JAKARTA - Satu tahun setelah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka berjalan, pemerintah mulai menyampaikan berbagai pencapaian yang telah diraih.
Fokus utama disampaikan pada sektor pembangunan manusia, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, memaparkan hasil program-program prioritas dalam sektor pendidikan dan kesehatan yang dinilai menunjukkan perkembangan signifikan.
Dalam siaran pers, Pratikno menegaskan bahwa pendidikan dan kesehatan menjadi dua sektor strategis yang menjadi tumpuan utama untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul. Ia menggambarkan kedua sektor ini sebagai “dua roda yang saling menggerakkan” untuk membawa bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih kuat dan berdaya saing.
“Pendidikan dan kesehatan menjadi fondasi utama dalam mewujudkan sumber daya manusia unggul Indonesia. Dua roda yang saling menggerakkan,” ujar Pratikno.
Ia menambahkan bahwa pemerintah tidak sekadar bergerak cepat, namun memastikan setiap langkah pembangunan memberikan hasil yang nyata dan langsung dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Pemerintah bekerja bukan sekadar kerja cepat, tetapi kerja yang berdampak langsung pada masyarakat," tambahnya.
Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) menjadi kerangka utama pelaksanaan berbagai kebijakan di sektor pembangunan manusia dan kebudayaan. Melalui program ini, pemerintah menargetkan perubahan yang cepat, terukur, dan berdampak luas, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
Capaian Pendidikan: Revitalisasi, Digitalisasi, dan SMA Garuda
Di sektor pendidikan, Pratikno menyebutkan bahwa fokus utama pemerintah berada pada tiga hal: revitalisasi satuan pendidikan, digitalisasi pembelajaran, dan pengembangan SMA Unggul Garuda.
Sebanyak 16.698 satuan pendidikan telah direvitalisasi. Jumlah ini meliputi 16.142 sekolah dan 556 madrasah, yang berarti telah melampaui target awal yang ditetapkan sebanyak 12.285 satuan pendidikan. Revitalisasi ini mencakup perbaikan fisik, fasilitas penunjang pembelajaran, serta lingkungan belajar yang lebih aman dan nyaman.
Langkah strategis lainnya adalah percepatan digitalisasi pembelajaran. Pemerintah mendorong penggunaan teknologi dalam proses belajar-mengajar melalui distribusi perangkat interactive flat panel (IFP) ke berbagai sekolah.
Dari target 288.865 sekolah penerima, hingga Oktober 2025 telah diproduksi 124.633 unit, dengan 124.253 unit di antaranya sudah terdistribusi ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Digitalisasi diharapkan dapat menciptakan sistem belajar yang merata, inklusif, serta lebih interaktif. Dengan infrastruktur yang memadai, guru dan siswa diharapkan dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Pratikno juga menyoroti pengelolaan SMA Unggul Garuda, yang menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam menyediakan pendidikan unggulan berstandar internasional. Hingga 19 Oktober 2025, telah ada 16 SMA Unggul Garuda Transformasi yang beroperasi aktif.
Tak hanya itu, pemerintah juga tengah mempersiapkan pembangunan empat SMA Unggul Garuda baru di wilayah terdepan, terluar, dan terpencil (3T).
"Di bidang pendidikan, kita memperluas akses dan memperkuat mutu belajar agar anak-anak Indonesia tumbuh cerdas dan siap menghadapi masa depan serta disrupsi teknologi," ujar Pratikno.
Capaian Kesehatan: TBC, Rumah Sakit, dan Cek Gratis
Tak hanya pendidikan, sektor kesehatan juga mendapat perhatian serius. PHTC pada sektor ini difokuskan pada tiga hal utama: percepatan penanggulangan tuberkulosis (TBC), pembangunan rumah sakit berkualitas, serta pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
“Di bidang kesehatan, kita pastikan setiap warga dapat hidup sehat melalui layanan yang merata, dari skrining TBC hingga cek kesehatan gratis. Semua ini adalah bukti nyata bahwa pemerintah hadir, bekerja bersama, dan menghadirkan hasil yang bisa dirasakan rakyat," kata Pratikno.
Dalam upaya percepatan penuntasan TBC, pemerintah telah melaksanakan skrining massal dan pengobatan secara intensif. Hingga 15 Oktober 2025, sebanyak 7,06 juta orang telah mengikuti skrining, mendekati target nasional sebesar 7,63 juta.
Skrining ini telah berhasil mendeteksi ribuan kasus TBC baru, yang kemudian menjalani pengobatan. Tingkat keberhasilan pengobatan tercatat sebesar 81 persen untuk kasus TBC sensitif obat, dan 59 persen untuk TBC resisten obat.
Pemerintah juga mempercepat pembangunan rumah sakit untuk memastikan akses layanan kesehatan yang lebih merata di seluruh Indonesia.
Dari total target 66 rumah sakit yang direncanakan selesai hingga 2026, sebanyak 32 rumah sakit ditargetkan rampung pada tahun 2025. Saat ini, 22 rumah sakit sudah memasuki tahap konstruksi, dan 10 lainnya tengah dalam tahap penyelesaian administrasi, dengan harapan dapat selesai sebelum akhir tahun.
Selain itu, pemerintah menggelar program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menjangkau masyarakat luas sebagai langkah preventif terhadap penyakit.
Dari total target 102 juta orang penerima manfaat, hingga 19 Oktober 2025 telah tercapai 45,5 juta warga yang mendapatkan layanan ini. Program ini menyasar berbagai kelompok usia dan latar belakang sosial.
Yang menarik, dari jumlah tersebut, 11,8 juta anak usia sekolah turut menerima layanan CKG, melebihi target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 9,6 juta siswa.
Langkah Awal Menuju Transformasi Inklusif
Pratikno menegaskan bahwa capaian satu tahun ini adalah permulaan dari transformasi pembangunan manusia yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah ingin memastikan bahwa setiap kebijakan bukan hanya berjalan di atas kertas, tetapi nyata hadir di tengah masyarakat.
"PHTC bukan sekadar program cepat, tetapi kerja nyata untuk menghasilkan perubahan yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Ini bukti bahwa pemerintah hadir dan bekerja dengan arah yang jelas," pungkasnya.
Dengan capaian yang telah diraih dalam setahun terakhir, pemerintah optimis bahwa pembangunan manusia Indonesia akan terus melaju, didukung oleh sistem pendidikan yang berkualitas dan layanan kesehatan yang merata.
Transformasi ini diharapkan menjadi dasar kuat dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, di mana SDM menjadi penentu utama daya saing bangsa di era global.