Rabu, 20 November 2024

Tantangan Pembangunan Kesehatan dalam Menyongsong Bonus Demografi

Tantangan Pembangunan Kesehatan dalam Menyongsong Bonus Demografi
Tantangan Pembangunan Kesehatan dalam Menyongsong Bonus Demografi

Depok - Prof. Dr. Ede Surya Darmawan, SKM., MDM., dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Administrasi Pembangunan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), pada Rabu (20/11) di Balai Sidang, Kampus UI Depok. Pada pengukuhan yang dipimpin oleh Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., ia menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Tantangan Pembangunan Kesehatan dalam Menyongsong Bonus Demografi dan Indonesia Emas” dan menjadi guru besar ke-38 UI yang dikukuhkan pada 2024.

Dalam pidatonya Prof. Ede menyampaikan bahwa perjalanan pembangunan kesehatan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan selama beberapa dekade terakhir. Berbagai indikator utama, seperti Usia Harapan Hidup (UHH), Angka Kematian Bayi (AKB), dan prevalensi stunting, menunjukkan tren peningkatan yang menggembirakan seiring berjalannya waktu dan berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Walaupun terdapat kemajuan dalam sektor kesehatan, Prof. Ede mengatakan, Indonesia masih menghadapi kesenjangan yang cukup signifikan dibandingkan dengan negara-negara maju dan beberapa negara tetangga di Asia Tenggara. Sebagai contoh, Singapura telah menjadi negara maju dan memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) sebesar 82,9 tahun pada 2022, dengan Angka Kematian Bayi (AKB) hanya 1,8 per 1.000 kelahiran hidup. Malaysia dan Thailand, dua negara ASEAN lainnya, juga menunjukkan capaian yang lebih baik, dengan UHH masing-masing 76,26 tahun dan 79,68 tahun, serta AKB yang lebih rendah dibandingkan Indonesia.

Meskipun demikian, Prof. Ede mengatakan bahwa Indonesia telah memasuki periode bonus demografi sejak tahun 2015, dengan puncaknya diperkirakan akan terjadi pada tahun 2020- 2035. “Bonus demografi ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, karena tingginya proporsi penduduk usia produktif yang dapat berkontribusi dalam kegiatan ekonomi. Namun, peluang ini juga disertai dengan tantangan,” ujar Prof. Ede. 
Lebih lanjut ia mengatakan, terdapat tantangan utama yang dikelompokkan menjadi dua dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia untuk mengoptimalkan bonus demografi. Pertama, tantangan kesehatan masyarakat, termasuk transisi epidemiologi, perilaku hidup tidak sehat, kesenjangan geografis, dan ketimpangan akses layanan kesehatan.

Baca Juga

Arasoft Perkuat Digitalisasi Pendidikan di Indonesia dengan Teknologi NamoAuthor

Kedua, tantangan administrasi dan tata kelola, seperti perencanaan yang tidak harmonis, pengawasan yang lemah, kurangnya digitalisasi, dan kurangnya sinergi lintas sektor. “Kedua tantangan ini harus diatasi secara serius untuk memastikan bahwa sistem kesehatan dapat mendukung pembangunan manusia yang berkualitas,” kata Prof. Ede.

Guna menjawab tantangan tersebut, Prof. Ede memberikan rekomendasi yang telah disusun baik untuk masyarakat maupun pemerintah. Pertama, ia merekomendasikan reposisi pembangunan kesehatan sebagai dasar pembangunan manusia cerdas, terampil dan produktif. Salah satunya, ia mengajukan usulan baru tentang definisi kesehatan masyarakat atau public health, yaitu “sebagai ilmu dan seni bagaimana negara memenuhi hak rakyatnya untuk hidup sehat dan berumur panjang”. Dalam skala yang lebih kecil maka negara sebagai institusi bisa bertahap dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintahan desa hingga bagaimana masyarakat dan keluarga berupaya untuk mewujudkan hidup sehat dan berumur panjang.

