Kamis, 02 Oktober 2025

Mesin, Pakaian, Alas Kaki Dorong Surplus Ekspor Indonesia

Mesin, Pakaian, Alas Kaki Dorong Surplus Ekspor Indonesia
Mesin, Pakaian, Alas Kaki Dorong Surplus Ekspor Indonesia

JAKARTA - Meskipun kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat sempat diberlakukan, Indonesia masih mencatat keuntungan dari ekspor komoditas nonmigas ke Negeri Paman Sam.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan surplus perdagangan dengan AS pada Januari–Agustus 2025 mencapai US$14,09 miliar, membuktikan bahwa produk-produk Indonesia tetap diminati meski menghadapi bea masuk yang cukup tinggi.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menjelaskan bahwa surplus ini didorong oleh tiga komoditas utama, yakni mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian beserta aksesorisnya, dan alas kaki. 

Baca Juga

Stimulus Fiskal Dorong Pembangunan Gudang Kopdes Merah Putih

"Komoditas penyumbang surplus nonmigas pada Januari–Agustus 2025 untuk negara AS didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), pakaian dan aksesorisnya (HS 61), dan alas kaki (HS 64)," ujarnya.

Secara rinci, ekspor mesin dan perlengkapan elektrik menyumbang surplus sebesar US$3,07 miliar. Sementara, ekspor pakaian dan aksesoris menghasilkan surplus US$1,86 miliar, dan ekspor alas kaki sebesar US$1,82 miliar. Menariknya, ketiga komoditas ini mampu mempertahankan tren positif walaupun tarif bea masuk ke AS yang diberlakukan sejak Agustus 2025 mencapai 19%. Hal ini menunjukkan bahwa daya saing produk Indonesia tetap kuat di pasar internasional.

Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia selama Januari–Agustus 2025 mencapai US$185,13 miliar, naik 7,72% dibanding periode yang sama tahun 2024. Dari total tersebut, ekspor nonmigas mencapai US$176,09 miliar atau meningkat 9,15% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini menjadi bukti bahwa sektor nonmigas masih menjadi motor utama ekspor nasional di tengah tantangan global.

Habibullah menambahkan bahwa ekspor nonmigas ke 13 negara tujuan utama sepanjang Januari–Agustus 2025 mencapai US$122,068,5 juta, naik US$6,316,1 juta atau 5,46 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor terjadi pada sebagian besar negara tujuan utama, terutama Amerika Serikat yang naik US$3,483,3 juta (20,34%), China US$3,229,0 juta (8,68%), dan Singapura US$1,503,4 juta (31,99%).

Meski begitu, terdapat beberapa negara tujuan yang mengalami penurunan ekspor. Jepang tercatat turun US$2,557,7 juta (20,22%), India turun US$1,355,1 juta (9,72%), dan Australia turun US$652,2 juta (20,76%). Penurunan ini menunjukkan adanya dinamika pasar yang tetap harus diperhatikan oleh eksportir Indonesia.

Kenaikan ekspor ke Amerika Serikat ini, menurut BPS, memberikan sinyal bahwa produk Indonesia tetap diminati meski menghadapi hambatan tarif. "Surplus perdagangan ke AS menunjukkan bahwa produk-produk kita, terutama mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian, dan alas kaki, masih memiliki daya saing yang kuat di pasar internasional," kata Habibullah.

Dalam konteks ini, strategi penetrasi pasar yang tepat menjadi kunci keberhasilan ekspor. Meski tarif impor AS tinggi, keberlanjutan ekspor komoditas unggulan Indonesia dipengaruhi oleh kualitas produk, harga kompetitif, serta diversifikasi pasar agar tidak terlalu tergantung pada satu negara tujuan.

Selain itu, kenaikan ekspor nonmigas secara keseluruhan di 2025 juga dipengaruhi oleh peningkatan permintaan dari negara-negara Asia seperti China dan Singapura. Nilai ekspor ke China meningkat US$3,229,0 juta, sedangkan Singapura melonjak US$1,503,4 juta, menunjukkan bahwa pasar regional masih menjadi sasaran yang potensial bagi produk-produk Indonesia.

BPS juga mencatat bahwa sektor industri yang menyumbang ekspor utama ke AS, seperti mesin elektrik, pakaian, dan alas kaki, memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa negara. Hal ini mendorong pemerintah untuk terus mendukung peningkatan kapasitas produksi dan kualitas produk, termasuk melalui pelatihan, penguatan rantai pasok, dan kebijakan fiskal yang mendukung sektor ekspor.

Ke depan, Habibullah memprediksi tren ekspor Indonesia ke AS akan tetap positif, mengingat adanya permintaan yang stabil dari pasar Amerika. "Walaupun ada tarif baru, ekspektasi kami ekspor ke AS akan tetap memberikan kontribusi surplus bagi neraca perdagangan, khususnya melalui komoditas unggulan nonmigas," ujarnya.

Data ini sekaligus menjadi dorongan bagi pelaku industri untuk terus meningkatkan kualitas dan inovasi produk. Sektor pakaian, alas kaki, dan mesin elektrik yang telah terbukti mampu menembus pasar Amerika menjadi contoh bahwa meski ada tantangan tarif, peluang ekspor tetap terbuka lebar.

Dengan tren ekspor yang tetap positif, pemerintah diharapkan dapat memberikan stimulus dan dukungan kebijakan yang tepat untuk mendorong keberlanjutan pertumbuhan ekspor nonmigas, sekaligus menjaga surplus perdagangan yang telah dicapai terhadap Amerika Serikat.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

PGN Perkuat Peran Mitra Strategis Pembangunan Desa Tertinggal

PGN Perkuat Peran Mitra Strategis Pembangunan Desa Tertinggal

Menhub Pastikan Stasiun KRL JIS Rampung Dalam Bulan Ini

Menhub Pastikan Stasiun KRL JIS Rampung Dalam Bulan Ini

Bebas Biaya Perpanjangan SIM B1, Janji DPR untuk Sopir

Bebas Biaya Perpanjangan SIM B1, Janji DPR untuk Sopir

NTP Petani RI Tembus Level 124,36 Sepanjang September 2025

NTP Petani RI Tembus Level 124,36 Sepanjang September 2025

BPS Catat Harga Beras Medium Premium Turun September 2025

BPS Catat Harga Beras Medium Premium Turun September 2025