Hutama Karya Dukung Likupang Hijau Lewat Program TJSL Sampah
JAKARTA - Sebagai bagian dari upaya memperkuat pembangunan berkelanjutan di kawasan pariwisata prioritas nasional, PT Hutama Karya (Persero) menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Bersama 27 BUMN lainnya, Hutama Karya berpartisipasi aktif dalam Seremoni Serah Terima Hasil Program Kolaborasi TJSL Olah Sampah Likupang, yang digelar.
Kegiatan ini menjadi penanda penting dari kolaborasi lintas BUMN yang diinisiasi oleh Badan Pengaturan BUMN (BP BUMN), dengan Indonesia Financial Group (IFG) sebagai PIC dan Wijaya Karya (WIKA) sebagai Co PIC. Program yang dijalankan sejak April 2022 hingga Desember 2024 ini fokus pada penerapan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) di tiga desa wisata di Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Baca Juga
Kolaborasi BUMN untuk Lingkungan dan Ekonomi Lokal
Program TJSL Olah Sampah Likupang bukan sekadar proyek kebersihan, melainkan bagian dari strategi besar untuk meningkatkan kualitas lingkungan, memperkuat kapasitas masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Pulisan, Desa Kinunang, dan Desa Marinsow, dengan fokus pada perlindungan kawasan pesisir, pengelolaan limbah, serta edukasi lingkungan bagi masyarakat dan wisatawan. Pendekatan ESG yang diterapkan tidak hanya menjaga kebersihan pesisir, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya keberlanjutan.
Menurut Mardiansyah, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, keterlibatan perusahaan dalam inisiatif ini merupakan bentuk kontribusi nyata BUMN dalam memperkuat destinasi pariwisata unggulan Indonesia.
“Bagi Hutama Karya, inisiatif ini menjadi kesempatan besar dalam mewujudkan tujuan utama mendukung pengembangan Likupang sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) guna menguatkan pengembangan pilar pariwisata sebagai pilar ekonomi nasional,” ujar Mardiansyah.
Dukung Pengelolaan Sampah Terpadu dan Peningkatan SDM
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, berbagai program pendukung dilakukan. Hutama Karya bersama BUMN lainnya membantu pengadaan sarana prasarana pengelolaan sampah terpadu, pelatihan kewirausahaan, serta pengembangan Bank Sampah di tiga desa tersebut.
Selain itu, bantuan juga diberikan berupa dua unit motor gerobak sampah, tiga unit mesin press, dan pembangunan spot wisata instagramable yang menjadi daya tarik tambahan bagi pengunjung.
Langkah ini tidak hanya memperkuat pengelolaan sampah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui daur ulang menjadi produk kreatif dan suvenir khas Likupang. Pendekatan ini menciptakan ekosistem ekonomi sirkular yang mendukung masyarakat lokal untuk memperoleh pendapatan tambahan.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh lembaga independen Olahkars, outcome program TJSL Olah Sampah Likupang menunjukkan hasil signifikan:
Pilar Ekonomi: 54,72% atau senilai Rp3,31 miliar
Pilar Sosial: 43,17% atau Rp2,61 miliar
Pilar Lingkungan: 2,11% atau Rp128 juta
Angka tersebut menggambarkan kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan warga, penguatan kelembagaan Bank Sampah, serta peningkatan kepercayaan dan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan BUMN.
Kolaborasi Multi-Pihak Wujudkan Dampak Nyata
Hasil positif ini tidak lepas dari kerja sama banyak pihak. Program TJSL Olah Sampah Likupang menjadi contoh sinergi antara BUMN, pemerintah, dan masyarakat.
Pihak-pihak yang terlibat di antaranya Rumah Bakti BUMN, Bank Sampah Desa Pulisan, Kinunang, dan Marinsow, Komunitas Likupang Raya, serta Yayasan Gellar Bhakti Nusa. Sementara dari unsur pemerintah hadir Pemerintah Desa Pulisan, Marinsow, dan Kinunang yang turut memastikan keberlanjutan program di tingkat lokal.
Seremoni serah terima hasil program dilaksanakan di dua lokasi utama, yaitu Rumah Bakti BUMN Desa Pulisan 1 dan Pantai Paal Desa Marinsow. Acara dihadiri oleh Asdep Bidang TJSL BP BUMN Edi Eko Cahyono, Sekretaris Daerah Minahasa Utara Ir. Novly G. Wowiling, M.Si, serta Kepala Unit TJSL Hutama Karya Agus Kosasih.
Rangkaian acara meliputi penandatanganan prasasti Rumah Bakti BUMN, simulasi pengelolaan sampah terpadu, pelatihan kewirausahaan, serta monitoring dan evaluasi program. Semua kegiatan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas masyarakat agar dapat melanjutkan pengelolaan sampah secara mandiri setelah program berakhir.
Membangun Sinergi dan Kepercayaan Masyarakat
Dalam kesempatan tersebut, Mardiansyah menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya sekadar seremoni, tetapi menjadi momentum untuk mempererat kerja sama antara BUMN, pemerintah daerah, dan masyarakat.
“Seremoni ini sekaligus kami maksudkan sebagai ajang untuk mendorong peningkatan komunikasi dan kerja sama antar desa di Likupang Timur dalam pengembangan pengelolaan sampah, mewadahi interaksi masyarakat melalui pembinaan Bank Sampah dan pengembangan potensi pariwisata Likupang, sekaligus memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap BUMN,” tuturnya.
Ia juga menambahkan, program kolaborasi ini diharapkan menjadi model pengelolaan lingkungan yang tidak hanya berfokus pada aspek ekologis, tetapi juga berdampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Harapannya, program Kolaborasi TJSL Olah Sampah Lingkungan ini tidak hanya bermanfaat bagi ekologis, melainkan juga menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang positif untuk masyarakat dan lingkungan melalui pengembangan wisata lokal dan pengembangan pengolahan sampah demi peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tutup Mardiansyah.
Dengan hasil yang telah dicapai, inisiatif ini membuktikan bahwa sinergi antara BUMN, pemerintah, dan masyarakat mampu menciptakan perubahan nyata. Program TJSL Olah Sampah Likupang menjadi contoh implementasi tanggung jawab sosial yang berdampak luas — tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga menggerakkan ekonomi dan memperkuat identitas pariwisata berkelanjutan Indonesia.
Rekomendasi
