 
                                             JAKARTA - Harga minyak dunia kembali mengalami koreksi pada perdagangan Rabu, 29 Oktober 2025 pagi waktu Indonesia, setelah sempat menguat di awal pekan. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi sanksi baru bagi Rusia serta rencana peningkatan produksi OPEC+, meski laporan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan signifikan.
Mengutip data Refinitiv pukul 10.00 WIB, harga minyak Brent tercatat turun tipis 0,14% ke level US$64,31 per barel dari sebelumnya US$64,40 per barel. Sementara harga West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,22% menjadi US$60,02 per barel dari US$60,15 per barel sehari sebelumnya.
Penurunan Stok AS Picu Lonjakan Sementara
Baca JugaPupuk Kaltim Wujudkan Produksi Soda Ash Mandiri di Indonesia
Data American Petroleum Institute (API) menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 4,02 juta barel untuk pekan yang berakhir 24 Oktober. Stok bensin turun 6,35 juta barel, sementara distilat berkurang 4,36 juta barel dibandingkan pekan sebelumnya.
Menurut catatan Haitong Securities, “penurunan stok yang lebih besar dari perkiraan memicu lonjakan harga jangka pendek,” namun dorongan tersebut cepat teredam oleh kekhawatiran geopolitik dan prospek pasokan baru.
Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova, menilai kombinasi penurunan stok dan risiko sanksi memang mendukung harga, tetapi ruang kenaikan tetap terbatas. “Kisah sanksi dan pasokan memperkuat harga, tapi sisi permintaan masih lemah dan kapasitas cadangan global masih besar,” katanya dikutip dari Reuters.
Sanksi Rusia dan Respons Pasar
Pekan lalu, harga Brent dan WTI sempat mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Juni, setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan sanksi terhadap perusahaan energi besar Rusia, termasuk Lukoil dan Rosneft, terkait konflik Ukraina.
Namun, pasar mulai meragukan efektivitas sanksi tersebut dalam menahan kelebihan pasokan, sehingga harga kembali terkoreksi 1,9% pada sesi sebelumnya.
Pemerintah Rusia menegaskan bahwa mereka tetap menawarkan energi “berkualitas tinggi dengan harga kompetitif” dan menyerahkan keputusan pembelian sepenuhnya kepada negara mitra.
Sejumlah kilang di India dilaporkan menunda pembelian baru minyak Rusia sambil menunggu arahan pemerintah, meskipun Indian Oil menyatakan akan tetap melanjutkan impor selama tidak melanggar ketentuan sanksi.
Prospek Pasokan OPEC+ dan Dampaknya
Dari sisi pasokan, empat sumber yang mengetahui diskusi internal menyebut OPEC+ tengah mempertimbangkan kenaikan produksi sebesar 137.000 barel per hari pada Desember mendatang. Langkah ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan pasokan di tengah ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi permintaan global.
CEO Saudi Aramco menyebut permintaan minyak global masih kuat, terutama dari China, bahkan sebelum sanksi diberlakukan. Namun, analis menilai tekanan utama pada harga minyak saat ini lebih banyak datang dari faktor kebijakan moneter dan hubungan geopolitik global, dibandingkan kondisi fundamental pasar energi.
Faktor Penentu Harga Minyak Minggu Ini
Memasuki paruh kedua pekan ini, pasar fokus pada beberapa indikator kunci yang berpotensi menentukan arah harga minyak dalam jangka pendek. Keputusan suku bunga Federal Reserve serta hasil pertemuan antara pemimpin AS dan China menjadi faktor yang dinantikan pelaku pasar.
Secara keseluruhan, meski terdapat penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar di AS, tekanan dari isu geopolitik dan kemungkinan peningkatan pasokan OPEC+ membuat harga minyak dunia sulit bergerak jauh ke atas.
Analis menyebut pasar saat ini berada dalam fase menunggu kepastian kebijakan dan dinamika hubungan internasional, yang akan mempengaruhi volatilitas harga minyak dalam beberapa pekan ke depan.
 
                                    Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.













