JAKARTA - Anak perusahaan Pertamina yang menjadi bagian dari subholding upstream, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), menunjukkan prestasinya dalam menghadapi era transisi energi dengan strategi dekarbonisasi yang berkelanjutan. Arya Dwi Paramita, Sekretaris Perusahaan PHE, menyatakan hal ini saat acara Media Gathering Pertamina EP Cepu di Bandung.
Dia menjelaskan bahwa PHE telah menerapkan strategi energi transisi seperti transisi gas, dekarbonisasi, serta potensi bisnis baru berupa penyimpanan karbon (CCS) dan pemanfaatan & penyimpanan karbon (CCUS).
Industri hulu migas saat ini dihadapkan pada tantangan ketahanan energi nasional, di mana permintaan akan energi fosil diperkirakan akan terus meningkat hingga 2050 meskipun dengan perubahan komposisi energi. Penggunaan gas sebagai energi transisi menjadi penting dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.
Pertamina, sebagai bagian dari menjawab kebutuhan energi transisi, sedang mengembangkan proyek-proyek gas seperti Jambaran-Tiung Biru (JTB) di wilayah Indonesia Timur yang berhasil mencapai produksi penuh dengan stabil untuk jangka panjang.
Selain itu, PHE juga mencatatkan pencapaian dalam produksi minyak dan gas pada tahun 2023 dengan peningkatan produksi gas yang signifikan. Semua pencapaian ini didukung oleh entitas afiliasi PHE di berbagai regional.
PHE juga fokus pada aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) dengan mendapatkan rating yang baik dan telah menerapkan teknologi CCUS di lapangan Pertamina EP Sukowati Field. Mereka juga berkomitmen pada Prinsip-prinsip UNGC dan Zero Tolerance on Bribery untuk menciptakan pengelolaan operasi yang bertanggung jawab secara lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik.