Rabu, 15 Oktober 2025

Sentimen Global yang Berlangsung Negatif Memicu Volatilitas pada Pergerakan SBN

Sentimen Global yang Berlangsung Negatif Memicu Volatilitas pada Pergerakan SBN
Sentimen Global yang Berlangsung Negatif Memicu Volatilitas pada Pergerakan SBN

JAKARTA - Pasar keuangan Indonesia pada hari ini mengalami dinamika yang menarik perhatian banyak investor. Surat Utang Negara (SUN) mencatatkan pergerakan harga yang bervariasi, menunjukkan adanya potensi volatilitas yang lebih signifikan seiring dengan kondisi global yang kurang kondusif. Data dari Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) menunjukkan kenaikan yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) sebesar 1 basis poin (bp) menjadi 6,60%. Sebaliknya, yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 1 bp menjadi 6,82%.

Menurut Bloomberg, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) menunjukkan penurunan sebesar 2 bp, stabil pada level 6,83%. Meskipun demikian, level ini masih sejalan dengan estimasi rentang BNI Sekuritas yang berada di kisaran 6,76% hingga 7,04%.

Sentimen Global Mempengaruhi Pasar Domestik

Indikator global saat ini mencerminkan sentimen yang cenderung negatif, terutama disebabkan oleh peningkatan yield US Treasury (UST) yang mempengaruhi minat investasi di pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Yield curve UST 5-tahun naik 3 bp menjadi 4,37%, sedangkan UST 10-tahun naik 3 bp menjadi 4,54%. Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia tetap stabil di level 76 bp. Ini menandakan bahwa risiko investasi di Indonesia relatif stabil di tengah gejolak pasar global.

Potensi Volatilitas Besar Terhadap SBN Berdenominasi Rupiah

Amir Dalimunthe, Head of Fixed Income Research di BNI Sekuritas, mengungkapkan bahwa kondisi pasar surat utang saat ini memicu potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi rupiah. "Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor yakni FR0086, FR0090, FR0094, FR0087, dan FR0091," ungkapnya dalam riset hariannya pada Rabu, 12 Februari.

Dengan banyaknya faktor eksternal yang memengaruhi kondisi pasar dalam negeri, investor dituntut untuk lebih cermat dalam memilih instrumen investasi yang tepat demi memaksimalkan pengembalian yang optimal.

Peningkatan Volume Transaksi SBN

Volume transaksi Surat Berharga Negara (SBN) secara outright pada hari Selasa, 11 Februari 2025 tercatat sebesar Rp18,7 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan volume transaksi pada hari sebelumnya yang mencapai Rp17,5 triliun. Ini menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan investor meskipun di tengah ketidakpastian pasar global.

Dua seri SUN yang paling aktif di perdagangan sekunder adalah PBS003 dan FR0103, masing-masing dengan volume transaksi sebesar Rp2,63 triliun dan Rp2,6 triliun. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,8 triliun. Hal ini menandakan bahwa meskipun pasar tengah dilanda sentimen negatif, investasi pada SBN masih menjadi pilihan yang menarik bagi para investor.

Lelang SBSN Menunjukkan Minat yang Positif

Pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang berlangsung pada hari Selasa, total penawaran masuk (incoming bids) mencapai Rp30,3 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan lelang sebelumnya yang hanya mencatatkan angka Rp20,5 triliun. Dari ketujuh seri yang ditawarkan, pemerintah memutuskan total penawaran dimenangkan (amount awarded) sesuai dengan target indikatif sebesar Rp10 triliun.

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Kondisi pasar juga terlihat dari pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Data Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah melemah sebesar 0,26%, bergerak dari posisi Rp16.358 per dolar AS pada hari Senin menjadi Rp16.384 per dolar AS pada hari Selasa. Pelemahan ini sebagian besar dipengaruhi oleh penguatan dolar AS di pasar global serta kondisi perekonomian domestik yang masih dalam proses pemulihan dari dampak pandemi.

Dalam menghadapi sentimen pasar yang negatif dan potensi volatilitas yang tinggi, investor diharapkan untuk tetap waspada dan mempertimbangkan semua variabel yang dapat mempengaruhi keputusan investasi mereka. Sebagaimana diungkapkan oleh Amir Dalimunthe, pemilihan instrumen investasi yang tepat dapat meminimalisir risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan di tengah kondisi pasar yang dinamis.

Diharapkan bahwa stabilisasi ekonomi global serta kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter akan dapat mengurangi tekanan terhadap pasar surat utang Indonesia dan meningkatkan pertumbuhan investasi di sektor ini. Sebagai negara berkembang dengan potensi pasar yang besar, Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menarik, meskipun berada dalam ketidakpastian sentimen global.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

12 Rekomendasi Merk TV LED 55 Inch Terbaik

12 Rekomendasi Merk TV LED 55 Inch Terbaik

Rekomendasi Drama Korea Terbaru Oktober 2025, Sudah Ada yang Ditonton?

Rekomendasi Drama Korea Terbaru Oktober 2025, Sudah Ada yang Ditonton?

Panduan Lengkap Spesifikasi Motor Listrik Polytron dan Harga Terbaru

Panduan Lengkap Spesifikasi Motor Listrik Polytron dan Harga Terbaru

12 Kamera Digital Canon Murah Terbaik 2025

12 Kamera Digital Canon Murah Terbaik 2025

21 Ide Bisnis untuk Mahasiswa yang Menjanjikan Cuan

21 Ide Bisnis untuk Mahasiswa yang Menjanjikan Cuan