Sistem Peringatan Dini di Perlintasan Kereta Api di Padang Tidak Berfungsi, Waspadalah

Sistem Peringatan Dini di Perlintasan Kereta Api di Padang Tidak Berfungsi, Waspadalah

JAKARTA - Pada tanggal 27 Februari 2025, laju kereta api di Jalan Adinegoro, Padang, Sumatera Barat, menjadi perhatian serius warga setempat dan pengguna jalan. Sistem peringatan dini atau yang dikenal dengan Early Warning System (EWS) di perlintasan sebidang tanpa palang pintu ditemukan tidak berfungsi seperti seharusnya, sehingga menimbulkan potensi risiko keselamatan yang tinggi.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Divre) II Sumbar melaporkan bahwa sejak awal tahun 2025, telah terjadi tiga insiden pelanggaran lalu lintas yang berakhir dengan kecelakaan antara kereta api dan mobil di perlintasan ini. Insiden-insiden ini memperlihatkan betapa krusialnya fungsi EWS dalam menjamin keamanan pengendara dan penumpang kereta api.

Menurut data yang dihimpun, perlintasan sebidang tanpa palang pintu ini memang sering kali menjadi sumber masalah akibat kelangkaan infrastruktur keselamatan yang memadai. Sistem peringatan dini, yang seharusnya berperan mengingatkan pengendara akan kedatangan kereta, gagal beroperasi, dan hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keselamatan publik di kawasan tersebut.

Juru bicara PT KAI Divre II Sumbar menyatakan keprihatinannya atas situasi ini. "Kami sangat menyayangkan adanya kerusakan pada sistem peringatan dini di perlintasan ini. Keselamatan adalah prioritas utama kami, dan kami berkomitmen untuk segera mengatasi masalah ini," ujar Hadi Suprapto, perwakilan resmi dari PT KAI. Ia menambahkan bahwa upaya perbaikan sedang dalam proses dan diharapkan bisa selesai secepat mungkin.

Selain itu, PT KAI berencana untuk meningkatkan pengawasan di perlintasan-perlintasan yang rawan mengalami kerusakan teknis. "Kami sedang mengupayakan peningkatan sistem pemeliharaan dan pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang," tambah Hadi. Tindakan tersebut sejalan dengan upaya perusahaan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna kereta api dan pengendara di sekitar perlintasan.

Pada kesempatan terpisah, salah seorang warga setempat, Bapak Rudi (45), mengungkapkan kekhawatirannya, "Setiap kali melewati perlintasan ini, jantung saya berdebar karena tidak ada peringatan apapun. Kami sangat berharap ada perhatian lebih dari pihak berwenang untuk mencegah kecelakaan yang merugikan," ungkapnya. Perasaan cemas ini bukan tanpa alasan, mengingat beberapa insiden di masa lalu telah menelan kerugian material dan bahkan korban jiwa.

Pemerintah daerah Sumatera Barat melalui Dinas Perhubungan berjanji akan melakukan evaluasi terhadap sistem perlintasan di wilayah mereka. Kepala Dinas Perhubungan, Bambang Pramono, mengatakan bahwa kerjasama dengan PT KAI akan terus ditingkatkan untuk memastikan standar keselamatan terpenuhi. "Kami akan memastikan bahwa semua perlintasan memiliki sistem peringatan yang berfungsi dengan baik. Ini demi keselamatan semua pengguna jalan," ujar Bambang.

Perlintasan kereta api yang aman merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, operator kereta api, dan masyarakat. Edukasi dan kampanye keselamatan pun menjadi hal yang tak kalah penting untuk dilakukan secara rutin untuk meningkatkan kesadaran warga.

Dari sisi pengguna jalan, kehati-hatian dan kepatuhan terhadap rambu-rambu lalu lintas tetap mutlak diperlukan. Para pengendara diharapkan untuk tidak tergesa-gesa dan tetap waspada ketika melintasi perlintasan kereta api, terlebih jika sistem peringatan menunjukkan tanda-tanda gangguan.

Secara keseluruhan, insiden ini menjadi pengingat penting tentang perlunya perbaikan dan peningkatan infrastruktur keselamatan transportasi umum di Indonesia. Dengan koordinasi yang efektif antara pihak terkait, diharapkan kasus seperti ini dapat diminimalisir di masa mendatang, sehingga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat bisa lebih terjamin.