JAKARTA - Di balik sejuknya udara pegunungan Wonosalam, Kabupaten Jombang, tersimpan kisah inspiratif tentang semangat dan ketekunan seorang anak muda.
Ia berhasil membawa cita rasa kopi lokal menembus panggung internasional. Ia adalah Agus Abdullah, pemuda dari Dusun Panglungan, Desa Panglungan, yang kini menjadi buah bibir para penikmat kopi dunia berkat racikan kopi fermentasi excelsa hasil karyanya.
Dalam waktu singkat, aroma harum kopi hasil olahannya tak hanya menebar di kafe-kafe lokal, tapi juga telah menembus pasar Eropa.
Dari Ukraina hingga Belarus, permintaan atas kopi fermentasi buatan Agus terus berdatangan, menjadikannya simbol baru kebangkitan kopi daerah yang berdaya saing global.
Dari Lereng Wonosalam Menuju Pasar Dunia
Perjalanan Agus Abdullah meniti karier sebagai pengolah kopi fermentasi bukanlah cerita yang lahir dari keberuntungan semata.
Ia memulai usahanya dari nol, memanfaatkan potensi kopi excelsa jenis kopi yang banyak tumbuh di lereng Wonosalam namun kerap terpinggirkan dari dominasi arabika dan robusta.
Berkat keuletan dan eksperimen panjang dalam proses fermentasi alami, Agus berhasil menciptakan kopi dengan cita rasa unik yang kini menjadi ciri khas produknya.
“Fermentasi itu bukan cuma soal sains, tapi juga tentang rasa, intuisi, dan kesabaran,” ujarnya penuh keyakinan.
Ketekunannya berbuah hasil ketika pada tahun 2023, kopi fermentasi excelsa buatannya berhasil menyabet gelar juara nasional dalam ajang kompetisi kopi bergengsi. Dari sinilah jalan menuju pasar mancanegara terbuka lebar.
Tidak lama setelah kemenangan itu, pesanan dari Ukraina berdatangan, disusul oleh Belarus, yang kini menjadi salah satu tujuan ekspor utama kopinya di kawasan Eropa Timur.
Produksi Masih Mengandalkan Cara Tradisional
Meski permintaan meningkat tajam, Agus mengaku masih menghadapi tantangan besar dalam hal kapasitas produksi. Seluruh proses pengolahan kopi fermentasi masih dilakukan secara manual, mulai dari pemilihan biji, proses fermentasi, hingga pengeringan yang sangat bergantung pada kondisi cuaca.
“Kadang cuaca yang tidak menentu bisa menunda proses produksi berhari-hari,” ungkap Agus.
Dalam satu kali pengiriman, ia hanya mampu mengekspor 2 hingga 4 ton kopi, jumlah yang masih jauh dari permintaan pembeli luar negeri.
Namun, keterbatasan itu justru membuatnya semakin berhati-hati menjaga kualitas. Setiap batch kopi fermentasi yang keluar dari rumah produksinya harus memiliki aroma, tekstur, dan cita rasa yang konsisten. “Saya lebih memilih menolak pesanan daripada mengorbankan kualitas,” tegasnya.
Kopi Fermentasi, Harmoni Sains dan Seni
Bagi Agus, proses fermentasi bukan sekadar teknik pengolahan, melainkan seni yang menuntut perasaan dan intuisi. Ia memandang setiap biji kopi sebagai hasil karya alam yang perlu diperlakukan dengan penuh penghargaan.
“Fermentasi itu mengajarkan saya tentang kesabaran. Setiap aroma dan rasa yang muncul adalah kombinasi dari ilmu dan kepekaan,” katanya.
Kopi excelsa fermentasi buatannya dikenal memiliki profil rasa yang kompleks dan lembut. Dalam satu teguk, penikmatnya bisa menemukan nuansa apel, stroberi, hingga madu, tanpa perlu tambahan gula.
Salah satu penggemar berat kopi karya Agus adalah Chandra Fiqi, warga Jombang. Ia mengaku terpikat oleh keunikan rasanya.
“Kopi excelsa ini beda dari yang lain. Saya bisa merasakan rasa apel, stroberi, dan madu tanpa perlu gula tambahan,” ungkap Chandra.
Keunikan inilah yang membuat kopi fermentasi excelsa dari Wonosalam mampu bersaing dengan produk-produk kopi premium dunia.
Harga Premium, Cita Rasa Istimewa
Meski berasal dari desa kecil di Jombang, kopi fermentasi excelsa buatan Agus dipasarkan dengan harga premium. Untuk kemasan 200 gram, harganya mencapai Rp200 ribu. Namun bagi pecinta kopi sejati, harga itu dianggap sepadan dengan pengalaman rasa yang ditawarkan.
Setiap pembeli yang datang ke rumah produksinya di Dusun Panglungan bisa menyaksikan langsung proses fermentasi yang dilakukan dengan cara tradisional. Mulai dari perendaman biji dalam wadah tertutup hingga tahap pengeringan di bawah sinar matahari alami.
Selain menjual secara langsung, Agus juga memanfaatkan media sosial untuk memperluas pasar. Ia memasarkan produknya secara daring ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, bahkan hingga ke luar negeri melalui jejaring ekspor skala kecil.
Potensi Kopi Wonosalam di Mata Dunia
Keberhasilan Agus membuka jalan bagi petani dan pengusaha muda di Wonosalam untuk lebih percaya diri menghadirkan produk kopi berkualitas tinggi. Daerah ini sejatinya telah lama dikenal sebagai salah satu sentra kopi excelsa terbaik di Indonesia, namun baru belakangan ini mendapatkan perhatian berkat tren kopi fermentasi.
Agus berharap pemerintah daerah dan instansi terkait dapat memberikan dukungan lebih besar, baik dalam bentuk pelatihan, peralatan produksi, maupun akses ekspor yang lebih mudah.
“Kalau ada dukungan untuk peningkatan kapasitas, saya yakin kopi Wonosalam bisa bersaing dengan kopi manapun di dunia,” ucapnya optimis.
Inspirasi bagi Petani Muda
Kisah Agus Abdullah menjadi inspirasi bagi banyak anak muda di pedesaan. Ia membuktikan bahwa dengan kreativitas, kerja keras, dan keberanian berinovasi, produk lokal mampu menembus pasar global.
Lebih dari sekadar bisnis, apa yang dilakukannya menjadi bentuk cinta terhadap tanah kelahiran dan potensi alam Indonesia.
Kini, aroma kopi fermentasi excelsa dari lereng Wonosalam bukan lagi sekadar kebanggaan lokal, melainkan simbol kualitas dan karakter kopi Nusantara yang diakui dunia.
Dengan metode fermentasi yang penuh ketelitian dan nilai seni, Agus Abdullah telah membuktikan bahwa produk lokal pun bisa mendunia tanpa kehilangan jati dirinya.
Perjalanan ekspor kopi fermentasi excelsa ke Ukraina dan Belarus hanyalah langkah awal dari potensi besar kopi Indonesia di pasar global.
Kopi racikan Agus bukan sekadar minuman, melainkan kisah tentang kesungguhan, tradisi, dan mimpi besar dari desa kecil di lereng Wonosalam.
Dan dari setiap cangkir yang diseduh, dunia kini bisa mencicipi semangat dan kehangatan Indonesia yang tersimpan di dalamnya.