Kamis, 30 Oktober 2025

Memahami Trigger Trauma dan Cara Bijak Mengelolanya agar Emosi Tetap Seimbang

Memahami Trigger Trauma dan Cara Bijak Mengelolanya agar Emosi Tetap Seimbang
Memahami Trigger Trauma dan Cara Bijak Mengelolanya agar Emosi Tetap Seimbang

JAKARTA - Pernahkah Anda tiba-tiba merasa takut, cemas, atau sedih tanpa tahu sebabnya, hanya karena mendengar suara tertentu atau mengunjungi tempat yang tampak biasa? Jika pernah, bisa jadi Anda sedang mengalami trigger trauma, suatu kondisi yang membuat kenangan emosional dari masa lalu muncul kembali seolah baru terjadi.

Bagi sebagian orang, trigger trauma sering dianggap hal kecil. Padahal, reaksi ini bisa sangat mengganggu, terutama bagi mereka yang pernah mengalami kejadian traumatis seperti kekerasan, kecelakaan, atau kehilangan mendalam. Memahami apa itu trigger trauma dan bagaimana mengelolanya dengan baik adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan mendukung proses pemulihan emosional.

Melansir dari laman Psychology Everywhere, trigger trauma adalah hal-hal tertentu yang mampu membangkitkan kembali ingatan, emosi, atau reaksi tubuh terhadap pengalaman menyakitkan di masa lalu. Pemicu ini bisa datang dari dalam diri seseorang (internal) atau dari luar (eksternal), dan sering kali menimbulkan perasaan seolah kejadian itu terulang lagi.

Baca Juga

Resep Pear Puff Pastry Mewah dan Mudah, Dessert Elegan yang Bisa Dibuat Siapa Saja

Mengenal Lebih Dalam Tentang Trigger Trauma

Trigger trauma dapat muncul dalam berbagai bentuk. Setiap orang memiliki pemicu yang berbeda, tergantung pada pengalaman hidupnya. Misalnya, seseorang yang pernah mengalami kecelakaan mobil mungkin akan panik saat mendengar suara ban berdecit, sementara korban kekerasan fisik bisa merasa takut saat disentuh tiba-tiba.

Bahkan hal yang tampak sederhana, seperti aroma tertentu atau suasana di sebuah tempat, bisa menjadi pemicu kuat karena mengingatkan pada peristiwa traumatis di masa lalu. Inilah sebabnya, mengenali pemicu pribadi sangat penting agar seseorang dapat memahami reaksi emosionalnya dan belajar mengelolanya dengan lebih sehat.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ketika seseorang mengalami kejadian traumatis, otak mencatat setiap detail yang menyertainya—suara, bau, ekspresi wajah, hingga suasana tempat kejadian. Semua hal itu kemudian diasosiasikan dengan bahaya. Jadi, ketika otak menemukan rangsangan yang mirip di masa kini, sistem pertahanan tubuh otomatis aktif dan menimbulkan reaksi “siaga” atau fight-or-flight response.

Sayangnya, otak tidak selalu mampu membedakan mana bahaya nyata dan mana sekadar kenangan masa lalu. Akibatnya, tubuh bereaksi berlebihan—seperti jantung berdebar, napas cepat, atau muncul rasa takut ekstrem—padahal situasi sebenarnya aman. Reaksi inilah yang membuat seseorang merasa seolah-olah kembali ke dalam peristiwa traumatis tersebut.

Jenis-Jenis Trigger Trauma yang Sering Dialami

Trigger trauma tidak selalu terlihat jelas. Ada yang datang dalam bentuk nyata, ada pula yang terselubung di balik emosi atau suasana tertentu. Berikut beberapa jenis trigger trauma yang umum terjadi:

-Trigger Visual: Melihat gambar, tempat, atau situasi yang menyerupai peristiwa traumatis bisa membangkitkan kenangan dan perasaan tidak nyaman.

-Trigger Pendengaran: Suara keras, musik tertentu, atau nada bicara bisa memunculkan rasa takut dan panik bagi sebagian orang.

-Trigger Fisik: Sentuhan, aroma, atau suhu tertentu bisa membuat tubuh bereaksi, seperti gemetar atau jantung berdebar cepat.

-Trigger Emosional: Perasaan seperti takut, ditolak, atau diabaikan dapat memicu kenangan menyakitkan dari masa lalu, terutama bila emosi serupa pernah muncul saat trauma terjadi.