“Definisi ini menawarkan nuansa pemahaman kesehatan masyarakat bukan sebagai upaya melayani individu atau urusan individu, melainkan tanggung jawab secara menyeluruh terhadap peningkatan kualitas hidup setiap warga negara sepanjang rentang siklus hidup manusia bahkan dari masa sebelum lahir hingga lanjut usia,” ujar Prof. Ede.

Rekomendasi selanjutnya yang kedua adalah transformasi sistem kesehatan untuk mewujudkan masyarakat sehat dan berdaya. Transformasi ini diilustrasikan dalam bentuk piramida yang memperlihatkan bagaimana berbagai elemen masyarakat saling berkontribusi dalam menciptakan kesehatan yang berkelanjutan. Mulai dari tingkat individu, yang mengadopsi pola hidup bersih dan sehat, hingga tingkat kebijakan, yang berlandaskan data dan bukti ilmiah untuk mendukung kesehatan bagi semua.

“Bonus demografi adalah peluang emas yang hanya datang sekali dalam sejarah bangsa. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk menciptakan masyarakat yang sehat, produktif, dan berdaya saing tinggi. Namun, jika tantangan kesehatan dan tata kelola diabaikan, risiko besar akan mengintai, menghambat kemajuan, dan membawa beban sosial-ekonomi yang berat. Dengan menjadikan kesehatan sebagai pusat pembangunan manusia, visi Indonesia Emas 2045 dapat diwujudkan secara nyata,” ujar Prof. Ede.

Hingga saat ini, Prof. Ede aktif melakukan berbagai penelitian dan diterbitkan di berbagai jurnal nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya berjudul Behind the Hospital Ward: In-Hospital Mortality of Type 2 Diabetes Mellitus Patients in Indonesia (Analysis of National Health Insurance Claim Sample Data) (2024); Beyond the Plate: Uncovering Inequalities in Fruit and Vegetable Intake across Indonesian Districts (2023); dan Hospital Nurses’ Risk of Injury: A Mixed Methods Study in Indonesia Pacific Rim International Journal of Nursing Research (2023).

Sosok yang biasa dikenal sebagai Kang Ede ini, mendapatkan gelar akademis Sarjana Kesehatan Masyarakat pada 1994 di FKM UI. Kemudian, pada tahun 2000 ia menyelesaikan studi Master in Development Management dari Asian Institute of Management, Filipina. Lalu, pada tahun 2011 ia berhasil mendapatkan gelar Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat di FKM UI. 

Pada upacara pengukuhan yang juga disiarkan secara langsung di kanal YouTube Universitas Indonesia dan UI Teve ini, turut hadir di antara para tamu undangan Plt Bupati Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat Arry Yuswandi, SKM, MKM.; Wakil Gubernur Non Akademik, Sekolah Tinggi Intelijen Negara Dr. Mira Murniasari, SS., LLM.; Guru Besar Geografi, Universitas Negeri Jakarta Prof. Dr. Muzani, M.Si.; dan Pimpinan Konsil Kesehatan Indonesia Dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH.

Redaksi

Redaksi

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Erick Thohir Dorong Pembentukan Bullion Bank untuk Tabungan Emas di Indonesia

Erick Thohir Dorong Pembentukan Bullion Bank untuk Tabungan Emas di Indonesia

Kunjungan Prabowo ke China, Para Konglomerat Indonesia Ikut Dampingi

Kunjungan Prabowo ke China, Para Konglomerat Indonesia Ikut Dampingi

Mulai dari Tommy Winata Hingga Prajogo Pangestu Ikut Dampingi Prabowo ke China

Mulai dari Tommy Winata Hingga Prajogo Pangestu Ikut Dampingi Prabowo ke China

Ketika Para 'Naga' Dampingi Presiden Prabowo Kunjungan ke China

Ketika Para 'Naga' Dampingi Presiden Prabowo Kunjungan ke China

12 November 2024 Hari Apa? Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60 di Indonesia

12 November 2024 Hari Apa? Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60 di Indonesia