JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kini menekankan pentingnya pengembangan kecerdasan buatan (AI) berbasis lokal di Indonesia.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menyatakan bahwa dominasi platform Large Language Model (LLM) dari pihak asing membawa risiko bias budaya yang berpotensi mengurangi kedaulatan digital Tanah Air. "AI memiliki preferensi, cultural values yang dibawa dari lingkungannya, sehingga LLM yang dibentuk adalah refleksi dari pengetahuan yang relevan dengan budayanya, ketika mereka dipakai di tempat lain ya enggak nyambung, banyak biasnya," jelas Nezar.
Menurut Nezar, dominasi LLM global bukan saja soal teknologi canggih, tetapi juga terkait bagaimana informasi dan data disaring berdasarkan nilai budaya tertentu. Hal ini dapat menyebabkan output AI yang tidak relevan atau tidak akurat ketika diterapkan di Indonesia. “Ketika LLM asing digunakan di sini, banyak data yang kurang sesuai konteks lokal, sehingga menimbulkan bias,” tambahnya.
Baca JugaPemulihan 70.000 Hektare Sawah Rusak di Sumatra Jadi Prioritas Prabowo
Small Language Model Sebagai Alternatif Strategis
Nezar menekankan bahwa di tengah persaingan global dalam pengembangan LLM yang serba bisa, terdapat peluang strategis bagi Indonesia untuk mengembangkan Small Language Model (SLM). Berbeda dengan LLM yang bersifat umum dan multi-domain, SLM dilatih dengan data-data spesifik sehingga mampu memberikan jawaban lebih akurat untuk topik tertentu.
"SLM berbeda dengan LLM, karena SLM dilatih dengan data-data spesifik dan lebih akurat dalam menjawab pertanyaan di bidang tersebut," ujar Nezar. Ia menekankan bahwa SLM memungkinkan pemanfaatan AI yang lebih sesuai dengan kebutuhan nasional, misalnya untuk mendukung kebijakan publik atau pelayanan masyarakat.
Efisiensi SLM untuk Kebijakan Publik dan Operasional Pemerinta
Lebih lanjut, mantan jurnalis dan anggota Dewan Pers ini menjelaskan keuntungan teknis SLM. Platform ini dapat mempermudah pemerintah dan masyarakat dalam menganalisis kebijakan publik, tanpa perlu bergantung pada teknik prompt engineering yang rumit. Sistem SLM memahami konteks data spesifik, sehingga memberikan informasi yang relevan secara langsung.
"Keunggulan teknis lainnya adalah kemudahan operasional. Pengguna tidak perlu lagi memikirkan teknik penulisan instruksi yang rumit demi mendapatkan data yang sesuai, karena model tersebut sudah memahami konteks spesifiknya," jelas Nezar.
Sovereign AI dan Kedaulatan Teknologi Nasional
Untuk menanggulangi masalah bias budaya dari AI asing, Nezar memperkenalkan konsep Sovereign AI atau kedaulatan AI. Indonesia membutuhkan platform AI sendiri yang dibangun di atas fondasi nilai-nilai budaya bangsa, seperti Pancasila. Dengan pendekatan ini, AI tidak hanya sekadar alat teknologi, tetapi juga mencerminkan prinsip dan norma yang relevan dengan masyarakat Indonesia.
"Untuk mencapai sovereign AI dibutuhkan landasan nilai, norma dasar, contohnya kita punya Pancasila, saya kira ini menarik sekali untuk dikembangkan lebih lanjut," tegas Nezar. Ia berharap konsep ini menjadi panduan bagi pengembang lokal dan akademisi untuk menciptakan AI yang selaras dengan kebutuhan bangsa.
Peran Akademisi dalam Riset dan Implementasi AI
Nezar juga menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pengembang teknologi, dan pemerintah. Riset AI yang dilakukan di kampus harus memiliki dampak nyata bagi masyarakat. Ia mendorong agar hasil penelitian tidak berhenti sebagai publikasi akademik semata, tetapi diterapkan dalam tata kelola teknologi digital yang adil dan inklusif.
"Harapannya, riset-riset mengenai AI yang dilakukan oleh para akademisi tidak hanya berhenti di lingkungan kampus. Hasilnya harus bermanfaat bagi masyarakat serta mewujudkan tata kelola teknologi AI dan transformasi digital yang berkeadilan," tambahnya.
Mendorong AI yang Berbasis Nilai Lokal dan Etika Digital
Nezar juga mengingatkan bahwa pengembangan AI tidak bisa lepas dari konteks etika dan nilai lokal. Penerapan SLM di Indonesia harus mempertimbangkan budaya, norma sosial, dan kebutuhan praktis masyarakat. Hal ini sekaligus menjadi langkah awal bagi kedaulatan digital Indonesia di era transformasi teknologi global.
Dengan strategi ini, Indonesia memiliki peluang untuk memimpin pengembangan AI yang relevan secara lokal dan mampu bersaing secara global. Komdigi mendorong pengembangan SLM agar AI Indonesia tidak hanya mengikuti arus global, tetapi juga menjaga identitas dan nilai budaya nasional.
Mewujudkan AI Indonesia yang Mandiri dan Berkeadilan
Kementerian Komunikasi dan Digital menekankan pengembangan Small Language Model sebagai solusi menghadapi bias LLM asing dan menguatkan kedaulatan digital nasional.
Dengan dukungan akademisi dan pengembang lokal, diharapkan AI di Indonesia tidak hanya canggih secara teknis, tetapi juga sesuai dengan nilai budaya dan norma sosial. Langkah ini menjadi bagian penting dari transformasi digital yang inklusif, berkeadilan, dan mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Mazroh Atul Jannah
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Update Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS 17 Desember 2025 Diprediksi Menguat
- Rabu, 17 Desember 2025
Rekomendasi Saham dan Prediksi IHSG Hari Ini 17 Desember 2025 Diproyeksikan Menguat
- Rabu, 17 Desember 2025
Berita Lainnya
Kemenpar Lanjutkan Program Flagship Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan 2026
- Rabu, 17 Desember 2025
Kemenkes Pastikan RSUD Sumatra Kembali Beroperasi Normal Pascabencana
- Rabu, 17 Desember 2025
Siap-Siap Tidak Ke Kantor Seminggu Akhir Desember 2025 Diusulkan WFA, Cek Cuti Bersama
- Rabu, 17 Desember 2025
Terpopuler
1.
2.
8 Pilihan Makanan Kaya Vitamin B12 untuk Tubuh Lebih Sehat
- 17 Desember 2025
3.
6 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Sepatu Bagi Kesehatan Tubuh Optimal
- 17 Desember 2025
4.
Mengungkap 7 Manfaat Matcha Untuk Kesehatan Tubuh dan Pikiran
- 17 Desember 2025