Setiap orang memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap pemicunya. Karena itu, tidak ada satu cara tunggal untuk menanganinya—yang penting adalah memahami reaksi tubuh dan mencari strategi yang paling sesuai dengan diri sendiri.

Langkah Efektif untuk Mengelola Trigger Trauma

Menghadapi trigger trauma memang bukan perkara mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan latihan, kesabaran, dan dukungan yang tepat, seseorang dapat belajar mengendalikan reaksi emosionalnya dan membangun rasa aman kembali. Berikut beberapa cara yang dapat membantu:

-Gunakan Teknik Grounding (Pembumian):
Teknik ini membantu Anda tetap fokus pada masa kini saat rasa panik muncul. Coba metode 5-4-3-2-1: sebutkan lima hal yang bisa dilihat, empat hal yang bisa disentuh, tiga hal yang bisa didengar, dua hal yang bisa dicium, dan satu hal yang bisa dirasakan. Tarik napas perlahan dan sadari bahwa Anda berada di tempat yang aman.

-Lakukan Terapi Perilaku Kognitif (CBT):
CBT membantu mengenali pikiran negatif yang muncul akibat pemicu, lalu mengubahnya menjadi lebih realistis. Dengan bimbingan profesional, Anda bisa belajar menenangkan diri saat menghadapi situasi yang memunculkan reaksi emosional ekstrem.

-Latihan Mindfulness dan Meditasi:
Melatih kesadaran diri membantu Anda menyadari pikiran tanpa menghakimi. Mindfulness membuat tubuh lebih tenang dan membantu mengurangi intensitas reaksi saat menghadapi pemicu.

-Hindari Pemicu Sementara Waktu:
Tidak apa-apa memberi jarak dari situasi, tempat, atau orang yang bisa memicu trauma, setidaknya sampai Anda merasa lebih stabil secara emosional. Menghindar bukan berarti lemah, tetapi bagian dari proses perlindungan diri.

-Bangun Sikap Kasih Diri (Self-Compassion):
Jangan menyalahkan diri sendiri ketika Anda terpicu. Ingat bahwa reaksi itu adalah mekanisme alami tubuh untuk melindungi diri. Beri ruang bagi perasaan Anda untuk -muncul dan pulih dengan perlahan.

-Cari Dukungan Profesional:
Bila trigger trauma mulai mengganggu rutinitas atau kualitas hidup, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog atau terapis. Terapi seperti EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) dan TF-CBT (Trauma-Focused Cognitive Behavioral Therapy) terbukti membantu individu memproses pengalaman traumatis dengan lebih aman dan efektif.

Seorang profesional akan membantu menelusuri penyebab trauma lebih dalam dan memberikan strategi yang sesuai dengan kondisi pribadi Anda.

Mengelola Trauma adalah Proses, Bukan Perlombaan

Menghadapi trigger trauma bukanlah perjalanan singkat, tetapi proses yang membutuhkan waktu dan kesabaran. Setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah pencapaian besar.

Trigger trauma sendiri adalah bagian alami dari proses penyembuhan diri. Dengan memahami sumber pemicunya, mengenali reaksi tubuh, serta menerapkan teknik pengelolaan yang tepat, Anda dapat kembali memegang kendali atas emosi dan kehidupan Anda.

Perlahan tapi pasti, luka lama bisa sembuh. Tidak harus sempurna, cukup terus berproses dan menghargai diri sendiri di setiap tahapnya.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Camilan Sehat yang Bisa Tahan Lama, Berikut Resep Jamur Krispi Super Renyah

Camilan Sehat yang Bisa Tahan Lama, Berikut Resep Jamur Krispi Super Renyah

4 Resep Bumbu Tengkleng Autentik Solo, Kuah Gurih yang Kaya Rempah

4 Resep Bumbu Tengkleng Autentik Solo, Kuah Gurih yang Kaya Rempah

Panduan Memilih Softlens yang Aman dan Nyaman, Cocok untuk Mata Sensitif

Panduan Memilih Softlens yang Aman dan Nyaman, Cocok untuk Mata Sensitif

Bahaya Inhaler Herbal Terkontaminasi Mikroba dan Risiko Kesehatan yang Perlu Diwaspadai

Bahaya Inhaler Herbal Terkontaminasi Mikroba dan Risiko Kesehatan yang Perlu Diwaspadai

5 Zodiak yang Paling Bisa Jadi Pendengar Setia, Teman Curhat Tanpa Drama

5 Zodiak yang Paling Bisa Jadi Pendengar Setia, Teman Curhat Tanpa Drama