JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan komitmennya dalam mempercepat implementasi teknologi iradiasi guna memperkuat ketahanan pangan nasional.
Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya pemerintah dalam memastikan ketersediaan pangan yang aman, berkualitas, dan berdaya saing di pasar global.
Menurut Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN, Prof. Irawan Sugoro, penggunaan iradiasi pangan telah terbukti aman dan efektif dalam menjaga mutu serta memperpanjang masa simpan berbagai produk.
Dengan cara ini, hasil pertanian dan pangan lokal diharapkan mampu menembus pasar ekspor dengan standar kualitas internasional.
Penerapan teknologi ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi riset tidak hanya berfokus pada penemuan ilmiah, tetapi juga memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat.
BRIN ingin memastikan bahwa hasil penelitian dan teknologi modern dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri pangan dalam negeri.
Penjelasan dan Prinsip Teknologi Iradiasi
Teknologi iradiasi pangan, seperti dijelaskan Prof. Irawan, merupakan proses penyinaran bahan pangan dengan menggunakan radiasi pengion seperti sinar gamma, elektron, atau sinar X.
Tujuan utamanya adalah menonaktifkan mikroba, bakteri, dan hama tanpa mengubah karakteristik alami produk maupun menjadikannya radioaktif.
Berbeda dari proses pemanasan atau penggunaan bahan kimia, iradiasi bekerja dengan prinsip “non-termal”, sehingga rasa, tekstur, serta kandungan gizi pangan tetap terjaga dengan baik. Proses ini membuat produk tetap segar lebih lama tanpa menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia.
Iradiasi bekerja secara selektif dengan memutus rantai DNA mikroorganisme dan serangga pengganggu di tingkat seluler. Hal ini memungkinkan pengawetan dilakukan tanpa mengubah bentuk fisik atau nilai gizi bahan makanan yang disinari.
Selain itu, proses iradiasi juga membantu mengurangi potensi kehilangan hasil pascapanen yang selama ini menjadi kendala besar bagi petani dan pelaku usaha pangan lokal. Dengan begitu, produk dapat bertahan lebih lama di pasaran dan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Manfaat bagi Perekonomian dan Daya Saing Ekspor
Penerapan teknologi iradiasi pangan tidak hanya penting bagi keamanan konsumsi masyarakat, tetapi juga menjadi instrumen ekonomi strategis.
Dengan memperpanjang masa simpan dan menjaga kualitas, produk-produk Indonesia dapat memenuhi standar ketat negara tujuan ekspor seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Prof. Irawan menegaskan bahwa iradiasi pangan bukanlah teknologi baru, namun penerapannya di Indonesia masih perlu dipercepat agar dampaknya lebih luas. Dengan dukungan regulasi dan infrastruktur yang memadai, industri pangan nasional dapat memanfaatkan teknologi ini secara optimal.
BRIN berperan sebagai fasilitator riset, pendamping teknis, sekaligus mitra strategis industri yang ingin mengembangkan produk berbasis iradiasi. Kerja sama lintas sektor diharapkan mempercepat transfer teknologi dari laboratorium ke tingkat industri.
Selain mendukung ekspor, implementasi teknologi iradiasi juga membantu menjaga stabilitas harga pangan domestik. Produk yang lebih tahan lama akan mengurangi risiko kerugian akibat pembusukan atau gagal distribusi di wilayah terpencil.
Edukasi Publik dan Pelurusan Persepsi tentang Teknologi Nuklir
Salah satu tantangan yang dihadapi BRIN dalam memperluas penggunaan teknologi iradiasi adalah persepsi negatif masyarakat terhadap istilah “nuklir”.
Menurut Prof. Irawan, banyak orang mengira bahwa produk yang disinari radiasi menjadi berbahaya atau radioaktif, padahal hal itu tidak benar secara ilmiah.
“Iradiasi pangan tidak menjadikan bahan makanan bersifat radioaktif karena radiasi yang digunakan tidak meninggalkan residu energi,” jelasnya.
Proses ini sepenuhnya aman, bahkan telah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebagai metode pengawetan yang layak diterapkan secara luas.
Untuk mengatasi kesalahpahaman tersebut, BRIN aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat serta pelaku industri. Edukasi ini mencakup pemahaman ilmiah tentang cara kerja iradiasi dan manfaatnya bagi kesehatan serta ekonomi.
Pendekatan edukatif ini diharapkan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap hasil riset dalam negeri. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi ragu untuk mengonsumsi produk pangan yang telah melalui proses iradiasi.
Arah Kebijakan dan Harapan ke Depan
Percepatan implementasi teknologi iradiasi merupakan bagian dari kebijakan besar BRIN dalam mendorong kemandirian teknologi nasional. Ke depan, BRIN berencana memperluas jaringan fasilitas iradiasi di beberapa wilayah strategis agar lebih mudah diakses oleh industri pangan, pertanian, dan perikanan.
Langkah tersebut diharapkan mendorong terciptanya ekosistem riset terapan yang berkesinambungan antara peneliti, pemerintah, dan dunia usaha. Dengan dukungan regulasi serta kemitraan swasta, iradiasi bisa menjadi solusi modern yang menjembatani inovasi dengan kebutuhan pasar.
Pemerintah juga menargetkan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang teknologi proses radiasi melalui pelatihan, kolaborasi internasional, dan riset lanjutan.
Semua upaya itu diarahkan agar Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pengembang teknologi nuklir yang aman dan produktif.
Prof. Irawan menutup pernyataannya dengan menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk mempercepat manfaat teknologi iradiasi.
“Teknologi nuklir sering kali dipersepsikan negatif, padahal manfaatnya sangat luas, mulai dari kesehatan, pertanian, hingga pangan,” ujarnya.
Dengan komitmen riset yang berkelanjutan dan dukungan pemerintah, BRIN optimistis teknologi iradiasi akan menjadi bagian penting dari sistem pangan nasional. Selain memperkuat ketahanan pangan, penerapannya juga akan meningkatkan posisi Indonesia di kancah perdagangan internasional.