JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami penguatan signifikan pada perdagangan Senin, 14 Oktober 2025.
Kenaikan ini muncul setelah harga minyak sebelumnya sempat anjlok ke level terendah dalam lima bulan terakhir.
Pergerakan positif harga minyak didorong oleh meningkatnya harapan bahwa Amerika Serikat dan China akan melanjutkan perundingan dagang. Kedua negara merupakan dua ekonomi terbesar dunia sekaligus konsumen minyak terbesar, sehingga ketegangan mereka sangat memengaruhi pasar energi global.
Pergerakan Harga Minyak Terbaru
Selasa, 14 Oktober 2025, harga minyak mentah Brent naik USD 1,07 atau sebesar 1,71%. Harga Brent pada perdagangan hari ini tercatat berada di level USD 63,80 per barel.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan. Harga WTI menguat sebesar USD 1,15 atau 1,95%, sehingga berada pada posisi USD 60,05 per barel.
Sebelumnya, pada perdagangan Jumat lalu, kedua harga acuan minyak tersebut sempat mengalami penurunan sekitar 4%. Penurunan ini membawa harga minyak pada titik terendahnya sejak Mei 2025.
Faktor Penyebab Pelemahan Harga Minggu Lalu
Analis energi DBS, Suvro Sarkar, menjelaskan bahwa pelemahan harga minyak pada pekan lalu disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah gencatan senjata yang terjadi di Gaza, yang berdampak pada ketidakpastian geopolitik.
Selain itu, ketegangan dagang antara AS dan China kembali meningkat menjelang batas waktu negosiasi pada tanggal 10 November. Hal ini memicu aksi jual di pasar minyak sehingga menekan harga.
Namun, Sarkar menilai bahwa aksi jual tersebut mulai mereda karena kedua negara menunjukkan keinginan untuk kembali membuka pembicaraan. Meski demikian, arah harga minyak dalam jangka pendek tetap bergantung pada hasil perundingan tersebut.
Memanasnya Ketegangan Perang Dagang
Ketegangan antara Washington dan Beijing kembali memanas pekan lalu setelah China memperluas kendali ekspor bahan baku tanah jarang. Bahan ini sangat penting dalam industri teknologi dan manufaktur global.
Sebagai tanggapan, Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif hingga 100% terhadap ekspor China ke AS. Ancaman ini menambah ketidakpastian dalam hubungan dagang kedua negara.
Rencana pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping yang semula dijadwalkan pada akhir bulan ini kini diragukan. Trump menyatakan bahwa “tidak ada alasan untuk bertemu” pada saat ini.
Peluang Pertemuan di APEC Masih Terbuka
Meski demikian, perwakilan dagang AS, Jamison Greer, menyebut bahwa pertemuan antara kedua pemimpin masih memungkinkan terjadi. Tempat pertemuan kemungkinan akan berlangsung di Korea Selatan, di sela Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).
Pasar masih berharap negosiasi dapat berlangsung dengan lancar dan memberikan hasil positif. Harapan ini menjadi salah satu faktor yang membantu harga minyak bangkit dari tekanan.
Pada Maret dan April 2025, harga minyak sempat jatuh tajam ketika konflik dagang AS-China mencapai puncaknya. Oleh karena itu, perkembangan perundingan saat ini sangat dinantikan.
Permintaan Minyak Dari China Meningkat
Dari sisi permintaan, impor minyak mentah China pada bulan September 2025 dilaporkan naik 3,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Volume impor mencapai 11,5 juta barel per hari menurut data dari bea cukai China.
Kenaikan impor ini memberikan sinyal positif bahwa permintaan minyak global masih kuat. Permintaan yang terus bertumbuh dari China menjadi faktor penting yang menopang harga minyak.
Pertumbuhan konsumsi energi di China merupakan salah satu indikator utama dalam menentukan arah pasar minyak dunia. Oleh sebab itu, para pelaku pasar sangat memantau data impor ini dengan seksama.
Dampak Kondisi Geopolitik di Timur Tengah
Selain ketegangan dagang, kondisi geopolitik di Timur Tengah juga turut memengaruhi pasar minyak. Dilaporkan bahwa kelompok Hamas telah membebaskan tujuh sandera Israel yang masih hidup.
Langkah pembebasan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh pemerintahan Trump. Gencatan senjata ini bertujuan untuk meredakan konflik yang terjadi di Gaza.
Stabilitas geopolitik di kawasan Timur Tengah sangat penting bagi pasar minyak, karena wilayah tersebut merupakan salah satu pusat produksi minyak dunia. Oleh sebab itu, perkembangan politik di sana kerap menjadi faktor penentu harga minyak.
Harapan Pasar dan Prospek Harga Minyak
Kenaikan harga minyak dunia di awal pekan ini memberikan sinyal positif bagi pasar energi global. Namun, masih ada ketidakpastian yang cukup tinggi terkait hasil negosiasi dagang antara AS dan China.
Investor dan pelaku pasar masih memantau dengan cermat perkembangan perundingan tersebut. Hasil dari perundingan itu akan menentukan arah pergerakan harga minyak dalam waktu dekat.
Sementara itu, faktor lain seperti stabilitas geopolitik di Timur Tengah dan permintaan energi dari China juga menjadi variabel penting. Semua faktor tersebut bersinergi memengaruhi pasar minyak secara keseluruhan.
Harga minyak dunia menguat kembali setelah sebelumnya mengalami tekanan tajam. Kenaikan ini didorong oleh harapan pasar terhadap kelanjutan perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Namun, ketegangan yang masih ada membuat pasar berhati-hati. Hasil akhir dari perundingan tersebut akan sangat menentukan arah harga minyak ke depan.
Selain itu, peningkatan impor minyak dari China dan pembebasan sandera di Gaza menambah sentimen positif bagi pasar minyak. Kondisi ini diharapkan dapat membantu stabilitas harga minyak dunia dalam jangka pendek hingga menengah.