Senin, 08 September 2025

Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham serta Contohnya

Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham serta Contohnya
Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham

Cara menghitung nilai intrinsik saham dapat dilakukan melalui empat langkah yang cukup mudah diikuti. Lalu, apa saja langkah-langkah tersebut?

Saham tetap menjadi salah satu instrumen investasi yang paling diminati oleh banyak orang. Hal ini disebabkan oleh cara kerjanya yang relatif sederhana, sehingga para investor dapat meraih keuntungan yang signifikan.

Bagi pemula, penting untuk memahami berbagai aspek terkait saham, mulai dari memilih perusahaan yang tepat hingga menganalisis nilai intrinsik saham perusahaan tersebut.

Baca Juga

KUR BRI 2025 Tawarkan Angsuran Ringan Mudah

Ingin tahu bagaimana cara menghitung nilai intrinsik saham yang tepat? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Pengertian Nilai Intrinsik Saham

Sebelum membahas lebih lanjut, penting untuk memahami terlebih dahulu apa itu nilai intrinsik. Nilai intrinsik merujuk pada nilai yang melekat pada suatu objek itu sendiri.

Sebagai contoh, jika kamu memiliki sebuah tas, nilai dari tas tersebut berasal dari bahan baku yang digunakan, perusahaan pembuatnya, dan faktor lainnya. Semakin baik kualitas bahan baku dan perusahaan pembuatnya, semakin tinggi pula nilai tas tersebut.

Begitu pula dengan nilai intrinsik saham, yang merupakan nilai sesungguhnya dari sebuah saham. Namun, nilai ini berbeda dari harga pasar saham atau nilai buku. 

Nilai intrinsik saham dihitung berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja suatu perusahaan, seperti aset yang dimiliki, prospek perkembangan, reputasi perusahaan, dan sebagainya.

Setiap investor saham atau pemegang saham perlu menilai nilai intrinsik perusahaan karena nilai ini menjadi acuan untuk menentukan apakah harga saham yang dipilih sedang diskon atau tidak. 

Dengan harga saham yang lebih rendah dari nilai intrinsiknya, ditambah dengan perusahaan yang solid, investor dapat memperoleh hasil yang optimal di masa depan.

Dengan informasi ini, investor dapat memutuskan apakah akan membeli, mempertahankan, atau menjual saham tersebut. 

Sebagai contoh, jika saham AABB diperdagangkan seharga Rp2.500 per lembar, sementara nilai intrinsiknya hanya Rp1.000, berarti harga saham AABB tersebut terlalu mahal.

Sebaliknya, jika saham ABCD dijual dengan harga Rp4.500 per lembar dan setelah dihitung nilai intrinsiknya adalah Rp9.000, maka saham ABCD ini bisa dianggap sedang diskon karena harganya hanya setengah dari nilai sebenarnya. 

Dalam kasus ini, investor akan lebih memilih untuk membeli saham ABCD.

Pedoman Nilai Intrinsik untuk Menentukan Jual Beli Saham

Nilai intrinsik menggambarkan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima dari sebuah saham. Ada tiga pedoman sederhana yang bisa digunakan untuk menentukan apakah saham tersebut sebaiknya dibeli, dijual, atau dipertahankan, yaitu:

  • Jika nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar saat ini, saham tersebut dianggap undervalued (harga terlalu rendah). Disarankan untuk membeli saham tersebut atau mempertahankannya jika sudah dimiliki.
  • Jika nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, saham tersebut dianggap overvalued (harga terlalu tinggi). Sebaiknya hindari memiliki saham tersebut atau jual jika sudah memilikinya.
  • Jika nilai intrinsik sama dengan harga pasar saat ini, saham tersebut dianggap memiliki harga yang wajar dan berada dalam kondisi seimbang.

Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham

Untuk mengetahui nilai intrinsik saham, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam cara menghitung nilai intrinsik saham, di antaranya:

1. EPS Growth

Salah satu cara untuk menghitung nilai intrinsik saham adalah dengan menentukan terlebih dahulu pertumbuhan laba perusahaan selama 5 hingga 10 tahun terakhir. 

Untuk menghitung pertumbuhan laba, kamu bisa menggunakan rumus Compound Annual Growth Rate (CAGR).

CAGR menggambarkan tingkat pertumbuhan rata-rata suatu nilai yang naik atau turun dalam periode waktu tertentu, biasanya lebih dari satu tahun.

