Selasa, 09 September 2025

Daftar Psikopat Wanita Terkejam di Dunia Paling Terkenal

Daftar Psikopat Wanita Terkejam di Dunia Paling Terkenal
psikopat wanita terkejam di dunia

Psikopat wanita terkejam di dunia bukan cuma fiksi, sebab psikopat tak selalu pria—wanita pun bisa lebih kejam dan tak terduga.

Anggapan ini muncul karena sebagian besar pelaku psikopat terkenal memang berasal dari kalangan pria. 

Beberapa contoh yang paling sering disebutkan antara lain Ted Bundy, Jeffrey Dahmer, Vlad the Impaler, hingga karakter fiksi seperti Norman Bates—semuanya laki-laki. 

Baca Juga

iPhone 17 Tetap Diburu Meski Daya Beli Turun

Meski demikian, asumsi bahwa hanya pria yang bisa menjadi psikopat tentu keliru. Perlu diketahui bahwa ada juga wanita yang memiliki kecenderungan serupa dan mampu menunjukkan perilaku kejam tak kalah dari para pria tersebut.

Dalam realitanya, terdapat sejumlah wanita yang ternyata adalah sosok manipulatif, sadis, dan tak memiliki empati, yang menjadi ciri utama seorang psikopat. 

Bahkan, tindakan kejahatan yang mereka lakukan kadang jauh lebih brutal dan tersembunyi dibandingkan para pria. 

Para wanita ini menjalani kehidupan ganda, mampu menampilkan wajah ramah dan lembut di hadapan publik, namun di sisi lain menyimpan sisi gelap yang mematikan.

Jika kamu penasaran siapa saja psikopat wanita terkejam di dunia sepanjang sejarah, maka kamu bisa mempelajari lebih lanjut lewat penjelasan lengkap mengenai definisi psikopat, ciri-ciri yang kerap muncul, serta daftar nama wanita yang dikenal karena kejahatan brutal yang mereka lakukan.

Pengertian dan Ciri-ciri Psikopat

Gangguan mental yang dikenal sebagai psikopati ditandai oleh perilaku yang mengarah pada sikap egosentris serta kecenderungan antisosial. 

Istilah ini berasal dari gabungan dua kata Yunani, yaitu psyches yang berarti “jiwa” dan pathos yang berarti “penyakit.” 

Seseorang yang mengalaminya sering dijuluki sebagai psikopat atau sosiopat, karena sikapnya yang bertentangan dengan norma sosial dan kerap menyakiti orang-orang di sekitarnya.

Meski sering disamakan dengan kondisi kejiwaan seperti skizofrenia atau psikosis, kenyataannya psikopati berbeda karena penderitanya tetap memiliki kesadaran penuh atas segala tindakan yang dilakukannya. 

Maka tak heran jika pengidap psikopati sering disebut sebagai individu yang sepenuhnya waras namun melakukan tindakan seperti orang gila. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa satu dari seratus orang di dunia termasuk dalam kategori ini.

Sayangnya, mayoritas dari mereka, yakni lebih dari 80%, tidak terdeteksi karena hidup bebas di masyarakat, bukan berada di balik jeruji penjara atau di lembaga kejiwaan. Di samping itu, kondisi ini juga sangat sulit untuk disembuhkan.

Robert D. Hare, seorang pakar internasional dalam bidang psikopati yang juga merupakan profesor di Universitas British Columbia di Vancouver, Kanada, telah meneliti perilaku psikopat selama lebih dari dua dekade. 

Ia menemukan bahwa individu dengan gangguan ini sering kali pandai menyembunyikan jati dirinya melalui berbagai rekayasa sosial, seperti memelintir kebenaran, menyebarkan fitnah, hingga berbohong untuk mendapatkan kepuasan pribadi dan keuntungan tertentu.

Dalam kasus kriminal, psikopat kerap muncul sebagai pelaku kekerasan, pemerkosa, atau koruptor. Namun, jumlah mereka hanya sekitar 15 sampai 20 persen dari seluruh populasi psikopat. 

Sebagian besar lainnya justru tampil dengan citra yang menarik: rapi, pandai berbicara, memikat, dan menyenangkan dalam pergaulan sehari-hari.

