Kedewasaan Suporter Sepak Bola Nasional: Langkah Positif Bonek dan Bonita dalam Meredam Kekerasan

Kedewasaan Suporter Sepak Bola Nasional: Langkah Positif Bonek dan Bonita dalam Meredam Kekerasan

JAKARTA - Di tengah panasnya rivalitas antar suporter sepak bola di Indonesia, Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, memberikan apresiasi yang tinggi kepada suporter Persebaya Surabaya, Bonek dan Bonita, yang dinilai telah menunjukkan kedewasaan dalam mendukung tim kesayangan mereka. Sikap ini, menurut Armuji, bisa menjadi contoh positif bagi suporter klub lainnya di tanah air yang masih sering terlibat dalam aksi kekerasan.

Dalam program Gaspol! yang tayang di YouTube Kompas.com, Sabtu (22 Februari 2025), Armuji mengungkapkan bahwa Bonek kini lebih mampu bersikap dewasa. "Jadi, alhamdulillah, Bonek dan Bonita di Surabaya sudah berpikir dewasa. Artinya, suporter yang dibolehkan saat laga tandang ke Surabaya selalu disambut dengan gembira," ujarnya.

Bonek dan Bonita kerapkali menunjukkan keramahan dengan menjemput suporter lawan di stasiun dan menawari mereka tempat menginap di basecamp. Tidak hanya itu, kebaikan hati mereka dilanjutkan bahkan ketika suporter tim lawan kembali ke kota asalnya, Bonek akan mengantar mereka. "Bahkan, waktu Persija main ke Surabaya, Jak Mania kita yang nyambut sendiri. Begitu juga ketika Persib bertandang ke Surabaya, kita sambut," tambah Armuji.

Dukungan Optimal dengan Batasan

Menurut Armuji, Bonek dan Bonita hanya ingin memberikan dukungan yang optimal kepada Persebaya saat laga berlangsung. Mereka memahami bahwa cemoohan terhadap tim lawan hanya merupakan bagian dari ekspresi dukungan selama pertandingan.

"Di dalam stadion, mereka memberikan dukungan pada pemainnya, enggak apa-apa mau teriak-teriak mau ngejek enggak masalah. Itu pada saat mereka 2x45 menit," paparnya. Selepas itu, Bonek dan Bonita akan kembali bersikap bersahabat dengan suporter lawan. "Setelah itu kita baik bersahabat lagi, kita jamu, kita kasih nasi bungkusan. Senang lihat begitu kan, senang sekali. (Bonek) sudah dewasa dan semua suporter yang berkaitan dengan sepak bola dianggap saudaranya semua," imbuh Armuji.

Tantangan Kekerasan Antar Suporter

Meskipun kedewasaan Bonek dan Bonita patut diacungi jempol, Armuji menyadari bahwa kekerasan antar suporter masih menjadi masalah serius di Indonesia. Beberapa hari yang lalu, sebuah insiden kekerasan menimpa seorang pria tunawicara yang mengenakan baju Persib. Dia dikeroyok oleh sejumlah orang yang diduga anggota The Jakmania di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur. Korban terlihat sangat ketakutan, bahkan melompat ke beberapa peron dalam upaya menyelamatkan diri.

Rivalitas yang panas antara klub-klub besar seperti Persija dan Persib, serta Persebaya dan Arema Malang, kerap kali memicu konflik di luar lapangan. Kekerasan suporter ini bukanlah masalah sepele dan memerlukan perhatian khusus karena berpotensi membahayakan hidup banyak orang.

Mengatasi Kekerasan: Tanggung Jawab Bersama

Menurut data penelitian, faktor pemicu kekerasan antar suporter dapat berasal dari dendam masa lalu, provokasi media sosial, hingga minimnya keamanan dan pengawasan pihak berwenang pada saat pertandingan. Untuk itu, perlu ada kerja sama berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini.

Armuji mengajak semua pihak, termasuk pengurus klub, suporter, dan pihak keamanan untuk bersama-sama mencari solusi dalam menekan aksi kekerasan tersebut. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah edukasi dan pendekatan persuasif terhadap suporter untuk menumbuhkan sikap sportif dan toleran.

"Kedewasaan yang telah ditunjukkan Bonek dan Bonita adalah contoh nyata bahwa perubahan sikap suporter ke arah yang lebih baik itu sangat mungkin dilakukan. Kami berharap semua suporter di Indonesia dapat meneladani perilaku positif ini," ujarnya menutup pernyataan.

Dengan langkah nyata yang dilakukan oleh Bonek dan Bonita dalam menciptakan suasana damai dan bersahabat, diharapkan mampu menginspirasi suporter klub lain untuk turut serta dalam membangun kultur sepak bola Indonesia yang lebih dewasa dan ramah. Meski masih ada tantangan yang harus dihadapi, namun harapan untuk mewujudkan atmosfer sepak bola yang aman dan nyaman di berbagai kota di Indonesia tetap harus diperjuangkan.