Selasa, 14 Oktober 2025

Kenduri Budaya Pangan Lokal Perkuat Kedaulatan Pangan

Kenduri Budaya Pangan Lokal Perkuat Kedaulatan Pangan
Kenduri Budaya Pangan Lokal Perkuat Kedaulatan Pangan

JAKARTA - Kedaulatan pangan Indonesia bukan hanya soal produksi dan distribusi, tetapi juga menyangkut pelestarian budaya pangan lokal yang kaya akan kearifan tradisional. 

Hal ini yang menjadi fokus utama ‘Kenduri Budaya Pangan Lokal Nusantara’, kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia pada 13–19 Oktober 2025 di Museum Nasional, Jakarta. Bertemakan Menabur Benih, Menuai Kehidupan, acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Pangan Internasional, 16 Oktober 2025.

Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menekankan bahwa pangan bukan sekadar kebutuhan fisik. “Pangan lokal kita adalah warisan budaya yang merupakan cermin identitas, tradisi, kearifan lokal, dan jati diri bangsa. 

Baca Juga

BNN RI dan Fiji Teken MoU Perkuat Anti Narkoba

Setiap daerah punya sistem budaya pangan lokal yang terbentuk dari interaksi panjang antara manusia, alam, dan kepercayaan dari leluhur,” ujar Fadli dalam sambutannya.

Kegiatan ini menekankan nilai-nilai kearifan lokal, spiritualitas, dan keberagaman pangan tradisional Indonesia. Filosofi kenduri diangkat dari tradisi makan bersama sebagai wujud rasa syukur dan persaudaraan, yang hidup di berbagai daerah di Nusantara.

Budaya Pangan Sebagai Pilar Kedaulatan

Menurut Fadli Zon, kenduri ini mencerminkan kekuatan nilai budaya yang mempererat kebersamaan, menjaga kelestarian pangan lokal, sekaligus menjamin keberlangsungan kesehatan generasi bangsa. 

Ia menambahkan bahwa pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menempatkan isu pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional.

“Swasembada pangan, swasembada energi, hilirisasi, dan Makan Bergizi Gratis merupakan bagian penting dari program pemerintah untuk mewujudkan SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045,” jelas Fadli. 

Gerakan Pangan Lokal Nusantara yang diinisiasi Kementerian Kebudayaan merupakan bentuk dukungan nyata terhadap program nasional ini, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan Zero Hunger, Good Health and Wellbeing, Gender Equality, serta Responsible Consumption and Production.

“Budaya pangan lokal merupakan komponen esensial dari identitas bangsa. Dengan melestarikannya, kita tidak hanya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga memperkuat kedaulatan dan ketahanan pangan nasional di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan ketergantungan impor,” tegasnya.

Program Kenduri Budaya Pangan Lokal

Kurator kegiatan, Meilati Batubara, menjelaskan bahwa acara ini menghadirkan beragam program edukatif dan interaktif, termasuk pameran, lokakarya, pasar rakyat, dan diskusi kebudayaan, yang melibatkan masyarakat adat dari seluruh Nusantara. 

Kehadiran mereka di Jakarta menjadi kesempatan untuk menerima pembekalan mengenai tata kelola dan pelestarian budaya pangan di daerah masing-masing.

“Bagian paling penting dari kenduri ini adalah kehadiran masyarakat adat di Jakarta. Mereka akan mendapatkan pembekalan tentang tata kelola dan pelestarian budaya pangan di daerah masing-masing,” jelas Meilati. 

Kegiatan ini bukan sekadar selebrasi kekayaan pangan Indonesia, tetapi juga wadah transfer pengetahuan agar budaya pangan dapat terus dikembangkan dan dijaga keberlanjutannya.

Pameran ‘Semai’: Dari Tanah ke Meja Makan

Salah satu rangkaian kegiatan, pameran Semai: Menabur Benih, Menuai Kehidupan, menampilkan visualisasi interaktif perjalanan pangan dari lahan hingga meja makan. Direktur Eksekutif Badan Pengelola Usaha Museum dan Cagar Budaya, Esti Nurjadin, menjelaskan bahwa pameran menampilkan 163 benda budaya terkait pangan, terdiri atas 120 koleksi Museum Nasional dan 43 koleksi Fadli Zon Library, termasuk berbagai benih dari seluruh Nusantara.

“Pameran Semai dihadirkan sebagai ruang refleksi, di mana seni dan budaya mempertemukan pengetahuan lokal dengan kesadaran ekologis. Di sini, kita menumbuhkan harapan baru dari akar tradisi yang lestari. Melalui pameran ini, kita diajak menengok kembali hubungan manusia dengan sumber pangan sebagai bagian dari warisan, identitas, dan keberlanjutan,” jelas Esti.

Keterlibatan Pemerintah dan Masyarakat

Dalam pembukaan acara, Fadli menegaskan kembali komitmen Kementerian Kebudayaan bersama masyarakat, termasuk masyarakat adat, untuk melestarikan budaya pangan lokal. Ia berharap masyarakat semakin memahami bahwa pangan bukan sekadar konsumsi, melainkan ekspresi budaya dan simbol kekuatan bangsa.

“Pangan lokal, jika dikembangkan secara serius, dapat menjadi ekosistem ekonomi budaya dan industri kuliner yang bisa diperkenalkan ke peradaban dunia sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia,” pungkasnya.

Hadir dalam acara pembukaan antara lain: Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha Djumaryo, Direktur Jenderal Promosi, Diplomasi, dan Kerja Sama Kebudayaan Endah TD Retnoastuti, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan, jajaran pejabat Kementerian Kebudayaan, serta Ketua Asosiasi Museum Indonesia Putu Supadma Rudana.

Dengan beragam program dan pameran interaktif, Kenduri Budaya Pangan Lokal Nusantara menegaskan bahwa pelestarian pangan lokal tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memperkuat kedaulatan dan ketahanan pangan Indonesia di masa depan.

Wildan Dwi Aldi Saputra

Wildan Dwi Aldi Saputra

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Menko PM Dorong Sinergi Infrastruktur Aman Pesantren

Menko PM Dorong Sinergi Infrastruktur Aman Pesantren

Kemendukbangga Rilis Buku Saku Tingkatkan Literasi Finansial

Kemendukbangga Rilis Buku Saku Tingkatkan Literasi Finansial

Heboh Isu Kenaikan Gaji Pensiun PNS, Faktanya

Heboh Isu Kenaikan Gaji Pensiun PNS, Faktanya

BPJS Kesehatan Bahas Pemutihan Tunggakan Peserta

BPJS Kesehatan Bahas Pemutihan Tunggakan Peserta

Pemerintah Turunkan Fuel Surcharge, Harga Tiket Pesawat Nataru Turun

Pemerintah Turunkan Fuel Surcharge, Harga Tiket Pesawat Nataru Turun