Nilai Tukar Rupiah Jumat 24 Oktober 2025 Bergerak Fluktuatif Tipis
- Jumat, 24 Oktober 2025
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025, diproyeksikan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah.
Rentang yang diperkirakan berada di kisaran Rp16.620–Rp16.680 per dolar AS, mencerminkan tekanan pasar akibat kombinasi faktor global dan domestik.
Pergerakan ini menjadi perhatian para investor yang menilai risiko mata uang negara berkembang di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Baca JugaPurbaya Apresiasi Langkah Mandiri Danantara Selesaikan Utang Kereta
Rupiah ditutup melemah 44 poin atau 0,27% ke level Rp16.629 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS mencatat penguatan 0,13% menjadi 99,02.
Kenaikan indeks dolar AS menunjukkan tekanan yang terus membebani mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, karena investor global mencari aset aman di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti.
Kinerja Mata Uang Asia
Selain rupiah, mata uang regional Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Won Korea Selatan tercatat melemah 0,49%, sementara yen Jepang turun 0,33%. Sebaliknya, ringgit Malaysia dan yuan China mengalami penguatan masing-masing 0,03% dan 0,04%.
Variasi ini menunjukkan bahwa respons pasar terhadap risiko global tidak seragam dan setiap mata uang memiliki sensitivitas berbeda terhadap faktor eksternal.
Para pelaku pasar terus memantau perkembangan global yang memengaruhi sentimen investor. Menguatnya dolar AS dan melemahnya sebagian mata uang Asia menjadi sinyal adanya pergeseran aliran modal internasional menuju instrumen yang dianggap lebih aman.
Faktor Global yang Mempengaruhi Rupiah
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai bahwa penguatan dolar AS terjadi karena meningkatnya eskalasi geopolitik serta kekhawatiran investor global. Salah satunya terkait upaya pemerintah Amerika Serikat menekan Rusia untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina.
Selain itu, Reuters melaporkan adanya pembatasan ekspor perangkat lunak ke China sebagai respons pemerintahan AS terhadap kebijakan Beijing terkait ekspor tanah jarang. Kebijakan ini menambah ketidakpastian global, sehingga menekan nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Penutupan pemerintah AS yang memasuki hari ke-22 pada Rabu lalu juga menjadi salah satu faktor eksternal yang memperkuat dolar. Negosiasi antara Gedung Putih dan Kongres masih menemui kebuntuan, menambah ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat dan mendorong investor mencari aset aman.
Proyeksi Kebijakan The Fed
Pasar memperkirakan The Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan 29–30 Oktober mendatang. Namun, data inflasi dan Indeks Manajer Pembelian (PMI) yang akan dirilis pekan ini dapat memengaruhi keputusan The Fed.
Faktor ini menjadi salah satu indikator penting yang diperhatikan investor untuk menilai arah pergerakan mata uang global, termasuk rupiah.
Tantangan Arus Modal Asing di Dalam Negeri
Di sisi domestik, pasar merespons negatif pernyataan Bank Indonesia (BI) terkait derasnya arus keluar modal asing yang memaksa otoritas moneter terus mengandalkan cadangan devisa untuk menjaga stabilitas rupiah.
Sejak September hingga 20 Oktober 2025, investasi portofolio mencatat net outflow sebesar US$5,26 miliar. BI melakukan intervensi di pasar DNDF maupun NDF untuk menahan tekanan terhadap rupiah. Kondisi ini menunjukkan bahwa volatilitas rupiah dipengaruhi oleh interaksi faktor eksternal dan internal yang kompleks.
Ibrahim menekankan, “Rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif tetapi berpeluang ditutup melemah pada rentang Rp16.620–Rp16.680 per dolar AS,”. Pernyataan ini menegaskan adanya risiko domestik dan global yang tetap membebani pergerakan mata uang nasional.
Pembukaan Pasar Jumat 24 Oktober 2025
Rupiah dibuka pada level Rp16.625 per dolar AS, menguat tipis 0,02% dibandingkan penutupan kemarin. Sementara itu, dolar AS memperkuat posisinya ke level 99,00 atau naik 0,07% pada perdagangan pagi ini.
Beberapa mata uang Asia yang menguat pada pembukaan perdagangan antara lain ringgit Malaysia (+0,03%), rupee India (+0,09%), dan won Korea (+0,27%). Sebaliknya, yen Jepang melemah (-0,18%), dolar Hong Kong (-0,01%), dolar Singapura (-0,04%), dolar Taiwan (-0,03%), peso Filipina (-0,07%), yuan China (-0,01%), dan baht Thailand (-0,09%).
Penyebab Fluktuasi Rupiah
Fluktuasi rupiah hari ini tidak lepas dari kombinasi faktor eksternal dan domestik. Faktor eksternal mencakup ketidakpastian geopolitik, kebijakan perdagangan, dan penutupan pemerintah AS. Sementara faktor internal termasuk arus modal keluar dan intervensi BI untuk menstabilkan pasar.
Pengamat menilai volatilitas ini merupakan kesempatan bagi investor untuk mengamati tren jangka pendek sambil menunggu data fundamental terbaru, baik dari Amerika Serikat maupun Indonesia.
Pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada terhadap pergerakan rupiah dan menyesuaikan strategi investasi. Instrumen lindung nilai, seperti kontrak forward atau DNDF, bisa dimanfaatkan untuk mengantisipasi risiko fluktuasi nilai tukar.
Selain itu, pengawasan terhadap arus modal asing menjadi kunci untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik.
Potensi Dampak terhadap Ekonomi Indonesia
Rupiah yang bergerak fluktuatif memiliki implikasi terhadap perdagangan dan investasi. Nilai tukar yang melemah dapat meningkatkan biaya impor dan inflasi, tetapi di sisi lain dapat mendorong daya saing ekspor. Dengan demikian, menjaga stabilitas rupiah menjadi salah satu prioritas utama pemerintah dan BI agar ekonomi tetap sehat.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah. Pergerakan ini dipengaruhi faktor eksternal seperti geopolitik global, kebijakan perdagangan, dan penutupan pemerintah AS, serta faktor domestik seperti arus modal keluar dan intervensi BI.
Pasar tetap memantau pergerakan rupiah dengan cermat, dan investor disarankan menyesuaikan strategi investasi jangka pendek dan panjang.
Perdagangan rupiah pada Jumat, 24 Oktober 2025, menjadi cerminan interaksi kompleks antara kondisi global dan domestik, sekaligus menunjukkan pentingnya stabilitas moneter untuk menjaga ekonomi Indonesia tetap sehat.
Sutomo
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Presiden Brasil dan Prabowo Sepakati IM-CEPA Selesai Sebelum Desember 2026
- Jumat, 24 Oktober 2025
Berita Lainnya
Cara Mengajukan KUR BRI 2025: Simulasi Tabel Angsuran, Syarat Pengajuan
- Jumat, 24 Oktober 2025
Terpopuler
1.
FLOII Expo 2025 Hadirkan Tanaman Hias dan Musik Interaktif
- 24 Oktober 2025
2.
3.
4.
Wamendiktisaintek Tegaskan Manusia Jadi Penggerak Utama AI
- 24 Oktober 2025
5.
BMKG Ingatkan Warga Waspada Musim Hujan Akhir Oktober 2025
- 24 Oktober 2025













