 
                                             JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia (BSI) menunjukkan kinerja yang mengesankan pada triwulan ketiga 2025, menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam industri perbankan syariah nasional.
Laba BSI pada periode ini mencapai lebih dari Rp5,5 triliun, tumbuh di atas rata-rata industri. Lonjakan ini menunjukkan kemampuan BSI untuk memanfaatkan peluang di tengah kondisi pasar yang kompetitif.
Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, menekankan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh kombinasi berbagai sektor bisnis syariah, dengan kontribusi terbesar berasal dari bisnis emas dan layanan haji.
Baca Juga
“Alhamdulillah memang pertumbuhan di kuartal tiga Bank Syariah Indonesia pertumbuhan sangat solid karena di tengah likuiditas yang baik dan harga emas yang terus meningkat, BSI memiliki dua engine sekaligus sebagai bank syariah dan bank emas. Dan ini terlihat dari pertumbuhan laba yang di atas industri,” kata Anggoro.
Bisnis Emas: Mesin Pertumbuhan BSI
Sejak peluncuran layanan BYOND pada Februari 2025, lini bisnis emas BSI mencatat pertumbuhan luar biasa, melonjak lebih dari 70 persen dengan total pembiayaan mendekati Rp19 triliun.
Produk unggulan seperti cicil emas dan gadai emas menjadi pendorong utama. Cicil emas tumbuh lebih dari 100 persen, sedangkan gadai emas meningkat di atas 40 persen secara tahunan.
Keunggulan BSI sebagai satu-satunya bank syariah di Indonesia yang memiliki lisensi bank emas memungkinkan bank untuk memanfaatkan peluang di pasar emas yang terus berkembang.
Kinerja ini menegaskan bahwa bisnis emas bukan sekadar lini tambahan, tetapi menjadi “engine” utama pertumbuhan yang memacu laba dan memperkuat posisi BSI di industri.
Dukungan Pemerintah Perkuat Likuiditas
Kinerja solid BSI tidak lepas dari dukungan pemerintah yang mendorong pertumbuhan ekonomi syariah. Anggoro menambahkan bahwa penempatan dana SAL sebesar Rp10 triliun dan penurunan BI rate telah menciptakan kondisi likuiditas yang lebih kondusif bagi perbankan syariah.
Kebijakan ini memperkuat kemampuan BSI untuk memperluas pembiayaan, menjaga stabilitas keuangan, dan mendukung ekonomi nasional.
Dengan dukungan regulasi tersebut, BSI dapat memaksimalkan potensi bisnis emas dan layanan haji, sekaligus mengoptimalkan peran bank dalam mendorong inklusi keuangan berbasis syariah di Indonesia.
Dana Pihak Ketiga Naik Signifikan
Hingga akhir September 2025, dana pihak ketiga BSI tercatat sebesar Rp348 triliun, meningkat hampir 16 persen secara tahunan. Sekitar 60 persen berasal dari dana murah (CASA), yang menjadi fondasi stabil untuk ekspansi pembiayaan dan pengelolaan likuiditas.
Kenaikan dana tersebut terutama ditopang oleh segmen retail, UMKM, dan konsumer, yang naik hingga 12 persen dengan nilai lebih dari Rp300 triliun.
Pertumbuhan dana pihak ketiga ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap BSI sebagai lembaga keuangan syariah yang aman, inovatif, dan memiliki portofolio produk yang menarik, terutama di sektor emas dan layanan haji.
Transformasi Digital dan Dukungan UMKM
Selain fokus pada bisnis inti, BSI juga menguatkan strategi digital untuk meningkatkan efisiensi dan akses layanan. Bank berkomitmen mendukung program Asta Cita pemerintah, termasuk pembiayaan syariah untuk UMKM, program rumah bersubsidi, dan pemberdayaan ekonomi umat melalui penyaluran zakat dan program BSI Maslahat.
Digitalisasi ini menjadi kunci agar BSI dapat menjangkau lebih banyak nasabah, memberikan layanan yang cepat, aman, dan transparan, serta memaksimalkan potensi pertumbuhan bisnis emas dan layanan haji. Strategi ini juga sejalan dengan misi BSI untuk membangun ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Posisi BSI Sebagai Bank Syariah Terbesar
Dengan pencapaian kuartal ketiga 2025, BSI menegaskan ambisinya untuk terus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia. Kombinasi antara layanan konvensional syariah dan inovasi berbasis emas memperkuat daya saing bank, sekaligus memastikan pertumbuhan berkelanjutan.
Produk cicil emas dan gadai emas tidak hanya meningkatkan laba, tetapi juga memberikan alternatif pembiayaan yang aman dan menguntungkan bagi masyarakat. Sementara itu, layanan haji memperkuat keterikatan bank dengan nasabah yang membutuhkan solusi finansial sesuai prinsip syariah.
Masa Depan Pertumbuhan Ekonomi Syariah
Kinerja BSI yang kuat menandakan fleksibilitas dan kemampuan bank dalam menyesuaikan diri dengan tren pasar. Dengan memanfaatkan peluang harga emas yang terus naik dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk syariah, BSI mampu menjaga posisi terdepan di industri perbankan syariah.
Bank ini juga menunjukkan bahwa pertumbuhan finansial dapat berjalan seiring dengan kontribusi sosial dan ekonomi, melalui dukungan terhadap UMKM, digitalisasi layanan, dan program sosial seperti zakat dan BSI Maslahat. Dengan strategi ini, BSI memperkuat perannya sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif, digital, dan berkelanjutan.
Triwulan ketiga 2025 membuktikan bahwa BSI mampu memadukan inovasi dan tradisi dalam menjalankan fungsi sebagai bank syariah dan bank emas. Bisnis emas dan layanan haji menjadi katalis utama pertumbuhan, sementara dukungan pemerintah dan transformasi digital memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dengan strategi ini, BSI tidak hanya menegaskan posisinya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, tetapi juga sebagai kontributor utama dalam mendorong ekonomi syariah sebagai arus baru pertumbuhan nasional.
Pertumbuhan yang solid, dukungan regulasi, dan inovasi digital menjadi fondasi bagi BSI untuk terus berperan dalam membangun ekonomi inklusif dan berkelanjutan bagi masyarakat luas.
 
                                    Sutomo
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Emas Antam Naik Lagi Jumat 31 Oktober 2025, Simak Pecahannya
- 31 Oktober 2025
2.
Prudential Syariah Dorong Wakaf Melalui Produk Asuransi Modern
- 31 Oktober 2025
3.
Bank Neo Commerce Catat Laba Fantastis Kuartal III 2025
- 31 Oktober 2025










