Kamis, 02 Oktober 2025

Cabai dan Ayam Dorong Inflasi Volatile Food September

Cabai dan Ayam Dorong Inflasi Volatile Food September
Cabai dan Ayam Dorong Inflasi Volatile Food September

JAKARTA - Inflasi harga komoditas bergejolak (volatile goods) pada September 2025 tercatat menjadi yang tertinggi, mencapai 6,44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menyebutkan bahwa kenaikan harga cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, serta beras menjadi faktor utama dalam mendorong Indeks Harga Konsumen (IHK) naik. Rabu (1 Oktober 2025), ia menegaskan, meskipun inflasi tahunan September tercatat sebesar 2,65 persen (yoy) dan 0,21 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), tekanan dari komoditas bergejolak cukup signifikan.

“Komoditas yang dominan memiliki andil terhadap inflasi adalah cabai merah, bawang merah, beras, dan ayam daging ras,” jelas Habibullah dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta.

Secara rinci, inflasi tahunan September 2025 terdiri dari tiga komponen utama. Pertama, inflasi harga bergejolak mencapai 6,44 persen (yoy) dengan andil 1,03 persen terhadap inflasi umum. Kedua, inflasi inti sebesar 2,19 persen (yoy) dengan andil 1,41 persen, terutama dari emas dan perhiasan, minyak goreng, hingga kopi bubuk. Ketiga, inflasi harga diatur pemerintah tercatat 1,10 persen (yoy) dengan andil 0,21 persen, dipengaruhi oleh tarif air PAM, rokok kretek mesin (SKM), dan bahan bakar rumah tangga.

Baca Juga

Peluang Karier Relationship Officer BCA untuk Lulusan Baru

Habibullah menambahkan bahwa inflasi harga bergejolak pada September 2025 tercatat menyentuh level tertinggi sejak Juni 2024, mencerminkan fluktuasi harga komoditas yang secara historis sensitif terhadap musim, distribusi, dan permintaan masyarakat.

Analisis Ekonom

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menilai bahwa cabai merah dan daging ayam ras memiliki peran paling signifikan dalam mendorong inflasi komponen harga bergejolak tersebut. Menurutnya, meski beras memiliki bobot besar dalam keranjang IHK, komoditas ini tidak menjadi penyumbang utama inflasi tahunan karena pada bulan bersangkutan, harga beras justru mengalami deflasi secara bulanan.

“Meski harga beras lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu, secara bulanan beras mengalami deflasi sehingga berperan sebagai peredam inflasi pada bulan September,” ujar Yusuf kepada Bisnis, Rabu.

Bawang merah pun memberikan kontribusi berbeda. Pada bulan tersebut, harganya cenderung menekan inflasi bulanan, meskipun tetap tercatat dalam kelompok volatile food. Dengan demikian, komoditas yang lebih fluktuatif secara historis seperti cabai dan ayam menjadi penentu utama kenaikan inflasi tahunan September 2025.

Perbedaan Inflasi Tahunan dan Bulanan

Data BPS menunjukkan bahwa inflasi tahunan untuk harga bergejolak sebesar 6,44 persen, sedangkan inflasi bulanan September 2025 hanya 0,21 persen. Fenomena ini disebabkan oleh deflasi harga beras sebesar 0,13 persen dari Agustus ke September 2025, yang menjadi peredam tekanan inflasi bulanan. Menurut Habibullah, ini merupakan deflasi beras kedua di tahun 2025, sebelumnya terjadi pada April 2025.

Dengan kata lain, meski beras masih menyumbang terhadap inflasi tahunan, pengaruhnya terhadap fluktuasi bulanan relatif kecil. Inflasi volatile food pada September lebih banyak ditentukan oleh komoditas yang cepat bergejolak, yakni cabai merah dan ayam ras.

Dampak Inflasi Komoditas Bergejolak

Inflasi harga bergejolak berdampak langsung pada daya beli masyarakat, terutama kelompok rumah tangga berpendapatan menengah ke bawah. Harga cabai merah yang tinggi dan daging ayam ras yang naik mendorong biaya konsumsi harian, sementara deflasi beras membantu sedikit menyeimbangkan pengeluaran.

Secara keseluruhan, inflasi tahunan September 2025 tercatat 2,65 persen (yoy), dengan inflasi inti menyumbang 2,19 persen. Inflasi inti menunjukkan tren stabil dalam harga barang dan jasa yang kurang fluktuatif, seperti perhiasan, minyak goreng, dan kopi. Sementara inflasi harga diatur pemerintah 1,10 persen menunjukkan pengaruh kebijakan tarif publik seperti air minum PAM dan energi rumah tangga.

Kenaikan inflasi September 2025 terutama dipicu oleh komoditas bergejolak, dengan cabai merah dan daging ayam ras sebagai penentu utama. Harga beras, meski tetap tinggi dibanding tahun sebelumnya, justru berperan sebagai peredam inflasi bulanan. Inflasi inti dan harga diatur pemerintah tetap stabil, menunjukkan pengaruh fluktuasi harga tidak merata di seluruh sektor.

Data ini menegaskan pentingnya pemantauan harga komoditas strategis dan kebijakan stabilisasi pangan untuk mengendalikan inflasi. Pemahaman terhadap komoditas yang bergejolak akan membantu pemerintah merumuskan strategi yang lebih efektif untuk melindungi daya beli masyarakat, terutama pada kelompok rumah tangga berpengeluaran rendah dan menengah.

Wildan Dwi Aldi Saputra

Wildan Dwi Aldi Saputra

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Rekomendasi Saham dan Update IHSG Kamis 2 Oktober 2025

Rekomendasi Saham dan Update IHSG Kamis 2 Oktober 2025

Cara Praktis dan Cepat Cek Pajak Kendaraan Online 2025

Cara Praktis dan Cepat Cek Pajak Kendaraan Online 2025

Jadwal Dividen Interim Astra Agro, Cuan Menanti Pemegang Saham

Jadwal Dividen Interim Astra Agro, Cuan Menanti Pemegang Saham

Rupiah Menguat Hadapi Dolar AS di Awal Oktober 2025

Rupiah Menguat Hadapi Dolar AS di Awal Oktober 2025

Harga Emas Perhiasan Hari Ini, Pilihan Lengkap Beragam Kadar

Harga Emas Perhiasan Hari Ini, Pilihan Lengkap Beragam Kadar