JAKARTA - Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti pernah merasa marah. Namun, sebagian orang tampak jauh lebih mudah tersulut emosi dibandingkan yang lain, bahkan hanya karena hal-hal kecil.
Fenomena ini ternyata tidak hanya berkaitan dengan kurangnya kesabaran atau kontrol diri, melainkan juga melibatkan mekanisme biologis dan psikologis yang kompleks.
Menurut penjelasan dari WebMD, kecenderungan seseorang untuk mudah marah sering kali merupakan hasil dari kombinasi antara faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Artinya, rasa marah bukan semata-mata masalah kepribadian, tetapi juga hasil dari cara otak dan tubuh merespons tekanan dan ancaman.
Baca Juga
Namun, ketika emosi marah muncul terlalu sering, terlalu intens, atau tidak proporsional terhadap situasi, hal ini dapat mengindikasikan adanya gangguan regulasi emosi. Kondisi tersebut bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang kesulitan mengatur reaksi emosionalnya terhadap stres, tekanan, atau pengalaman traumatis yang belum terselesaikan.
Peran Otak dan Hormon dalam Mengatur Emosi Marah
Secara biologis, amigdala, bagian kecil di dalam otak yang berfungsi memproses emosi, memainkan peran penting dalam munculnya rasa marah. Saat seseorang merasa terancam atau terganggu, amigdala akan mengaktifkan respons “lawan atau lari” (fight or flight)—sebuah mekanisme bertahan hidup yang sudah tertanam sejak masa evolusi manusia.
Ketika sistem ini aktif, tubuh akan melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini menyebabkan detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan tingkat kewaspadaan tubuh meningkat tajam. Dalam konteks bahaya nyata, reaksi ini membantu manusia melindungi diri.
Namun, dalam kehidupan modern, respons ini sering kali muncul bahkan pada situasi yang sebenarnya tidak mengancam.
Para pakar menjelaskan bahwa jika otak terlalu sering berada dalam kondisi siaga, sistem saraf bisa “terprogram ulang” untuk menjadi terlalu reaktif. Akibatnya, seseorang dapat dengan mudah memicu kemarahan bahkan dalam situasi biasa, seperti kemacetan lalu lintas, antrean panjang, atau komentar kecil yang terasa mengganggu.
Kondisi seperti ini kerap muncul akibat stres kronis, gangguan kecemasan, trauma masa lalu, atau depresi, di mana sistem emosi otak menjadi terlalu sensitif terhadap rangsangan negatif.
Ketika Tubuh dan Pikiran Tak Lagi Seimbang
Marah yang muncul berulang kali atau sulit dikendalikan sering kali menjadi sinyal bahwa tubuh sedang kewalahan secara emosional. Dalam kondisi seperti ini, tubuh tidak hanya lelah secara fisik, tetapi juga kelelahan mental karena terus berada dalam mode pertahanan.
Selain faktor psikologis, aspek medis dan fisiologis juga berperan penting dalam pengaturan emosi. Beberapa kondisi seperti hipertiroidisme (kelebihan hormon tiroid), ketidakseimbangan hormon, atau bahkan efek samping dari obat-obatan tertentu dapat meningkatkan iritabilitas dan membuat seseorang lebih mudah marah.
Penjelasan ilmiah ini menunjukkan bahwa kemarahan yang tampak sederhana sebenarnya melibatkan interaksi kompleks antara otak, hormon, dan lingkungan hidup.
Itulah sebabnya, mengendalikan amarah tidak cukup hanya dengan “menenangkan diri”, tetapi juga memerlukan pemahaman menyeluruh terhadap faktor pemicu dan pola biologis di baliknya.
Peran Gaya Hidup dalam Menjaga Kestabilan Emosi
Selain faktor otak dan hormon, gaya hidup ternyata memiliki pengaruh besar terhadap kestabilan emosi seseorang. Seperti dijelaskan oleh WebMD, kebiasaan sehari-hari seperti kurang tidur, konsumsi alkohol berlebihan, dan pola makan tinggi gula dapat memperburuk iritabilitas. Tubuh yang tidak mendapat cukup istirahat dan nutrisi akan kesulitan menyeimbangkan kadar hormon stres, sehingga lebih mudah tersulut emosi.
Sebaliknya, gaya hidup sehat—terutama tidur cukup, olahraga teratur, dan konsumsi makanan bergizi seimbang—dapat membantu mengatur kadar hormon dan memperbaiki fungsi sistem saraf. Aktivitas fisik juga terbukti meningkatkan produksi endorfin, hormon yang menimbulkan perasaan tenang dan bahagia.
Selain aspek biologis, kemampuan mengelola stres secara psikologis juga memegang peran besar. Banyak orang yang tidak memiliki keterampilan untuk mengidentifikasi dan mengatur stres cenderung melampiaskannya dalam bentuk kemarahan. Oleh karena itu, latihan mindfulness, meditasi, atau konseling psikologis bisa menjadi cara efektif untuk membantu individu memahami dan mengendalikan emosi mereka dengan lebih baik.
Ketika Marah Menjadi Panggilan untuk Mengenal Diri Sendiri
Dalam pandangan ilmiah dan psikologis, marah tidak selalu buruk. Emosi ini merupakan sinyal alami tubuh bahwa ada sesuatu yang perlu diperhatikan—entah itu kebutuhan yang diabaikan, stres yang menumpuk, atau perasaan tidak aman yang belum terselesaikan. Namun, ketika kemarahan muncul secara tidak terkendali dan merugikan diri sendiri maupun orang lain, itulah tanda bahwa tubuh dan pikiran membutuhkan penyesuaian.
Penting untuk disadari bahwa marah tidak selalu berarti lemah dalam mengendalikan diri. Justru, memahami akar penyebab kemarahan adalah langkah awal menuju keseimbangan emosional yang sehat. Dengan mengenali bagaimana otak, hormon, dan lingkungan berinteraksi, kita bisa belajar untuk merespons situasi dengan lebih bijak, bukan bereaksi secara impulsif.
Dengan demikian, memahami alasan ilmiah di balik kemarahan bukan hanya membantu kita mengendalikan emosi, tetapi juga mengajarkan cara lebih baik untuk mengenal diri sendiri dan menjaga kesehatan mental. Sebab, pada akhirnya, mengatur kemarahan bukan tentang menekan perasaan, melainkan tentang mengelolanya dengan kesadaran.
Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Presiden Prabowo Hadiri Sejumlah Pertemuan di Sela KTT ASEAN Kuala Lumpur
- Senin, 27 Oktober 2025
Harga Sembako Hari Ini 27 Oktober 2025 di Banten: Beras, Minyak, dan Cabai Naik
- Senin, 27 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Mobil Listrik BYD K-Car Tampil Tanpa Kamuflase Harga Terjangkau
- 27 Oktober 2025
2.
Ungkap Spesifikasi Vivo X300 Pro dan Standar, Harga Terjangkau
- 27 Oktober 2025
3.
Spesifikasi Oppo Find X9 Lengkap dengan AI Gemini Terbaru Global
- 27 Oktober 2025
4.
5.
Real Madrid Raih Kemenangan El Clasico Berkat Jude Bellingham
- 27 Oktober 2025












