JAKARTA - Investor kawakan Indonesia, Lo Kheng Hong, kembali menambah kepemilikan sahamnya di PT ABM Investama Tbk. (ABMM) meski kinerja perusahaan sempat menurun.
Pada pekan kedua Oktober 2025, Lo Kheng Hong membeli 2,19 juta lembar saham ABMM, meningkatkan total kepemilikannya menjadi 153,5 juta lembar atau 5,58% dari sebelumnya 5,50% hak suara.
Data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dikutip Selasa, 21 Oktober 2025 menunjukkan akumulasi saham tersebut terjadi pada 17 Oktober 2025. Sebelumnya, per 31 Juli 2025, Lo Kheng Hong tercatat menguasai 151,18 juta saham atau setara 5,49%. Aksi ini menegaskan minat berkelanjutan sang investor legendaris terhadap ABMM meski tren laba perseroan menurun.
Pemegang saham mayoritas ABMM masih dipegang PT Tiara Marga Trakindo dengan porsi 53,55%, diikuti Valle Verde Pte Ltd 25,51% dan publik 15,17%. Secara keseluruhan, ABMM memiliki 2,75 miliar saham beredar.
Kinerja Keuangan ABMM Menurun
Dari sisi fundamental, ABMM mencatatkan penyusutan laba bersih sebesar 69,59% YoY sepanjang semester I/2025, menjadi US$27,74 juta atau setara Rp450,04 miliar (kurs Jisdor Rp16.231 per dolar AS). Pada periode yang sama tahun 2024, laba bersih ABMM mencapai US$91,24 juta atau Rp1,48 triliun.
Penurunan ini sejalan dengan merosotnya pendapatan perusahaan. Total pendapatan ABMM dari kontrak pelanggan tercatat US$506,89 juta, turun 11,68% YoY dari periode yang sama 2024 sebesar US$573,90 juta.
Pendapatan ABMM terbagi ke beberapa lini usaha. Pendapatan dari kontraktor tambang dan tambang batu bara tercatat US$363,17 juta, jasa logistik dan sewa kapal US$65,75 juta, divisi site services dan repabrikasi US$25,29 juta, serta sewa mesin pembangkit tenaga listrik US$130,66 ribu. Selain itu, pendapatan dari pabrikasi mencapai US$15,32 juta, dan perdagangan bahan bakar senilai US$37,20 juta.
Kontribusi Pelanggan Utama ABMM
Pendapatan ABMM mayoritas berasal dari beberapa pelanggan utama. PT Borneo Indobara menyumbang US$131,11 juta atau 25,87% dari total pendapatan. Selanjutnya, PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua memberikan kontribusi US$107,03 juta atau 21,12%, dan PT Multi Harapan Utama sebesar US$56,22 juta atau 13,81%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meski pendapatan menurun, ABMM masih memiliki basis pelanggan yang relatif stabil dan konsisten. Hal ini menjadi salah satu alasan Lo Kheng Hong tetap percaya dan menambah porsi kepemilikan sahamnya, menilai potensi jangka panjang perseroan.
Strategi Investor Legendaris di Tengah Penurunan Laba
Dikenal sebagai Warren Buffett Indonesia, Lo Kheng Hong kerap melakukan aksi beli saham ketika pasar atau kinerja perusahaan menunjukkan tekanan sementara, tetapi memiliki fundamental yang kuat. Aksi akumulasi saham ABMM kali ini menunjukkan strategi jangka panjang sang investor, memanfaatkan peluang di tengah turunnya laba dan pendapatan.
Lo Kheng Hong menilai penurunan laba ABMM bersifat sementara dan peluang pemulihan tetap terbuka, terutama dengan portofolio pelanggan besar dan kontrak jangka panjang. Selain itu, posisi ABMM sebagai perusahaan kontraktor dan tambang batu bara memberikan potensi pemulihan seiring perbaikan harga komoditas global.
Kebijakan investor legendaris ini menjadi indikator kepercayaan pasar, di mana tindakan membeli saham saat harga atau laba menurun dipandang sebagai peluang untuk mendapatkan nilai investasi yang optimal di masa depan.
Dengan tambahan kepemilikan saham terbaru, Lo Kheng Hong kini menguasai 5,58% saham ABMM. Meski laba semester I/2025 menurun tajam, aksi investor kawakan ini menjadi sinyal positif bagi pasar, menunjukkan adanya keyakinan terhadap prospek jangka panjang ABM Investama.
Investor lain dapat melihat langkah ini sebagai kesempatan untuk menilai kembali potensi pertumbuhan ABMM dan mempertimbangkan posisi investasi jangka panjang. Dengan basis pelanggan yang kuat, kontrak bisnis yang beragam, serta dukungan strategi investasi cerdas, ABMM tetap menarik perhatian investor nilai seperti Lo Kheng Hong.