Sabtu, 18 Oktober 2025

Standard Chartered Perkuat Bisnis Transaksi Lewat Strategi Diferensiasi

Standard Chartered Perkuat Bisnis Transaksi Lewat Strategi Diferensiasi
Standard Chartered Perkuat Bisnis Transaksi Lewat Strategi Diferensiasi

JAKARTA - Di tengah ketatnya persaingan perbankan nasional, Standard Chartered Indonesia memilih tidak terlibat dalam perang suku bunga. Sebaliknya, bank ini mengandalkan kekuatan solusi layanan transaksi, terutama di bidang cash management dan trade finance, untuk menjaga pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan. 

Strategi ini menjadi fondasi utama perusahaan dalam memperluas basis dana pihak ketiga (DPK) dan menopang kinerja keuangan di tengah dinamika ekonomi global.

Fokus pada penguatan layanan transaksi dianggap langkah strategis, mengingat segmen ini menjadi penentu loyalitas nasabah korporasi dalam jangka panjang. Dengan menawarkan solusi terintegrasi dan efisien, Standard Chartered Indonesia ingin menjadi mitra keuangan yang tidak sekadar memberikan produk perbankan, tetapi juga menghadirkan sistem yang mendukung stabilitas operasional nasabahnya.

Baca Juga

Great Eastern Genjot Premi Asuransi Lewat Pasar Digital dan SME

Cash Management Jadi Fondasi Pertumbuhan DPK

Head of Transaction Banking Standard Chartered Indonesia, Jenny Hartono, menegaskan bahwa layanan cash management yang kuat menjadi kunci utama dalam menjaga kestabilan pertumbuhan DPK. “Source of DPK growth kami datang dari solusi cash management. Bahkan di segmen ini, lebih dari 60% DPK yang kami hasilkan berasal dari layanan tersebut. Jadi, kami tak khawatir dengan perang harga. Cost of fund bisa kami kelola dengan baik,” kata Jenny.

Solusi cash management Standard Chartered menyasar nasabah korporasi dan seluruh rantai pasok mereka. Pendekatannya tidak hanya sekadar menawarkan produk perbankan, tetapi juga membantu klien merancang proses keuangan menyeluruh, mulai dari integrasi sistem akuntansi, pelaporan keuangan, hingga tata kelola transaksi lintas negara. Dengan sistem terintegrasi ini, nasabah dapat mengelola arus kas secara otomatis, transparan, dan efisien.

Jenny menilai, loyalitas nasabah korporasi sangat dipengaruhi oleh efektivitas sistem keuangan yang mereka gunakan. “Nasabah korporasi kini tidak semata melihat angka bunga. 

Ketika perusahaan sudah terintegrasi dengan sistem cash management yang otomatis dan efisien, berpindah bank bukan keputusan sederhana. Perpindahan bisa mengganggu seluruh arus kas dan manajemen keuangan mereka,” ujarnya.

Pendekatan ini memungkinkan bank untuk menjaga basis DPK tanpa harus terlibat dalam kompetisi bunga tinggi. Per Agustus 2025, Standard Chartered Indonesia mencatatkan DPK sebesar Rp48,14 triliun, stabil secara tahunan. Dari jumlah tersebut, giro menyumbang 68% terhadap total DPK, sedangkan dana murah alias CASA mencapai 83,3%. Tahun ini, bank menargetkan rasio CASA berada di kisaran 60%–70%.

Meski mengakui bahwa mengandalkan cash management berpotensi membuat DPK berfluktuasi karena penempatan giro korporasi yang tidak tetap, Jenny optimistis tantangan ini dapat diatasi melalui ekspansi jumlah nasabah korporasi.

Trade Finance Dorong Efisiensi dan Rantai Pasok

Selain cash management, pilar utama bisnis transaksi Standard Chartered lainnya adalah trade finance. Layanan ini menjadi instrumen penting dalam menjaga kelancaran rantai pasok dan arus kas para nasabah korporasi, sekaligus memperkuat posisi bank dalam mendukung perdagangan lintas negara.

Dalam menjalankan bisnis trade finance, Standard Chartered Indonesia berfokus pada pengelolaan risiko, menjaga kepercayaan dalam transaksi, serta memastikan kelancaran suplai bahan baku bagi sektor industri. “Nasabah di sektor manufaktur, misalnya, sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku dari pemasok. Ketika pasokan tersendat, siklus produksi pun berhenti. 