Meskipun ada sejumlah tanda yang biasanya ditemukan pada individu dengan kepribadian ini, perlu ditekankan bahwa tanda-tanda tersebut tidak seharusnya langsung dijadikan dasar untuk melabeli seseorang. 

Penentuan apakah seseorang benar-benar mengidap psikopati memerlukan evaluasi yang komprehensif, termasuk wawancara mendalam dan pengamatan secara sistematis. 

Memberikan cap psikopat secara sembarangan bisa berakibat buruk dan merusak reputasi orang tersebut.

Di dunia medis, istilah “psikopat” sebenarnya tidak digunakan secara resmi dalam diagnosis klinis. 

Para profesional kesehatan mental lebih memilih menggunakan istilah “gangguan kepribadian antisosial” untuk menggambarkan kondisi yang memiliki gejala serupa.

Gejala-gejala yang mengarah pada gangguan ini biasanya sudah dapat dikenali sejak masa anak-anak dan cenderung semakin parah seiring bertambahnya usia. 

Anak-anak yang menunjukkan kecenderungan ini sering kali memiliki perilaku menyimpang, seperti tidak jujur di sekolah, sering membolos, terlibat perkelahian, menggunakan zat adiktif, dan merusak fasilitas umum.

Beberapa tanda yang umum ditemukan pada individu dengan gangguan kepribadian antisosial mencakup sejumlah karakteristik khas berikut:

Kecenderungan untuk Menyampaikan Informasi Palsu

Orang dengan gangguan ini kerap memalsukan fakta untuk menghindari konsekuensi atau membangun citra diri yang positif. 

Mereka juga kerap menutupi kebohongan lama dengan membuat narasi baru agar selaras dengan situasi yang mereka hadapi saat ini. Saat kebohongannya terbongkar, mereka biasanya memberikan alasan dan memodifikasi cerita.

Ketidakmampuan Merasakan Empati

Salah satu pembeda utama antara individu ini dan orang pada umumnya adalah ketidakhadiran hati nurani dan dasar etika. Mereka tidak merasa bersalah walau telah merugikan atau menyakiti orang lain. 

Mereka tidak peka terhadap perasaan seperti ketakutan, kesedihan, atau kecemasan yang dialami orang lain. 

Bahkan terhadap orang terdekat, seperti keluarga atau teman, mereka tetap acuh. Mereka juga hampir tidak pernah menunjukkan ekspresi emosional secara nyata.

Kesukaan terhadap Pelanggaran Aturan

Orang normal umumnya memiliki pemahaman dasar tentang etika dan hukum. Namun, individu dengan kecenderungan antisosial merasa tidak nyaman dengan aturan dan cenderung menentangnya. 

Mereka seringkali berkonflik dengan sistem hukum atau norma sosial, tanpa menunjukkan rasa bersalah karena percaya bahwa pandangan merekalah yang paling benar.

Memiliki Sifat Mementingkan Diri Sendiri

Meski tidak semua orang dengan kepribadian yang suka menonjolkan diri termasuk dalam kategori ini, banyak dari mereka memiliki karakteristik seperti senang menjadi pusat perhatian, suka mengatur, percaya diri secara berlebihan, merasa lebih unggul dibanding orang lain, dan menunjukkan sikap angkuh.

Enggan Memikul Tanggung Jawab

Mereka seringkali menolak tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan, dan lebih suka menyalahkan pihak lain atas masalah yang mereka alami. Komitmen yang dibuat pun sering diabaikan, dan janji yang diucapkan tidak bisa dijadikan pegangan.

Tidak Memiliki Rencana Jangka Panjang yang Jelas

Meskipun terkadang mereka menyatakan ingin sukses atau dikenal luas, mereka tidak memiliki langkah konkret untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka percaya bahwa tujuan hidup dapat diraih dengan mudah tanpa usaha atau strategi yang nyata.

Individu dengan kondisi ini biasanya juga kurang mampu menggambarkan keluhan yang mereka rasakan secara jelas. 

