pola double top, sehingga memicu aksi profit taking menjelang akhir pekan,” jelas Grant.

Meskipun mengalami penurunan, tren bullish emas tetap dianggap kuat oleh para analis. Chief Operating Officer Allegiance Gold, Alex Ebkarian, mengungkapkan bahwa meskipun harga emas turun, tren kenaikan masih kuat didorong oleh beberapa faktor penting. “Meskipun terjadi penurunan harga, tren bullish emas tetap kuat. Beberapa faktor pendorongnya meliputi kebijakan tarif, inflasi yang masih tinggi, serta melemahnya dolar AS,” ungkap Ebkarian.

Lebih lanjut, Ebkarian menjelaskan bahwa tren peralihan dari aset kertas ke emas fisik juga menjadi salah satu faktor utama yang menopang harga emas. “Selain itu, meningkatnya peralihan dari aset kertas ke emas fisik juga menjadi faktor utama yang menopang harga emas,” tambahnya.

Di sisi lain, perkembangan ekonomi di Amerika Serikat turut mempengaruhi dinamika pasar emas. Data ekonomi AS menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam penjualan ritel terbesar dalam hampir dua tahun terakhir pada bulan Januari. Ini mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2025. Meskipun demikian, pelaku pasar masih meyakini bahwa Federal Reserve (The Fed) tidak akan memangkas suku bunga hingga setidaknya September, karena tekanan inflasi di AS masih cukup tinggi. Sementara itu, penurunan klaim pengangguran menunjukkan adanya ketahanan dalam pasar tenaga kerja AS.

Selain emas, pasar logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium juga mengalami fluktuasi harga. Harga perak spot turun 0,3% menjadi USD 32,27 per ons, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak 31 Oktober 2024. Alex Ebkarian menambahkan bahwa permintaan perak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sementara pasokan semakin menurun. "Kami melihat peningkatan permintaan perak dari tahun ke tahun, sementara pasokan semakin menurun," kata Ebkarian. Beliau juga menambahkan bahwa kenaikan harga emas turut mendorong minat investor ritel terhadap perak yang lebih terjangkau.

Sementara itu, harga platinum juga mencatat penurunan 1% menjadi USD 985,04 per ons, dan harga paladium melemah 1,1% mencapai USD 982,9 per ons. Meskipun mengalami penurunan, ketiga logam tersebut masih berada dalam tren kenaikan mingguan.

Pengamat pasar menilai bahwa meskipun terjadi penurunan di pasar logam mulia, tren kenaikan secara umum tetap positif karena sentimen global, seperti ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi, terus mendorong permintaan investasi pada aset yang lebih aman seperti emas.

Dengan ketidakpastian geopolitik yang terus berlangsung dan faktor-faktor ekonomi makro lainnya, para analis menyarankan investor untuk tetap waspada dan memantau perkembangan pasar secara seksama. Volatilitas di pasar logam mulia diperkirakan tetap tinggi, mengingat kondisi pasar global yang dinamis dan kompleks.

Herman

Herman

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BNI KUR 2025: Pinjaman Usaha Ringan Hingga Rp500 Juta

BNI KUR 2025: Pinjaman Usaha Ringan Hingga Rp500 Juta

KUR Mandiri 2025: Pinjaman UMKM Bunga Rendah dan Ringan

KUR Mandiri 2025: Pinjaman UMKM Bunga Rendah dan Ringan

Tips Cicilan KPR Ideal: Maksimal Sepertiga dari Gaji

Tips Cicilan KPR Ideal: Maksimal Sepertiga dari Gaji

Investasi Emas Mikro: Solusi Menabung Cerdas untuk Generasi Muda

Investasi Emas Mikro: Solusi Menabung Cerdas untuk Generasi Muda

OJK Bakal Seragamkan Aturan Rekening Dormant di Bank

OJK Bakal Seragamkan Aturan Rekening Dormant di Bank