Sinergi Dokter dan Teknologi AI: Jalan Menuju Indonesia Sehat 2045

Sinergi Dokter dan Teknologi AI: Jalan Menuju Indonesia Sehat 2045

JAKARTA -  Di era modern yang penuh tantangan dan perubahan, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, menegaskan pentingnya sinergi antara dokter dan kecerdasan buatan (AI). Meski ribuan jenis pekerjaan berpotensi terdampak oleh AI, Satryo meyakini profesi dokter tidak akan sepenuhnya tergantikan. Namun, dokter yang cerdas memanfaatkan AI diprediksi akan lebih unggul dibanding mereka yang tidak.

Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Satryo secara daring dalam Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) XXXII yang berlangsung di Lombok pada Kamis (13/2). "Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, dokter yang mengintegrasikan AI ke dalam praktik medis mereka akan lebih kompetitif dan efektif," ujar Satryo.

Tantangan dan Sinergi Menuju Masa Depan

Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan strategis, seperti perubahan iklim, perlambatan ekonomi global, dan ancaman pandemi baru. Tidak ketinggalan, gelombang disrupsi teknologi dan AI turut mendesak sektor kesehatan dan pendidikan untuk beradaptasi. Untuk itulah, kerja sama strategis antara Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadi sangat vital.

Dalam bulan Januari kemarin, Kemdiktisaintek telah memulai kerja sama dengan Kemenkes untuk mengembangkan sistem seleksi penerimaan peserta didik dokter spesialis dan subspesialis dari fakultas kedokteran. "Ini kami lakukan sebagai simbol sinergitas kedua kementerian. Selain target Indonesia Emas, kami menetapkan agenda baru yakni Indonesia Sehat 2045," jelas Menteri Satryo.

Peta jalan untuk menuju Indonesia Sehat 2045 harus dimulai dengan optimalisasi upaya preventif dalam kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi yang kuat antara sistem pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai.

Pendidikan Kedokteran dan Teknologi AI

Menteri Satryo menekankan pentingnya pendidikan kedokteran yang berkualitas dan relevan untuk menjawab tantangan strategis yang dihadapi Indonesia. "Pendidikan kedokteran yang berkualitas dan relevan mutlak diperlukan sebagai solusi atas tantangan strategis bangsa Indonesia menuju Indonesia Emas dan Indonesia Sehat," tambahnya.

AI berpotensi besar dalam mentransformasi dunia medis. Dengan AI, dokter dapat memperoleh diagnosis yang lebih akurat, merencanakan perawatan yang lebih tepat, dan meningkatkan efisiensi rumah sakit. Dalam konteks ini, AI tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi sebagai mitra intelektual yang memperkaya keahlian medis.


Implementasi Strategis dan Komitmen

Menutup paparannya, Menteri Satryo juga menekankan bahwa pendidikan kedokteran harus berorientasi pada peningkatan akses, mutu, relevansi, dan dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Langkah ini senada dengan strategi Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, yang fokus pada pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dan sehat.

Satryo menambahkan bahwa capaian tujuan Indonesia Sehat 2045 harus didukung dengan inovasi berkelanjutan di bidang pendidikan dan kesehatan. "Kita harus memastikan bahwa setiap langkah yang kita ambil membawa dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat luas," tegasnya.


AI dan Masa Depan Profesi Kedokteran

Penerapan AI dalam dunia kedokteran membuka peluang baru serta mengubah wajah pelayanan medis secara signifikan. Dengan AI, diagnosis penyakit bisa menjadi lebih cepat dan tepat, perawatan lebih disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dan pengelolaan data pasien bisa lebih efisien.

Namun, adopsi teknologi ini harus diiringi dengan pelatihan dan pendidikan yang memadai bagi para tenaga medis. "Masa depan kesehatan ada di tangan kita, dan kita tidak bisa melakukannya sendirian. Teknologi adalah alat bantu, tetapi dokter tetap penentu proses pengambilan keputusan," ujar Satryo.