Mereka jarang merasa perlu mencari bantuan medis, dan hanya diperiksa oleh tenaga profesional ketika perilaku mereka menyebabkan gangguan besar pada kehidupan pribadi maupun sosialnya, atau ketika terlibat masalah hukum.

Untuk memastikan apakah seseorang benar-benar mengalami gangguan antisosial, diperlukan serangkaian prosedur evaluasi medis, antara lain:

  • Penelusuran latar belakang dan karakter kepribadian

Dokter akan mengkaji riwayat hidup individu yang dicurigai, untuk menemukan pola-pola perilaku yang relevan.

  • Pemeriksaan psikologis mendalam

Langkah ini bertujuan untuk memahami cara berpikir, emosi, kebiasaan perilaku, serta sejarah keluarga. Di dalamnya termasuk tes kepribadian dan tes klinis yang menilai kemungkinan kecenderungan menyakiti diri sendiri atau orang lain.

  • Deteksi terhadap gejala lain yang berhubungan dengan gangguan psikologis

Dokter juga akan memeriksa apakah terdapat gangguan mental lain yang menyertai.

Pemeriksaan seperti di atas penting dilakukan, karena dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dengan gangguan ini dapat tampil sepenuhnya normal. Mereka bisa bekerja, bersosialisasi, dan menjalani kehidupan seperti kebanyakan orang. 

Namun jika terdapat tanda-tanda yang mengarah pada gangguan perilaku serius, sebaiknya segera menghubungi ahli seperti psikolog atau psikiater, agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan diberikan penanganan yang sesuai.

Daftar Psikopat Wanita Terkejam di Dunia

Berikut ini adalah deretan nama psikopat wanita terkejam di dunia yang disusun berdasarkan berbagai informasi dari sumber-sumber terpercaya dan relevan.

Isabella Guzman

Pada tahun 2020, publik dihebohkan oleh kasus pembunuhan di Colorado, Amerika Serikat. 

Isabella Guzman, seorang wanita, diadili untuk kejahatan menikam ibu kandungnya, Yun Mi Hoy, di bagian wajah dan leher pada tahun 2013. Saat sidang, ia terlihat tersenyum.

Menurut keterangan ayah tirinya, Ryan Hoy, Isabella (18 tahun saat itu) dan ibunya sering bersitegang. Sebelum kejadian, Isabella sempat meludahi ibunya dan mengirim email berisi ancaman, “kamu akan membayar.” 

Beberapa hari kemudian, ia menyerang ibunya di kamar mandi; sang ayah tiri mendengar suara ketukan dan melihat darah keluar dari balik pintu. Korban ditemukan telah tewas dengan luka tusukan dan sayatan.

Setelah itu, Isabella pergi keluar rumah dengan pakaian berlumuran darah, kemudian menghampiri toko untuk membersihkan diri sambil mengaku baru saja menjadi korban kekerasan seksual. Namun, pihak berwenang akhirnya menangkapnya.

Tim medis kemudian mendiagnosis bahwa Isabella mengidap skizofrenia paranoid, yang menyebabkan dia sering mengalami halusinasi dan berbicara sendiri. 

Ia kemudian dirawat di Colorado Mental Health Institute, Pueblo, tanpa batas waktu sampai dianggap aman.

Kasus ini pertama kali mencuat pada musim panas 2014 ketika dokter membocorkan kepada pengadilan bahwa ia menderita skizofrenia berat dan delusi selama bertahun-tahun. 

Setelah tujuh tahun menjalani perawatan, Isabella menyatakan bahwa kondisinya sudah stabil dan ia pun mengajukan permohonan pembebasan. Sementara itu, video rekaman wawancara pengadilan pada 2013 sempat viral di TikTok dan memicu kontroversi.

Lahir pada 1995, Isabella memiliki darah keturunan Hispanik. Sang ayah adalah Robert Guzman, sedangkan ibu kandungnya adalah Yun Mi Hoy. Ryan Hoy ikut mengambil peran sebagai figur ayah setelah ibu kandungnya meninggalkan mereka. 

Beberapa pihak menduga ia mengalami kekerasan fisik dan pelecehan seksual dari Ryan. Ada pula klaim bahwa kekerasan makin parah setelah ia meninggalkan komunitas Saksi-Saksi Yehuwa yang diikuti oleh keluarganya.