Rumus:

CAGR = (V Final / V Begin) ^ (1/t) - 1

Rumus di atas digunakan untuk menghitung rata-rata pertumbuhan laba perusahaan. Di mana V Final adalah nilai laba perusahaan pada akhir periode, V Begin adalah nilai laba perusahaan pada awal periode, dan t adalah jumlah tahun dalam periode perhitungan.

Namun, perlu dicatat bahwa rumus ini tidak memperhitungkan fluktuasi laba di antara dua periode tersebut. 

Hal ini berarti hanya laba pada awal dan akhir periode yang dihitung, sehingga perubahan signifikan di tengah periode tidak akan mempengaruhi hasil perhitungan.

Karena itu, saat menggunakan CAGR, penting untuk berhati-hati, terutama jika laba perusahaan pada awal periode sangat rendah dan melonjak tajam di akhir periode. 

Setelah mendapatkan laju pertumbuhan laba, langkah selanjutnya adalah membuat proyeksi EPS untuk menghitung nilai intrinsik saham.

Contoh:

Berikut adalah daftar laba suatu perusahaan selama beberapa tahun terakhir:

TahunLaba (dalam Jutaan Rupiah)
200961.153
2010107.123
2011128.358
2012352.246
2013325.246
2014291.418
2015519.067
2016702.358
2017708.192
2018697.784

CAGR perusahaan di atas adalah:

CAGR = (697.784/61.153)1/9 -1

CAGR = 0,31 = 31%

Penting untuk dicatat, gunakan nilai CAGR ini hanya jika korelasinya lebih besar dari 0,6. Jika pertumbuhannya lebih dari 15%, maka sebaiknya menggunakan nilai maksimal 20%.

2. EPS (Pertumbuhan laba per saham 5 – 10 tahun kedepan)

Rumusnya:

EPS 2019 = EPS 2018 + (EPS 2018 x CAGR)

EPS 2019 = 60,4 + (60,4 x 20%)

EPS 2019 = 72,48

Nilai EPS lima tahun kedepan pada tabel berikut ini:

TahunEPSCAGRProyeksi EPS
201960.4020%72.48
202072.4820%86.98
202186.9820%104.37
2022104.3720%125.25
2023125.2520%150.29
Total EPS539.37 

3. Diskon EPS

Selanjutnya, kamu dapat memberikan diskon dengan mempertimbangkan nilai inflasi terkini serta faktor lainnya. Sebagai contoh, jika menggunakan 6,8%, maka diskon EPS akan dihitung sebagai berikut:

Discounted EPS = TOTAL EPS / (1+Rate)

Discounted EPS 2023 = 539,37/ (1+6,8%)

Discounted EPS 2023 = 505,03

Dengan demikian, diskon EPS pada tabel berikut ini:

TahunEPS ProyeksiDiskonDiskon EPS
2023539.376,8%505.03
2022505.036,8%472.87
2021472.876,8%442.76
2020442.766,8%414.57
2019414.576,8%388.18

4. Hitung Nilai Intrinsik Saham

Silakan kamu jumlahkan total EPS tahun pertama setelah didiskon dengan nilai buku per saham (BVPS) sebesar 403.5, yakni:

Nilai Intrinsik = Discounted EPS + BVPS

Nilai Intrinsik = 388,18 + 403,5

Nilai Intrinsik = 791,68

Dengan demikian, nilai intrinsik dari perusahaan tersebut adalah Rp791.68 per saham

Cara Menghitung Nilai Intrinsik ala Warren Buffett

Untuk menghitung nilai intrinsik ala Warren Buffett, berikut adalah contoh yang bisa kamu lihat.

Misalkan data dari laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Jumlah saham TLKM sebanyak 99 miliar lembar saham. Nilai ekuitas TLKM tercatat sebesar Rp101,72 triliun, sehingga setiap lembar saham TLKM mewakili ekuitas sebesar Rp1.027. Laba bersih per saham (EPS) TLKM untuk tahun 2020 tercatat sebesar Rp224.

Ambil data dari laporan keuangan tahunan 2020 (gunakan laporan keuangan untuk tahun penuh, bukan laporan kuartalan).