Di sinilah perbankan berperan dengan menyediakan transparency solution yang menjembatani kebutuhan korporasi dan para pemasok yang sebagian besar merupakan pelaku UMKM,” ujar Jenny.

Banyak pelaku UMKM mengalami kesulitan memperoleh pembiayaan karena bunga pinjaman tinggi. Melalui skema trade finance, Standard Chartered memberikan solusi pembiayaan yang lebih efisien. 

Ketika perusahaan besar memberi instruksi pembayaran kepada pemasok dengan jangka waktu dua bulan, bank dapat menggunakan instruksi tersebut sebagai dasar untuk menyalurkan pembiayaan lebih awal kepada UMKM. Skema ini menciptakan sirkulasi kas yang lebih lancar dan memperkuat rantai pasok.

Menurut Head of Trade & Working Capital Product Standard Chartered Bank, bisnis trade finance memberikan manfaat ganda bagi bank, yakni sebagai sumber pendapatan bunga dan fee-based income. Sekitar seperempat portofolio kredit bank saat ini berasal dari trade finance. “Risiko pembiayaan trade finance relatif lebih terukur karena setiap transaksi memiliki underlying document yang lengkap,” jelasnya.

Pertumbuhan Solid Meski Tekanan Suku Bunga Meningkat

Kinerja bisnis transaksi Standard Chartered Indonesia tetap tangguh meskipun dihadapkan pada tekanan kenaikan suku bunga rupiah. Beberapa lini bisnis mampu tumbuh kuat, termasuk trade finance di koridor China yang mencatat kinerja mengesankan. Pendapatan dari segmen ini tumbuh 48%, diikuti kenaikan dana pihak ketiga sekitar 30% dan lonjakan pembiayaan hampir tiga kali lipat.

Jenny mengungkapkan bahwa sektor manufaktur, processing, dan logistik menjadi pendorong utama pertumbuhan trade finance tahun ini. Dukungan kuat dari sektor-sektor tersebut turut menjaga stabilitas bisnis transaksi bank secara keseluruhan.

Per Agustus 2025, outstanding kredit Standard Chartered Indonesia mencapai Rp30,2 triliun, tumbuh 20,8% secara tahunan. Selama delapan bulan pertama tahun ini, bank mencatat laba bersih Rp724,2 miliar, meningkat 93,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan laba tersebut ditopang peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 22,7% menjadi Rp2,27 triliun, dan pendapatan non-bunga naik 16,14% menjadi Rp1,66 triliun, dengan kontribusi 42,1% terhadap total pendapatan.

Prospek Cerah dari Digitalisasi dan Perdagangan Lintas Negara

Ke depan, Standard Chartered optimistis potensi bisnis cash management dan trade finance akan terus meningkat. Pertumbuhan perdagangan lintas negara, terutama dengan semakin banyaknya korporasi Indonesia yang terlibat dalam rantai pasok global, menjadi pendorong utama ekspansi bisnis transaksi bank. Di sisi lain, percepatan digitalisasi di berbagai sektor industri membuka peluang bagi Standard Chartered untuk memperkuat solusi layanan keuangan terintegrasi.

Dengan diferensiasi layanan dan pendekatan berbasis solusi, Standard Chartered Indonesia tidak hanya berupaya menjaga posisi kompetitifnya di pasar, tetapi juga mendorong efisiensi bagi nasabah. Fokus pada transaksi dan inovasi digital diyakini menjadi kunci keberlanjutan bisnis di tengah kompetisi perbankan yang semakin ketat.

Wildan Dwi Aldi Saputra

Wildan Dwi Aldi Saputra

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

PLN Perluas Layanan Digital Lewat Promo Tambah Daya

PLN Perluas Layanan Digital Lewat Promo Tambah Daya

Danareksa Bangun Model Kawasan Industri Hijau Lewat Karbon Biru

Danareksa Bangun Model Kawasan Industri Hijau Lewat Karbon Biru

Tugu Insurance Genjot Lini Fire & Property Dongkrak Premi

Tugu Insurance Genjot Lini Fire & Property Dongkrak Premi

BYD Perkuat Komitmen Keselamatan Lewat Penarikan 115 Ribu Mobil

BYD Perkuat Komitmen Keselamatan Lewat Penarikan 115 Ribu Mobil

GTS International Perkuat Armada Energi Lewat Pembelian Kapal LNG

GTS International Perkuat Armada Energi Lewat Pembelian Kapal LNG