Elizabeth Bathory

Lahir pada tahun 1560, Elizabeth Bathory berasal dari kalangan bangsawan Hungaria. Namun, reputasinya tidak dibangun dari kehormatan, melainkan dari kekejamannya.

Antara 1585 dan 1610, ia diduga membunuh sekitar 600 perempuan muda, sehingga ia dikenal sebagai salah satu pelaku pembunuhan massal paling produktif dalam sejarah.

Korbannya disiksa secara sadis: digantung tanpa busana, dipaksa mengonsumsi daging mereka sendiri, ditusuk dengan jarum, dibakar, bahkan bagian intim tubuhnya disiksa.

Penyiksaan berlangsung selama berminggu-minggu hingga banyak korban meninggal karena luka dan kelaparan.

Konon, Bathory memakai darah korbannya untuk mandi dan meminumnya untuk memperoleh keabadian dan kecantikan. 

Menakjubkan, ia tak pernah dijatuhi hukuman mati. Sebaliknya, ia dikurung di dalam kamar terpencil dengan penjaga hingga meninggal pada tahun 1614.

Aileen Wuornos

Aileen Wuornos adalah seorang pembunuh berantai Amerika Serikat dengan kisah hidup yang suram. Masa kecilnya penuh penderitaan: sang ibu meninggalkannya, sedangkan ayahnya dipenjara. 

Ia akhirnya diurus oleh kakek dan nenek. Ia menyebut bahwa sang kakek pernah memperkosanya, akhirnya ia melarikan diri dan menjadi pekerja seks sejak usia 15 tahun. 

Sejak itu, ia juga melakukan tindak kriminal seperti pencurian, perampokan, ancaman, dan kekerasan.

Pada periode 1989–1990, polisi menemukan bahwa Wuornos telah membunuh enam pria, semuanya ditembak hingga tewas, beberapa korban ditemukan telanjang di tengah hutan. 

Ketika diperiksa, ia memberikan pernyataan berbeda tentang motifnya: kadang mengaku, kadang menyangkal, dan kadang mengatakan pembunuhan dilatarbelakangi niat merampok atau sebagai tindakan balas dendam atas percobaan pemerkosaan.

Setelah melalui proses hukum, ia dinyatakan bersalah atas pembunuhan disengaja. Pada tahun 2002, ia dijatuhi hukuman mati melalui suntikan mematikan. Kisah hidupnya kemudian diangkat ke layar lebar dalam film berjudul Monster.

Jane Toppan

Jane Toppan, yang sebelumnya bernama Honora Kelley, merupakan seorang perawat yang ditangkap pada tahun 1901. Berdasarkan laporan dari situs Insider, ia terbukti telah menghabisi nyawa sebanyak 31 pasiennya sendiri.

Meski dikenal ceria dan ramah, di balik sikap tersebut tersimpan niat tersembunyi. Ia memiliki ketertarikan yang tidak sehat terhadap percobaan dengan obat-obatan serta senyawa kimia pada pasien secara acak. 

Beberapa zat yang ia gunakan memiliki efek kuat, seperti morfin, atropin, dan lainnya. Seiring waktu, tindakannya menjadi lebih terarah, dan ia mulai memilih korban tertentu—termasuk saudara kandungnya sendiri, Elizabeth Brigham.

"Aku menggendongnya dalam pelukanku dan melihatnya menghembuskan napas terakhir dengan penuh kegembiraan," ujar Toppan seperti yang dikutip dari Insider.

Motif di balik pembunuhannya bermula dari rasa sakit hati setelah pria yang ia cintai memilih wanita lain. 

Meski terbukti menghilangkan puluhan nyawa, pengadilan menyatakan dirinya tidak bersalah karena mengidap gangguan jiwa. Sejak saat itu, ia dirawat di rumah sakit jiwa hingga akhir hayatnya.

Amelia Dyer

Amelia Dyer dikenal sebagai salah satu pembunuh paling produktif dalam sejarah Inggris. 

