JAKARTA - Mojokerto, sebuah kota yang kaya akan sejarah, juga memiliki perjalanan panjang dalam hal penerangan jalan. Sebelum era listrik, lampu petromax digunakan sebagai alat penerangan utama di wilayah ini. Namun, revolusi besar terjadi pada tahun 1929 ketika transformasi dari penerangan berbahan bakar minyak ke tenaga listrik dimulai, mengubah wajah malam di Kota Mojokerto secara signifikan.
Era Lampu Minyak dan Permulaan Revolusi
Di masa awal sebelum listrik dikenal, lampu petromax menjadi andalan utama penerangan di Mojokerto. Lampu berbahan bakar minyak ini, meski cukup membantu dalam menerangi jalan, memerlukan upaya besar dalam hal perawatan dan pengadaan bahan bakar. Menurut dokumentasi sejarah, lampu-lampu ini menuntut pemeliharaan berkala dan persediaan minyak yang tidak sedikit untuk terus dapat berfungsi. "Pada masa itu, tantangan terbesar adalah persediaan minyak tanah yang harus selalu tersedia," ungkap Ayuhanafiq, seorang peneliti sejarah lokal.
Transformasi besar terjadi pada tahun 1929, kala Pemerintah Kota Mojokerto mulai menggencarkan penggunaan tenaga listrik sebagai sumber penerangan. Langkah berani ini dilakukan setelah hak pengoperasian penerangan dialihkan kepada Algemeene Nederlandsch Indiesche Electriciteit Maatschappij (ANIEM), sebuah perusahaan listrik yang beroperasi pada masa kolonial. Dengan adanya ANIEM, jaringan listrik perlahan namun pasti memasuki wilayah Mojokerto, membuka babak baru bagi sistem penerangan kota.
Penggantian Lampu dan Keuntungan Ekonomi
Keputusan untuk mengganti lampu minyak dengan lampu pijar berbasis listrik bukanlah tanpa pertimbangan matang. Meski investasi awalnya terbilang mahal, penggunaan tenaga listrik menawarkan efisiensi perawatan yang jauh lebih baik. "Ketika listrik mulai memasuki Mojokerto, keuntungan ekonomi jangka panjang menjadi pertimbangan utama. Tidak ada lagi kebutuhan akan pengadaan bahan bakar minyak atau perawatan intensif," jelas Ayuhanafiq.
Penggunaan listrik memotong biaya perawatan secara signifikan. Lampu pijar yang digunakan tidak hanya lebih tahan lama tetapi juga lebih mudah dioperasikan dibandingkan lampu minyak atau petromax. Selain itu, listrik menawarkan kemudahan dalam penyalaan dan pemadaman lampu secara teratur, tanpa bergantung pada ketersediaan minyak tanah.
Perluasan Penerangan Listrik
Awalnya, penerangan berbasis listrik ini hanya ditemukan di ruas jalan dan kawasan tertentu di Mojokerto. Namun, seiring berjalannya waktu dan dengan keberhasilan implementasi awal, penggunaannya terus diperluas. Pemerintah kota mulai memasang lampu pijar di berbagai daerah strategis lainnya, membuat pencahayaan di malam hari semakin merata untuk berbagai kegiatan.
Keberhasilan transformasi ini bukan hanya dirasakan pada aspek kenyamanan dan keamanan, tetapi juga pada perkembangan sosial-ekonomi kota. Dengan penerangan yang memadai, aktivitas ekonomi bisa berlangsung hingga malam hari, meningkatkan dinamika perekonomian lokal serta meminimalisir tindak kejahatan.
Dampak Sosial dan Pengaruh Kolonial
Dalam konteks sosial, pengenalan tenaga listrik tidak hanya meningkatkan kenyamanan penduduk tetapi juga memberi wujud nyata dari modernisasi yang dibawa oleh masa kolonial. Meski terdapat campur tangan kolonial dalam pengoperasian listrik ini, manfaatnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Mojokerto.
"Kehadiran listrik membuka mata masyarakat akan pentingnya kemajuan teknologi. Hal ini juga melahirkan kesadaran baru tentang pentingnya infrastruktur yang efisien dan modern," tambah Ayuhanafiq, menyoroti dampak sosial yang dibawa oleh transformasi ini.