JAKARTA - Tantangan dalam pengembangan pariwisata nasional menuntut daerah untuk menonjolkan ciri khas dan identitas unik masing-masing.
Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya menekankan bahwa kekuatan ekonomi kreatif ada pada kemampuan daerah dalam hal tersebut.
Hal ini menjadi kunci utama agar setiap wilayah bisa bersaing dan memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi lokal, sekaligus mengangkat potensi wisata yang tersembunyi.
Diferensiasi Ekonomi Kreatif Dorong Pariwisata
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menyampaikan bahwa pengembangan ekonomi kreatif tidak bisa berjalan dengan pendekatan yang seragam untuk seluruh daerah.
Menurutnya, Indonesia yang memiliki 514 kabupaten/kota seharusnya memiliki 514 karakter dan potensi unik yang perlu diangkat sebagai identitas masing-masing daerah.
Dalam sambutannya pada acara The Top Tourism Leaders Forum di Hall 9, Nusantara International Convention Exhibition (NICE) Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Tangerang, Banten, Bima Arya mengajak para pemangku kebijakan untuk aktif mengembangkan city branding yang kuat dan berbeda.
Ia mengungkapkan bahwa banyak destinasi wisata tersembunyi di Indonesia yang dapat dikembangkan secara optimal jika kepala daerah memiliki semangat dan komitmen dalam mengelola potensi wilayahnya.
Ia juga menyoroti pentingnya city branding yang unik dan membedakan satu daerah dengan daerah lainnya. Menurutnya, dengan jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia, seharusnya terdapat 514 potensi, 514 identitas, dan 514 karakter daerah.
Citra daerah, kata Bima, tidak boleh stagnan hanya karena terus menggunakan tagline yang sama atau meniru daerah lain.
“Bapak-Ibu yang sangat paham branding, tolong ajari, tolong tukar pikiran, tolong diskusi dengan para aparat, kepala dinas pariwisata, dan juga kepala daerah tentang city branding karena ini kaitannya dengan pariwisata kuat sekali. City branding ini adalah citra,” imbuhnya.
Inspirasi dari Bogor dalam Membangun Ekonomi Kreatif
Pengalaman Bima Arya ketika menjabat sebagai Wali Kota Bogor memberikan gambaran konkret bagaimana diferensiasi ekonomi kreatif dapat diterapkan.
Pada 2018, ia berhasil mengubah kawasan Mulyaharja yang awalnya merupakan desa miskin menjadi destinasi wisata baru dengan memanfaatkan hamparan persawahan hijau berlatar Gunung Salak. Transformasi ini terjadi melalui kerja sama dengan warga setempat, edukasi komunitas, dan pelatihan tour guide.
Bima mengaku tantangan muncul karena lahan tersebut merupakan milik warga dan perusahaan. Namun, berkat kesungguhan dan kolaborasi, perubahan pun terjadi.
Ia mengatakan, “Kita bekerja keras melibatkan warga, mengedukasi ibu-ibu. Kemudian mendidik para tour guide, mendidik komunitas supaya berkreasi di sana. Ini adalah salah satu dari desa atau kelurahan termiskin di Kota Bogor, dan saat ini dari titik ini, anak-anak muda, ibu-ibu, emak-emak, ini bisa hidup karena setiap weekend ramai. Mereka buat sistem sendiri.”
Pengalaman tersebut memberinya pelajaran penting bahwa membangun ekosistem pariwisata bukanlah hal mudah. Diperlukan kerja keras berbagai pihak untuk mengatasi hambatan kultural, struktural, dan infrastruktur.
Sport Tourism dan Creative Event sebagai Sumber Ekonomi
Selain pengembangan desa wisata, Bima Arya juga menyoroti potensi sport tourism sebagai segmen yang mampu memperkuat ekonomi lokal.
Ia mencontohkan pembangunan jogging track sepanjang 4,3 kilometer di sekitar Istana dan Kebun Raya Bogor yang kini ramai dimanfaatkan warga dan berdampak pada peningkatan ekonomi pelaku usaha di sekitarnya.
“Jadi, sport tourism hari ini, sesungguhnya kalau kita tekuni betul, ini bisa membangun ekosistem yang luar biasa. Karena sport tourism ini bicara kesehatan, bicara kesejahteraan, bicara juga kolaborasi dengan Forkopimda, bicara efeknya bagi UMKM dan lain-lain,” ujarnya.
Bima juga menyoroti potensi creative event seperti konser musik sebagai sumber pertumbuhan ekonomi daerah. Ia menekankan, aspek perizinan, keamanan, dan infrastruktur harus diperkuat agar event-event tersebut bisa berjalan lancar dan membawa manfaat besar bagi daerah. Ia berharap Indonesia dapat menjadi destinasi utama bagi berbagai pertunjukan seni berskala besar.
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Tantangan Bersama Pemerintah Daerah
Bima Arya menegaskan bahwa membangun ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif bukan pekerjaan mudah. Ia mengingatkan bahwa belum semua kepala daerah memiliki kesadaran bahwa pariwisata dan industri kreatif merupakan celah strategis dalam pembangunan ekonomi lokal.
“Jadi tugas dari insan pariwisata ini sebetulnya berat banget. Harus gaul membangun jejaring dan mengayakan perspektif,” kata Bima.
Menurutnya, tugas para penggerak pariwisata adalah membangun kerja sama yang erat antara pemerintah daerah, komunitas kreatif, dan pelaku usaha. Kolaborasi ini diharapkan dapat menumbuhkan ekosistem yang mendukung keberlanjutan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di setiap daerah.
Dengan menitikberatkan pada diferensiasi dan kekayaan lokal, Bima Arya mengajak seluruh pihak yang terlibat untuk memperkuat strategi pengembangan pariwisata yang berakar pada potensi daerah masing-masing.
Jika hal ini dilakukan secara konsisten dan terorganisir, Indonesia akan mampu menciptakan ekosistem pariwisata yang kuat, beragam, dan mampu bersaing di tingkat internasional.