Indonesia Jadikan Transformasi Energi Strategi Perdagangan Global
JAKARTA — Pemerintah Indonesia resmi menegaskan bahwa transformasi energi kini menjadi bagian integral dari strategi perdagangan nasional. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen besar Indonesia untuk memperkuat ekonomi hijau serta menjawab tantangan global terkait perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri dalam acara ABB Formula E “Engineered to Outrun” Business Event yang digelar di Jakarta.
“Di tengah berbagai tantangan global, Indonesia sadar bahwa tantangan berat saat ini bukan hanya ekonomi, tetapi juga lingkungan yang mengharuskan kita beradaptasi dan berinovasi,” ujar Dyah Roro Esti. “Ketidakpastian global ini menuntut negara berkembang, termasuk Indonesia, bertransformasi menjadi ekonomi hijau berbasis energi terbarukan dan sumber daya rendah karbon. Dengan sumber daya alam melimpah, Indonesia siap untuk melakukan transformasi energi.”
Baca Juga
Energi Bersih Jadi Pilar Ekonomi Nasional
Transformasi energi di Indonesia bukan hanya terkait isu lingkungan, melainkan telah dirancang menjadi pilar utama pembangunan ekonomi berkelanjutan. Wamendag Roro menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar dari tenaga surya, angin, air, dan bioenergi. Pemanfaatan potensi ini tidak hanya akan mengurangi emisi karbon, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional dan membuka peluang baru bagi ekspor hijau.
“Transformasi ke energi rendah karbon bukan lagi pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk menjaga keberlanjutan ekonomi dan lingkungan,” tegasnya.
Dalam kerangka tersebut, Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 31,89 persen pada tahun 2030, dan berpotensi meningkat hingga 43,2 persen apabila mendapat dukungan dari komunitas internasional. Target ini selaras dengan komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris, yang bertujuan membatasi kenaikan suhu bumi dan memperlambat laju perubahan iklim.
Kebijakan Progresif untuk Dorong Inovasi Energi Hijau
Sebagai bagian dari strategi perdagangan dan pembangunan energi hijau, pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan insentif yang dirancang untuk menarik investasi dan mempercepat adopsi teknologi bersih.
Di antaranya adalah Sertifikat Energi Terbarukan (Renewable Energy Certificate/REC) serta peluncuran Bursa Karbon Indonesia pada 2023 yang memberikan nilai ekonomi pada pengurangan emisi karbon. Melalui mekanisme pasar ini, pelaku industri diberi insentif untuk beralih ke energi bersih dan memenuhi standar lingkungan global.
Selain itu, pemerintah juga fokus mendorong dekarbonisasi sektor transportasi dengan mempercepat adopsi kendaraan listrik. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan mengurangi emisi dari transportasi, tetapi juga meningkatkan daya saing produk Indonesia dalam rantai pasok global yang kini menuntut keberlanjutan.
“Indonesia terbuka untuk berkolaborasi dengan negara-negara maju dan sektor swasta dalam pengembangan teknologi hijau dan peningkatan kapasitas energi bersih. Kami juga menyederhanakan regulasi terkait infrastruktur hijau dan penggunaan teknologi dalam peningkatan efisiensi transportasi,” ungkap Roro. “Selain itu, insentif fiskal juga diberikan untuk mendorong penerapan teknologi bersih di sektor industri dan transportasi.”
Tantangan Global Jadi Peluang
Indonesia saat ini juga tengah menghadapi tantangan dari kebijakan perdagangan internasional yang semakin menekankan keberlanjutan. Dua di antaranya adalah European Union Deforestation Regulation (EUDR) dan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang diterapkan oleh Uni Eropa.
Kedua kebijakan tersebut mensyaratkan bahwa produk ekspor seperti minyak kelapa sawit, karet, kopi, dan produk kayu harus memenuhi standar keberlanjutan dan memiliki jejak karbon yang rendah. Meski dianggap menantang, Indonesia justru melihat kebijakan ini sebagai pemicu untuk terus berbenah dan meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global.
“Kami menyambut kebijakan tersebut sebagai tantangan untuk terus meningkatkan kualitas produk ekspor Indonesia. Namun, kami juga perlu mengoptimalkan sumber daya untuk memastikan bahwa produk kami tidak hanya memenuhi standar internasional, tetapi juga kompetitif di pasar global yang semakin menuntut keberlanjutan,” ujar Wamendag Roro.
Kolaborasi Jadi Kunci Sukses
Dalam forum tersebut, Dyah Roro Esti menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan antarnegara untuk mewujudkan transformasi energi yang menyeluruh. Pemerintah Indonesia secara aktif mendorong kemitraan dengan negara-negara maju serta perusahaan swasta dalam pengembangan infrastruktur dan teknologi energi bersih.
Komitmen ini mendapat sambutan positif dari kalangan swasta dan industri internasional. President Director & Country Holding Officer ABB Indonesia, Gerard Chan, menyatakan dukungannya terhadap visi Indonesia dalam mewujudkan mobilitas berkelanjutan.
“Formula E bukan sekadar olahraga balap mobil biasa, tetapi turut menjadi platform inovasi, teknologi berkelanjutan, dan perayaan masa depan mobilitas,” tutur Gerard dalam penutupan acara.
Menuju Masa Depan Perdagangan Berbasis Ekonomi Hijau
Langkah Indonesia menjadikan transformasi energi sebagai bagian dari strategi perdagangan menunjukkan arah baru dalam diplomasi ekonomi nasional. Dengan memperkuat posisi dalam ekonomi hijau global, Indonesia tidak hanya ingin menjadi pemain yang tangguh di pasar dunia, tetapi juga berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan planet ini.
Transformasi ini diharapkan akan membawa manfaat ganda: mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia dalam menanggulangi perubahan iklim secara global. Pemerintah menargetkan dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan menjadi salah satu pusat energi terbarukan dan industri hijau terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Dengan strategi yang menyeluruh, dukungan regulasi, serta komitmen terhadap kolaborasi internasional, Indonesia kini melangkah mantap menuju masa depan yang lebih hijau, tangguh, dan berkelanjutan.
Rekomendasi
