JAKARTA - Harga emas global kembali mencatatkan rekor all time high (ATH) terbaru pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Data terbaru menunjukkan harga emas naik signifikan hingga menembus angka US$4.159,39 per troy ounce pada pukul 10.33 WIB.
Sejak awal tahun ini, harga emas telah melonjak hampir 60% secara year to date (YtD). Kenaikan tersebut mengindikasikan pertumbuhan sebesar 57,55% YtD dan bahkan mencapai 153,05% dalam tiga tahun terakhir. Hal ini menunjukkan ketertarikan investor terhadap logam mulia sebagai aset aman.
Harga emas bertengger pada level US$4.163,53 per troy ounce pukul 11.29 WIB. Kenaikan harian yang tercatat adalah sebesar 1,3%, mempertegas momentum bullish logam mulia ini. Kenaikan tersebut melampaui ekspektasi banyak analis pasar.
Kenaikan harga emas yang berlangsung hari ini melanjutkan tren positif yang telah terjadi sepanjang tahun 2025. Data ini menunjukkan bahwa emas menjadi aset yang semakin diminati di tengah ketidakpastian global dan kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Faktor Pemicu Kenaikan Harga Emas
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan bahwa harga emas sudah mulai menunjukkan tanda pecah rekor baru sejak pagi hari ini. Ibrahim menyebutkan harga emas dunia pagi ini sudah menyentuh US$4.130 per troy ounce.
Ia menambahkan bahwa minggu ini harga emas kemungkinan akan segera mencapai level US$4.150 per troy ounce. Lonjakan harga ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti risiko geopolitik yang meningkat dan ketidakpastian fiskal di berbagai negara. Ketidakpastian ini mendorong investor untuk mencari perlindungan melalui emas.
Pengaruh Risiko Geopolitik dan Bank Sentral AS
Ibrahim menjelaskan bahwa selain risiko geopolitik, ancaman terhadap independensi bank sentral Amerika Serikat juga ikut mendorong kenaikan harga emas. Faktor lain yang turut berperan adalah dinamika suplai dan permintaan logam mulia yang berubah.
Meskipun terjadi koreksi harga emas saat gencatan senjata di Timur Tengah, dampaknya hanya bersifat sementara. Harga sempat turun ke US$3.944 per troy ounce saat gencatan tersebut, namun segera kembali naik setelah aksi taking profit oleh hedge fund besar. Ini menandakan bahwa sentimen pasar tetap optimis.
Peran Hedge Fund dan Pelemahan Rupiah
Ibrahim mengungkapkan bahwa aksi taking profit dilakukan di level US$4.100 per troy ounce. Setelah harga turun di bawah level tersebut, pembelian besar-besaran kembali terjadi, memperkuat tren penguatan harga emas. Hedge fund besar memanfaatkan momentum untuk meraih keuntungan optimal.
Ia juga menyoroti bahwa pelemahan mata uang rupiah berpengaruh terhadap kenaikan harga logam mulia ini. Kondisi tersebut membuat emas semakin diminati sebagai aset safe haven oleh para investor dalam negeri. Rupiah yang melemah menambah daya tarik emas sebagai instrumen lindung nilai.
Proyeksi Harga Emas Kuartal IV 2025
Dilansir dari Trading Economics, harga emas diperkirakan akan diperdagangkan pada level US$4.066,91 per troy ounce pada akhir kuartal ketiga tahun ini. Proyeksi tersebut menunjukkan potensi harga emas untuk tetap berada di level tinggi. Hal ini menjadi sinyal positif bagi investor logam mulia.
Investor global cenderung meningkatkan pembelian aset safe haven, terutama di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Spekulasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS semakin mendorong minat beli emas. Emas dianggap sebagai lindung nilai yang efektif dalam kondisi ketidakpastian ini.
Dampak Perang Dagang AS-China dan Shutdown Pemerintah AS
Presiden AS Donald Trump kembali memicu ketegangan perang dagang dengan mengancam mengenakan tarif baru atas barang-barang China. Beijing pun merespons dengan janji mengambil tindakan balasan jika langkah tersebut diteruskan. Ketegangan ini menambah tekanan pada pasar global.
Kecemasan pasar juga diperparah dengan ancaman penutupan pemerintah AS (shutdown) yang berkepanjangan. Menteri Keuangan Scott Bessent menyatakan kondisi tersebut mulai memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Amerika Serikat. Situasi ini membuat ketidakpastian ekonomi semakin meningkat.
Antisipasi Pernyataan Ketua The Fed
Investor kini menantikan pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell yang akan disampaikan dalam pertemuan tahunan National Association for Business Economics (NABE). Pernyataan ini sangat dinanti untuk mendapatkan gambaran terkait arah kebijakan suku bunga bank sentral AS.
Pelaku pasar memperkirakan kemungkinan besar akan terjadi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Oktober ini. Probabilitas tersebut mencapai 97%, sedangkan peluang pemangkasan di bulan Desember diperkirakan sebesar 90%. Kebijakan ini dipandang akan memengaruhi pergerakan harga emas secara signifikan.
Prospek Harga Emas Jangka Panjang
Riset dari Trading Economics menulis bahwa harga emas diprediksi akan diperdagangkan pada level US$4.248,49 dalam 12 bulan ke depan. Prediksi tersebut menunjukkan prospek cerah bagi logam mulia sebagai instrumen investasi.
Situasi ketidakpastian ekonomi dan politik yang masih berlanjut membuat emas tetap menjadi pilihan utama investor. Harga emas yang terus mencetak rekor baru memperkuat posisi logam mulia sebagai aset perlindungan nilai di tengah dinamika pasar yang tidak menentu.
Dengan demikian, harga emas yang tembus rekor ATH baru pada Selasa, 14 Oktober 2025 ini menjadi refleksi nyata dari dinamika global saat ini. Investor dan pelaku pasar terus memantau perkembangan geopolitik dan kebijakan moneter dunia yang akan menentukan tren harga emas ke depan.