Jika kita asumsikan bahwa TLKM akan beroperasi selama 20 tahun ke depan dan perusahaan mampu mencetak EPS sebesar Rp224 per tahun selama periode tersebut, maka total EPS yang terkumpul selama 20 tahun adalah Rp4.480.

Jika ditambah dengan ekuitas sebesar Rp1.027, diperoleh angka Rp5.507. Nilai Rp5.507 per saham ini menjadi nilai intrinsik awal untuk saham TLKM.

Namun, perlu dipertimbangkan, apakah EPS TLKM akan tetap sebesar Rp224 per tahun selama 20 tahun? Tentu saja tidak, karena kemungkinan besar EPS akan meningkat setiap tahunnya.

Coba kita gunakan angka yang lebih konservatif, yaitu bahwa laba bersih TLKM akan meningkat 20% per tahun. 

Dengan asumsi tersebut, EPS TLKM pada tahun 2021 akan menjadi Rp269, pada tahun 2022 menjadi Rp323, dan seterusnya. Pada tahun 2041, TLKM diperkirakan akan mencetak EPS sebesar Rp11.225.

Dengan demikian, akumulasi EPS selama 20 tahun (dari 2021 hingga 2041) akan mencapai Rp65.887. Perlu dicatat bahwa EPS tahun 2020 yang sebesar Rp224 tidak dihitung, karena sudah termasuk dalam ekuitas perusahaan di tahun tersebut (dalam bentuk saldo laba).

Penting untuk diingat bahwa dalam perhitungan nilai intrinsik, yang dihitung adalah akumulasi laba bersih yang akan diperoleh perusahaan di masa depan, bukan laba bersih yang sudah diperoleh di tahun 2020.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa nilai uang di masa depan akan berbeda dengan nilai uang saat ini. 

Misalnya, Rp5.000 yang ada sepuluh tahun lalu memiliki nilai yang berbeda dengan Rp5.000 saat ini, dan dalam dua puluh tahun ke depan, nilai uang tersebut akan semakin menurun.

Dengan demikian, jika kita mengatakan bahwa akumulasi laba bersih TLKM pada tahun 2041 adalah Rp65.887, kita harus menyesuaikan angka tersebut dengan nilai uang di masa depan. 

Caranya adalah dengan membaginya dengan angka bunga tahunan yang ditawarkan oleh instrumen investasi yang aman, seperti obligasi pemerintah.

Di Indonesia, salah satu instrumen yang bisa digunakan adalah sukuk, dengan bunga tahunan sebesar 6,25%. 

Maka, uang sebesar Rp65.887 pada tahun 2041 setara dengan Rp57.909 pada tahun 2040, dan setara dengan Rp54.290 pada tahun 2039, dan seterusnya hingga menjadi Rp15.298 pada tahun 2020. 

Jika ditambah dengan posisi ekuitas terakhir perusahaan, yaitu Rp1.027, totalnya menjadi Rp16.955.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai intrinsik saham TLKM saat ini adalah sekitar Rp16.955, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga sahamnya yang hanya Rp3.330.

Kesimpulannya, saham TLKM masih tergolong murah, karena Margin of Safety (MOS) TLKM mencapai 510% (16.955 dibandingkan dengan 3.330). Buffett sendiri menganggap bahwa MOS yang aman untuk sebuah saham adalah minimal 25%.

Namun, angka Rp16.955 sebagai nilai intrinsik TLKM hanya dapat tercapai jika TLKM diperkirakan dapat terus beroperasi secara stabil selama setidaknya 20 tahun ke depan.

Sebagai penutup, dengan memahami cara menghitung nilai intrinsik saham, kamu dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijak dan mengoptimalkan potensi keuntungan di masa depan.

Rian Murdani

Rian Murdani

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

KUR BCA 2025: Pinjaman Ringan Modal UMKM

KUR BCA 2025: Pinjaman Ringan Modal UMKM

Modal UMKM Mudah Dengan KUR BNI 2025

Modal UMKM Mudah Dengan KUR BNI 2025

DANA Mudahkan Pembelian Pulsa Hanya Rp5Rb

DANA Mudahkan Pembelian Pulsa Hanya Rp5Rb

Aktifkan OVO PayLater Mudah Langsung Lewat HP

Aktifkan OVO PayLater Mudah Langsung Lewat HP

Emas Antam Tembus Rp 2 Juta, Saatnya Investasi?

Emas Antam Tembus Rp 2 Juta, Saatnya Investasi?