
JAKARTA- Kinerja pasar real estate komersial (CRE) di Asia Pasifik menunjukkan tren positif pada 2025, meski bayang-bayang ketidakpastian global masih terasa. Data terbaru dari konsultan properti global JLL mencatat bahwa investasi CRE di kawasan ini tumbuh signifikan, mencapai US$31,2 miliar atau sekitar Rp517,68 triliun pada kuartal II/2025.
Lonjakan ini mencerminkan daya tarik Asia Pasifik bagi investor global yang terus mencari peluang di tengah perubahan pasar.
Secara kumulatif, total investasi pada paruh pertama tahun 2025 mencapai US$67,6 miliar, tumbuh 17% dibandingkan periode sama tahun lalu. Pertumbuhan ini terjadi meski sentimen investor masih berhati-hati, dengan proses due diligence berjalan lebih lama akibat ketidakpastian ekonomi yang belum sepenuhnya mereda.
Baca JugaPemerintah Tingkatkan Distribusi LPG Subsidi Agar Lebih Tepat Sasaran
Korea Selatan Pimpin Pertumbuhan
Dari seluruh negara di kawasan, Korea Selatan menjadi bintang dengan mencatatkan kenaikan investasi tertinggi secara tahunan. Pada kuartal II/2025, investasi di Negeri Ginseng melonjak 72% menjadi US$6 miliar. Akumulasi semester pertama pun ikut menguat 64% menjadi US$12,8 miliar.
Sektor perkantoran mendominasi dengan kontribusi 77% dari total volume pasar. Lonjakan transaksi ini terjadi karena banyak pemilik aset melepas properti mereka sebelum risiko kelebihan pasokan (oversupply) menghantui kawasan pusat bisnis.
Tak hanya sektor perkantoran, pasar hotel di Korea Selatan juga aktif. Para pemilik memanfaatkan pemulihan kinerja industri perhotelan untuk menjual aset dengan harga premium.
Jepang Masih Jadi Pasar Favorit
Selain Korea Selatan, Jepang tetap mempertahankan posisinya sebagai salah satu pasar properti terkuat di Asia Pasifik. Pada kuartal II/2025, nilai investasi CRE di Jepang mencapai US$7,6 miliar, meningkat 31% YoY.
Secara total, semester pertama 2025 mencatat US$21,3 miliar investasi, naik 23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sektor perkantoran mendominasi dengan dukungan investor domestik, sementara sektor hunian mencatat permintaan tertinggi sejak kuartal I/2022.
Investor global seperti Warburg Pincus, Aberdeen, dan CapitaLand bersama J-REITs memperlihatkan minat besar terhadap aset hunian multifamily di Jepang. Hal ini mendorong pasar properti residensial negeri sakura ke level baru yang lebih kuat.
Risiko Geopolitik dan Fokus Investor
Meski pertumbuhan terlihat solid, JLL menyoroti adanya faktor risiko yang masih membayangi kawasan. Berdasarkan survei terhadap 75 investor, sektor industri dan logistik, energi dan infrastruktur, serta ritel dianggap paling rentan terhadap ketegangan geopolitik dan dinamika suku bunga dalam lima tahun ke depan.
Sebaliknya, sektor hunian, kesehatan, dan life sciences dipandang lebih aman karena ditopang oleh kebutuhan domestik yang relatif stabil.
CEO Asia Pacific Capital Markets JLL, Stuart Crow, menilai bahwa daya tarik Asia Pasifik tetap kuat meskipun investor menghadapi tantangan global.
“Meski investor menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, real estate komersial Asia Pasifik terus menarik investor global. Hal ini menunjukkan kekuatan fundamental kawasan dan resilience untuk sektor ini,” jelas Stuart.
Ia menambahkan bahwa Korea Selatan khususnya menunjukkan kinerja yang mengesankan pada kuartal II/2025. Transaksi perkantoran di Seoul bahkan mencapai level tertinggi sejak kuartal II/2021, berkat alokasi modal domestik yang lebih besar serta biaya pembiayaan yang menurun.
“Dengan penurunan suku bunga acuan menjadi 2,5% oleh Bank of Korea pada Mei lalu, kami optimistis momentum positif ini akan berlanjut pada kuartal berikutnya,” ujarnya.
Indonesia Bertumpu pada Manufaktur dan Industri
Di sisi lain, Indonesia tetap menjadi destinasi investasi yang menarik di Asia Tenggara, meskipun fokusnya berbeda dibandingkan Korea Selatan atau Jepang. Country Head JLL Indonesia, Farazia Basarah, menyebutkan bahwa sektor manufaktur dan industri masih menjadi tumpuan utama pasar real estate komersial Indonesia.
“Terlepas dari tantangan ekonomi global, kami melihat permintaan domestik yang solid serta penempatan modal internasional yang selektif, menempatkan Indonesia sebagai salah satu destinasi investasi utama di Asia Tenggara yang terus berkembang,” kata Farazia.
Dukungan terhadap sektor industri ini sejalan dengan tren pemerintah mendorong investasi di kawasan manufaktur. Pertumbuhan industri yang stabil menjadi landasan bagi masuknya modal internasional ke pasar real estate komersial Indonesia.
REI Catat Investasi Properti Rp75 Triliun
Sejalan dengan laporan JLL, Dewan Pengurus Pusat (DPP) Realestat Indonesia (REI) juga mencatat pertumbuhan positif investasi di dalam negeri. Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto, mengungkapkan bahwa realisasi investasi properti mencapai Rp75 triliun sepanjang semester I/2025.
“Investasi di properti di semester I/2025 adalah sebesar Rp75 triliun. Ini adalah kondisi yang mestinya membuat kita optimis di semester kedua ini ataupun triwulan keempat,” kata Joko saat sosialisasi Kredit Program Perumahan di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa bisnis pasar real estate sepanjang semester I/2025 juga tumbuh 3,71%, sementara sektor konstruksi meningkat 4,98%. Kredit properti pun tercatat naik 7,62% hingga Juli 2025, meski mengalami perlambatan pertumbuhan bulanan dibandingkan bulan Juni.
“Kalau kita melihat data, maka realisasi pertumbuhan properti, kredit properti mulai Maret itu sudah melambat, Juni semua kredit itu sudah di single digit,” jelasnya.
Optimisme dan Tantangan ke Depan
Meski ada sejumlah tantangan seperti risiko geopolitik, suku bunga, dan ketidakpastian ekonomi global, tren investasi properti di Asia Pasifik menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Korea Selatan dan Jepang mencatat pertumbuhan tajam, sementara Indonesia menempatkan sektor industri dan manufaktur sebagai motor utama untuk menarik modal baru.
Dengan tren ini, paruh kedua 2025 diharapkan tetap memberikan momentum positif bagi investor, baik lokal maupun global.

Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Xavier Marks Dorong Perluasan Pasar Properti Indonesia
- 09 Oktober 2025
2.
Lelang Merchandise MotoGP Mandalika Hasilkan Rp63 Juta
- 09 Oktober 2025
3.
Optimisme Penerbitan Obligasi Multifinance Hingga Akhir Tahun
- 09 Oktober 2025
4.
Rupiah Bergerak Dinamis, Peluang Penguatan Masih Terbuka
- 09 Oktober 2025