
JAKARTA - Menjelang akhir pekan, mata uang dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan penguatan terhadap rupiah. Pergerakan ini menjadi cerminan fluktuasi nilai tukar yang masih tinggi di tengah dinamika ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat, 17 Okober 2025, nilai tukar dolar AS terpantau menguat 2 poin atau sekitar 0,01%, menembus level Rp16.583 per dolar AS. Angka ini menunjukkan penguatan tipis dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp16.566.
Meskipun penguatannya relatif kecil, pergerakan ini tetap menjadi sinyal penting bagi pelaku pasar yang tengah menanti arah kebijakan moneter global, terutama dari bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), serta respons kebijakan fiskal dari pemerintah Indonesia.
Baca Juga
Rupiah Masih Tertekan di Tengah Penguatan Dolar
Sejak awal pekan, nilai tukar rupiah menghadapi tekanan akibat faktor eksternal, terutama dari kebijakan suku bunga global dan tren penguatan dolar yang masih berlangsung. Data perdagangan menunjukkan bahwa dolar AS sempat menyentuh level Rp16.582 pada sesi pembukaan pagi, sebelum stabil di kisaran Rp16.583 menjelang siang.
Fluktuasi ini terjadi setelah rupiah sempat menguat sehari sebelumnya. Pada perdagangan Kamis (16/10/2025), rupiah sempat “menggencet” dolar AS, namun tidak bertahan lama. Menjelang penutupan pasar, mata uang Paman Sam kembali menguat, menandakan volatilitas yang tinggi di pasar valas domestik.
“Pergerakan dolar terhadap rupiah dalam beberapa hari terakhir memang cukup dinamis. Ini menggambarkan bagaimana pasar masih bereaksi terhadap perkembangan global, khususnya ekspektasi terhadap arah suku bunga The Fed,” ujar seorang analis pasar uang di Jakarta.
Faktor Eksternal: The Fed dan Ketidakpastian Global
Penguatan dolar AS secara global tidak terlepas dari pernyataan sejumlah pejabat The Fed yang menegaskan bahwa kebijakan moneter ketat masih diperlukan untuk menekan inflasi. Sentimen tersebut kembali mendorong permintaan terhadap aset-aset berbasis dolar.
Selain itu, kondisi geopolitik dunia yang masih bergejolak turut memperkuat posisi dolar sebagai safe haven currency. Investor global cenderung mencari perlindungan pada dolar AS ketika ketidakpastian meningkat, sehingga mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, mengalami tekanan.
Meski demikian, sebagian analis menilai bahwa potensi penguatan dolar ke depan mulai terbatas. Pasalnya, indikator ekonomi AS menunjukkan perlambatan pertumbuhan, yang dapat menekan ruang The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi terlalu lama.
Respons Pasar Domestik dan Arah Kebijakan Pemerintah
Dari sisi domestik, pemerintah Indonesia bersama Bank Indonesia (BI) terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar. BI disebut tetap aktif melakukan intervensi di pasar valas dan memperkuat cadangan devisa untuk mengimbangi tekanan eksternal.
Selain itu, langkah-langkah koordinatif antara otoritas fiskal dan moneter juga terus diperkuat untuk memastikan likuiditas di pasar uang tetap terjaga.
“Rupiah memang masih mengalami tekanan jangka pendek, namun dari sisi fundamental ekonomi, kondisi Indonesia masih solid. Inflasi terkendali, pertumbuhan ekonomi stabil di kisaran 5%, dan defisit transaksi berjalan masih dalam batas aman,” kata ekonom senior di salah satu bank BUMN.
Ia menambahkan, pelemahan rupiah sejauh ini masih dalam batas wajar dan tidak mencerminkan gejolak struktural. Menurutnya, rupiah berpotensi kembali menguat apabila tekanan global mulai mereda dan arus investasi kembali masuk ke pasar domestik.
Tren Mingguan: Dolar Naik-Turun, Rupiah Belum Stabil
Jika melihat pergerakan sepanjang minggu ini, kurs dolar terhadap rupiah mengalami pola naik-turun yang cukup tajam. Dalam lima hari perdagangan terakhir, rupiah sempat menunjukkan penguatan di tengah rilis data inflasi domestik yang positif, namun kembali melemah karena tekanan eksternal.
Pada awal pekan, dolar AS sempat berada di kisaran Rp16.500, kemudian turun ke Rp16.470 pada pertengahan minggu. Namun, penguatan kembali terjadi menjelang akhir pekan seiring penguatan indeks dolar global.
“Pasar masih menanti kepastian arah kebijakan The Fed dan data inflasi terbaru AS. Selama ketidakpastian itu belum mereda, volatilitas rupiah akan tetap tinggi,” jelas analis valas lainnya.
Prospek ke Depan: Tekanan Masih Ada, Tapi Ruang Rebound Terbuka
Menjelang akhir Oktober 2025, pelaku pasar memperkirakan bahwa pergerakan rupiah akan tetap fluktuatif di kisaran Rp16.500–Rp16.600 per dolar AS. Namun, ada peluang penguatan jika data ekonomi domestik menunjukkan perbaikan, seperti peningkatan ekspor atau masuknya arus investasi baru.
Salah satu faktor yang dapat membantu stabilitas rupiah adalah kenaikan cadangan devisa Indonesia, yang baru-baru ini mencapai level tertinggi dalam enam bulan terakhir. Ini memberi ruang bagi BI untuk melakukan intervensi bila tekanan dolar meningkat tajam.
Selain itu, proyeksi ekonomi dari World Bank dan OECD yang merevisi pertumbuhan global ke arah positif juga dapat memberi dorongan bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Penguatan dolar AS menjelang akhir pekan ini memang tidak terlalu signifikan, namun tetap menjadi pengingat bahwa ketidakpastian global belum sepenuhnya reda. Rupiah masih menghadapi tekanan jangka pendek, terutama dari faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga dan sentimen risiko global.
Namun, dengan fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan moneter yang responsif, Indonesia memiliki peluang untuk menjaga stabilitas kurs di tengah gejolak pasar global. Dalam jangka menengah, apabila tekanan eksternal mulai mereda, ruang bagi rupiah untuk rebound diperkirakan akan semakin terbuka.
Untuk saat ini, penguatan dolar ke level Rp16.583 menjadi cerminan keseimbangan baru antara faktor eksternal dan domestik—menunjukkan bahwa pasar masih bergerak hati-hati sambil menanti arah kebijakan global berikutnya.

Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Jadwal Lengkap Kereta YIA Xpress dari Tugu Hari Ini 17 Oktober 2025
- Jumat, 17 Oktober 2025
Nestle Lakukan Restrukturisasi untuk Tingkatkan Efisiensi Perusahaan
- Jumat, 17 Oktober 2025
Berita Lainnya
Penerimaan Pajak Melemah, Shortfall Berpotensi Kian Melebar Tahun Ini
- Jumat, 17 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Rahasia Resep Pisang Ijo Khas Makassar, Segar dan Anti Gagal
- 17 Oktober 2025
2.
Resep Bumbu Bali Telur Tahu, Sajian Rumahan Kaya Rasa Rempah
- 17 Oktober 2025
3.
6 Resep Ayam Suwir Kemangi, Gurih Wangi Bikin Nambah Nasi
- 17 Oktober 2025
4.
5.
Pertandingan Liga Spanyol 18-21 Oktober 2025, Jangan Lewatkan!
- 17 Oktober 2025