JAKARTA - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mencatat sejarah baru dalam bidang pangan.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan, dalam satu tahun terakhir, Indonesia berhasil menghentikan impor beras premium, menandai capaian kemandirian pangan yang semakin nyata. Keberhasilan ini didorong oleh peningkatan produksi nasional dan penguatan program pertanian di daerah sentra padi.
Amran menegaskan, stok beras di Indonesia pada 2025 mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah, sehingga menimbulkan keyakinan bahwa target swasembada beras bisa dicapai lebih cepat dari rencana semula pada 2029, yakni diproyeksikan pada 2026. “Sampai detik ini, saya, enggak ada impor beras premium,” ujar Amran.
Keberhasilan Pemerintah Hentikan Impor Beras Premium
Keberhasilan ini merupakan hasil kerja kolektif antara pemerintah, petani, TNI, dan masyarakat. Amran menyebutkan, koordinasi dan dukungan di tingkat daerah menjadi kunci utama dalam meningkatkan produktivitas padi. Dengan meningkatnya produksi, ketergantungan terhadap impor beras premium bisa ditekan, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan krisis global.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi beras nasional pada periode September hingga November 2025 mencapai 33,1 juta ton, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 30 juta ton. Peningkatan ini tak lepas dari strategi optimalisasi lahan produktif, penggunaan pupuk secara efisien, serta perbaikan sistem irigasi yang mendorong produktivitas pertanian meningkat signifikan.
Produksi dan Efisiensi Anggaran Dukung Ketahanan Pangan
Efisiensi anggaran juga menjadi faktor penting. Amran menjelaskan, optimalisasi pupuk dan irigasi berhasil menghemat dana sekitar Rp 1,7 triliun, yang kemudian dialihkan untuk program produktif. Dana ini digunakan untuk penyediaan benih, pembelian traktor, serta perbaikan irigasi, sehingga nilai produksi pertanian meningkat hingga Rp 17 triliun dalam kurun waktu tiga bulan.
Pemerintah juga menekankan pengawasan terhadap praktik mafia pangan yang sering mengganggu tata niaga beras nasional. Langkah ini dipadukan dengan operasi pasar dan penguatan distribusi sehingga harga beras tetap stabil, dan ketahanan pangan bisa terjaga.
Peran Petani, TNI, dan Generasi Muda dalam Pertanian
Amran menegaskan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak. Petani menjadi garda terdepan dalam peningkatan produksi, sementara TNI dan pemerintah daerah membantu pengawasan dan distribusi. Generasi muda juga didorong untuk terlibat aktif, memanfaatkan teknologi dan inovasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas.
“Sekarang kan lebih banyak kan millenial. Ini harus dimotivasi, diarahkan, dibimbing, dan dibina. Karena kalau ini bergerak bersama-sama, ini geger ini republik,” ujar Amran. Keterlibatan generasi muda di sektor pertanian diharapkan tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga membentuk sistem pertanian berkelanjutan yang adaptif terhadap perubahan global.
Hilirisasi Komoditas dan Penciptaan Lapangan Kerja
Langkah pemerintah berikutnya akan fokus pada hilirisasi enam komoditas utama: kakao, kopi, kelapa, mente, pala, dan sawit. Pemerintah telah menyiapkan dana hibah sebesar Rp 9,9 triliun, serta rencana investasi senilai Rp 371 triliun, untuk mendukung pengembangan industri hilir dan penciptaan lapangan kerja.
Selain itu, pemerintah menargetkan delapan juta lapangan kerja baru melalui pengembangan lahan produktif di Kalimantan dan Merauke. Hilirisasi dan pengembangan lahan ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan pendapatan petani, serta memperkuat ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.
Keberhasilan pemerintah dalam menghentikan impor beras premium dan meningkatkan produksi dalam waktu satu tahun menjadi bukti nyata bahwa upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda mampu menghadirkan swasembada pangan. Langkah-langkah efisiensi, pengawasan, dan inovasi pertanian menjadi strategi kunci untuk memastikan Indonesia mandiri secara pangan dan siap menghadapi tantangan global di masa depan.