
JAKARTA – Harga minyak global mengalami kenaikan pada awal pekan ini, didorong oleh data inflasi China yang menunjukkan penurunan serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Kedua faktor ini memberikan sentimen positif terhadap pergerakan harga minyak di pasar dunia.
Pada Senin pagi, 9 Desember 2024, berdasarkan data dari Trading Economics, harga minyak tercatat menguat 0,46% menjadi US$ 67,51 per barel. Lonjakan harga ini dipicu oleh rilis terbaru data inflasi China yang turun ke level terendah dalam lima bulan terakhir. Selain itu, situasi geopolitik di Suriah yang semakin tidak stabil turut berkontribusi pada kenaikan harga ini.
Menurut data inflasi tersebut, indeks harga konsumen China mengalami penurunan ke angka 0,2% pada bulan November, setelah sebelumnya berada di level 0,3% di bulan Oktober. Ini merupakan titik terendah dalam lima bulan, dan meskipun ada pelambatan, hal ini memicu optimisme akan pemulihan ekonomi di negara pengimpor minyak terbesar dunia tersebut. Yoga Girta, peneliti di ICDX, menyatakan dalam risetnya, "Sinyal penurunan inflasi tersebut memicu ekspektasi akan pemulihan pertumbuhan ekonomi di negara importir minyak terbesar pertama dunia itu."
Selain data dari China, ketidakstabilan di Suriah juga menjadi perhatian utama pasar minyak. Kelompok Hayat al-Tahrir al-Sham (HTS) baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka berhasil merebut ibu kota Damaskus serta menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, yang dilaporkan melarikan diri ke Rusia. Penekanan lebih lanjut datang setelah militer AS melancarkan sejumlah serangan udara yang menargetkan lokasi dugaan kamp dan operasi ISIS di Suriah tengah pada hari Minggu. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegaskan bahwa AS akan memantau risiko ini dengan cermat dan berkoordinasi dengan Menteri Pertahanan Nasional Turki Yasar Guler mengenai situasi yang semakin memanas ini.
Di sisi lain, penundaan pemulihan produksi oleh OPEC+ hingga tiga bulan ke depan juga berdampak pada harga minyak. Saudi Aramco, perusahaan minyak negara Arab Saudi, mengumumkan bahwa mereka menurunkan Harga Jual Resmi (OSP) untuk minyak mentah Arab Light mereka sebesar 90 sen per barel untuk pengiriman bulan Januari ke Asia. Ini merupakan penurunan OSP terendah sejak Januari 2021 ketika permintaan global melemah karena pandemi.
Namun, peningkatan jumlah rig minyak dan gas di AS turut membatasi kenaikan harga minyak yang lebih besar. Menurut laporan mingguan terbaru dari Baker Hughes, jumlah rig minyak dan gas, yang berfungsi sebagai indikator awal produksi masa depan, bertambah tujuh rig menjadi 589 rig pada minggu yang berakhir 6 Desember. Jumlah rig minyak naik lima rig menjadi 482 rig, level tertinggi sejak pertengahan Oktober, sementara rig gas naik dua rig menjadi 102 rig, tertinggi sejak awal November.
Dari perspektif teknis, harga minyak diperkirakan akan menemui hambatan di level resistance sekitar US$ 70 per barel. Yoga Girta memaparkan, "Namun, apabila menemui katalis negatif, maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 65 per barel."
Dengan perkembangan ini, pasar minyak global berada pada titik yang krusial. Sinyal dari ekonomi China yang melambat dan krisis politik di Timur Tengah akan terus mempengaruhi pergerakan harga, sementara dinamika produksi di AS menambah dimensi lain pada prediksi harga. Para pelaku pasar dan analis akan tetap waspada, memonitor perkembangan yang cepat berubah di kedua front ini untuk menentukan arah dan strategi investasi selanjutnya.

Mazroh Atul Jannah
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Layanan SIM Keliling Jakarta Hari Ini, Jadwal dan Lokasi 8 September 2025
- Senin, 08 September 2025
Terpopuler
1.
Informasi Lengkap Kapal Pelni Surabaya Kupang September
- 08 September 2025
2.
KAI Daop 7 Madiun Beri Apresiasi Pelanggan Setia
- 08 September 2025
3.
BPJS Kesehatan: Berapa Lama Aktif Setelah Bayar
- 08 September 2025
4.
Jasa Marga Catat Lonjakan Kendaraan Saat Libur Panjang
- 08 September 2025
5.
PTPP Cetak Rekor MURI Inovasi Konstruksi Berkelanjutan
- 08 September 2025