Ia menjalankan praktik bernama baby farming, yaitu menerima anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua kandungnya dan mendapatkan imbalan uang sebagai kompensasi. 

Namun alih-alih merawat, ia justru menyiksa anak-anak tersebut. Awalnya, Dyer membiarkan anak-anak tersebut kelaparan hingga meninggal dunia. 

Lama-kelamaan, ia mulai memberikan sirup opium agar kematian mereka berlangsung lebih cepat dan tanpa suara.

Ia sempat dipenjara selama enam bulan karena kasus kelalaian terhadap anak. Tapi setelah bebas, Dyer kembali melanjutkan kegiatannya. 

Kekejamannya pun meningkat, ia mulai membunuh dengan cara mencekik korban menggunakan lakban putih—yang kemudian menjadi ciri khasnya.

Walaupun hanya terbukti bersalah atas satu kasus pembunuhan karena minimnya bukti jenazah, arsip Crime Museum menyebutkan bahwa jumlah korban sebenarnya diperkirakan mencapai 200 hingga 400 anak.

Leonarda Cianciulli

Leonarda Cianciulli merupakan seorang wanita asal Italia yang dikenal karena tindakan mengerikannya pada tahun 1930-an. 

Berdasarkan laporan dari BBC, kehidupannya berubah drastis setelah mendapatkan ramalan bahwa nyawa anaknya dalam bahaya dan harus ada korban jiwa sebagai tumbal.

Cianciulli kemudian menargetkan tiga perempuan yang ia jebak untuk datang ke tokonya. 

Setelah diberi zat yang membuat mereka tidak sadar, ia membunuh mereka menggunakan kapak. Untuk menghilangkan jejak, tubuh para korban ia rebus dalam larutan soda api.

Yang paling mengejutkan, salah satu jasad korban bahkan ia ubah menjadi sabun dan dibagikan kepada tetangga-tetangganya. Setelah diadili, ia didiagnosis mengidap gangguan bipolar.

Dagmar Overbye

Dagmar Overbye adalah seorang perempuan asal Denmark yang sempat dikenal karena profesinya yang tampak mulia, yakni membantu para ibu yang tidak mampu merawat anaknya dengan mencarikan keluarga angkat. 

Namun ternyata, tindakan yang ia lakukan jauh dari kata bertanggung jawab. Alih-alih menyerahkan anak-anak tersebut kepada keluarga baru, ia malah menghabisi nyawa mereka satu per satu dengan cara dicekik. 

Belum jelas motif apa yang melatarbelakangi aksi sadisnya tersebut. Suatu ketika, seorang ibu yang telah menitipkan bayinya kepadanya datang kembali karena ingin menarik kembali anaknya. 

Namun Overbye mengaku tidak tahu menahu tentang keberadaan si anak. Karena merasa janggal, pihak berwajib pun melakukan penyelidikan dan menggeledah tempat tinggal Overbye. Di dalam tungkunya, ditemukan sisa-sisa tulang anak kecil. 

Setelah diselidiki lebih lanjut, ia akhirnya mengaku telah membunuh 16 anak. Atas kejahatan tersebut, Overbye dijatuhi hukuman mati.

Sebagai penutup, kisah mengerikan ini menjadi bukti nyata bahwa psikopat wanita terkejam di dunia tak kalah sadis dan menyeramkan dari pelaku kejahatan pria.

Bru

Bru

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Samsung Galaxy S25 FE: AI, Kamera, dan Desain Premium

Samsung Galaxy S25 FE: AI, Kamera, dan Desain Premium

Samsung Galaxy S25 FE, Alternatif Flagship untuk Content Creator

Samsung Galaxy S25 FE, Alternatif Flagship untuk Content Creator

Oppo F31 Series 5G Resmi Rilis dengan Baterai 7.000mAh

Oppo F31 Series 5G Resmi Rilis dengan Baterai 7.000mAh

Oppo A6 GT 5G Hadir, Usung Snapdragon 7 Gen 3

Oppo A6 GT 5G Hadir, Usung Snapdragon 7 Gen 3

Xiaomi 13T Resmi Hadir dengan 5G Super Cepat

Xiaomi 13T Resmi Hadir dengan 5G Super Cepat