10 Jurusan Kuliah yang Kini Kurang Menguntungkan, Harvard Ungkap

Selasa, 14 Oktober 2025 | 15:47:29 WIB
10 Jurusan Kuliah yang Kini Kurang Menguntungkan, Harvard Ungkap

JAKARTA - Mengikuti gelar sarjana tidak lagi otomatis menjamin masa depan cerah di dunia kerja.

Studi terbaru dari Harvard menunjukkan bahwa beberapa jurusan yang dulunya dianggap bergengsi kini menghadapi penurunan nilai ekonomi, seiring perubahan cepat kebutuhan industri. Fenomena ini menunjukkan bahwa keberhasilan karier tidak lagi ditentukan sekadar oleh ijazah, tetapi oleh keterampilan yang relevan dan kemampuan beradaptasi.

Jurusan yang Tergerus Otomatisasi dan Perubahan Industri

Riset oleh ekonom Harvard, David J. Deming dan Kadeem Noray, menyoroti tren yang dinamakan degree fatigue, yakni kelelahan nilai gelar. Artinya, gelar akademik yang dulu menjadi tolok ukur kesuksesan kini kehilangan daya saing di era disrupsi teknologi dan otomatisasi.

Jurusan terapan seperti Administrasi Bisnis, Ilmu Komputer, dan Teknik Mesin mulai menghadapi tekanan karena perubahan kebutuhan keterampilan. Misalnya, lulusan MBA dari sekolah bisnis ternama kini tidak selalu memperoleh posisi bergaji tinggi sebagaimana satu dekade lalu. Ilmu komputer tetap diminati, namun gaji awal yang tinggi cepat usang jika lulusan tidak melakukan pembaruan skill secara konsisten. Teknik Mesin juga terdampak otomatisasi serta relokasi produksi ke luar negeri.

Akuntansi pun mulai tergerus oleh teknologi, dengan banyak fungsi rutin yang digantikan software dan kecerdasan buatan. Biokimia, meskipun memiliki dasar ilmiah kuat, memiliki peluang industri terbatas, sementara lulusan psikologi S1 perlu melanjutkan ke jenjang S2 atau S3 untuk menjangkau karier lebih luas.

Humaniora & Sosial, Minat Turun Drastis

Bidang humaniora dan ilmu sosial mengalami penurunan minat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data dari The Harvard Crimson menunjukkan jumlah mahasiswa jurusan humaniora menurun sejak 2013, karena mahasiswa kini lebih tertarik pada program yang menjanjikan prospek karier jelas seperti STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) dan data science.

Jurusan Bahasa Inggris, Sosiologi, Sejarah, dan Filsafat menghadapi tantangan tersendiri. Walaupun kemampuan berpikir kritis dan analisis yang diajarkan sangat berharga, jurusan-jurusan ini sulit dipasarkan langsung ke industri. Gaji yang ditawarkan cenderung rendah dan kesempatan karier terbatas, terutama bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Para peneliti Harvard menegaskan, perusahaan kini lebih fokus pada keterampilan spesifik daripada gelar formal. Analisis data, kecakapan digital, kreativitas, dan kemampuan adaptasi kini lebih dihargai di pasar kerja modern.

Masa Depan Pendidikan dan Karier yang Berkelanjutan

Masa depan pendidikan bukan lagi tentang gelar tunggal, melainkan perjalanan belajar seumur hidup. Laporan Harvard menekankan bahwa mahasiswa yang mampu menggabungkan keahlian teknis, empati, dan kreativitas akan lebih tahan terhadap perubahan pasar kerja.

Jurusan-jurusan yang masih menawarkan pengembalian tinggi antara lain teknik, ilmu komputer, dan keperawatan. Namun, kunci kesuksesan bukan hanya memilih jurusan yang “aman”, tetapi kemampuan beradaptasi dan mengembangkan skill tambahan secara berkelanjutan.

“Gelar sarjana tidak mati,” tulis laporan Harvard. “Namun definisi nilainya berubah. Yang akan bertahan adalah mereka yang menganggap pendidikan sebagai perjalanan panjang, bukan sekadar sertifikat.”

Fenomena degree fatigue ini menjadi peringatan bagi calon mahasiswa dan orang tua: memilih jurusan harus mempertimbangkan kebutuhan industri dan potensi pengembangan skill jangka panjang, bukan sekadar popularitas atau prestise institusi. Adaptasi, pembelajaran berkelanjutan, dan kombinasi keterampilan teknis serta soft skill menjadi strategi utama untuk menghadapi pasar kerja yang terus berubah

Terkini