
JAKARTA - Ketika banyak produsen ponsel harus berjibaku dengan pelemahan daya beli masyarakat, Apple tampaknya tetap percaya diri meluncurkan seri terbarunya, iPhone 17. Produk yang dibanderol di kelas premium ini diyakini masih memiliki pasar khusus di Indonesia, yaitu segmen menengah ke atas yang menjadikan kepemilikan iPhone sebagai simbol kelas sekaligus jaminan kualitas.
Pengamat ekonomi digital sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, menegaskan bahwa konsumen Apple memiliki karakteristik berbeda dibanding pengguna ponsel merek lain.
“iPhone meski mahal tetap ada penggemarnya di Indonesia, karena dianggap menunjukkan kelas dan kualitas tertentu. Jadi meski daya beli menurun tetap ada yang beli, di segmen menengah ke atas,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu, 7 September 2025.
Baca Juga
TKDN Masih Jadi Pertanyaan
Di balik potensi pasar yang menjanjikan, Heru juga mengingatkan soal kepatuhan terhadap aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Menurutnya, hingga kini belum jelas apakah iPhone 17 akan terkena kewajiban tersebut.
Heru menilai, idealnya pemerintah tetap memberlakukan aturan TKDN tanpa pengecualian. Pasalnya, regulasi ini berlaku untuk semua produsen ponsel, meskipun Indonesia memiliki kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat.
“Kesepakatan dagang pun dinilai merugikan Indonesia karena negara lain juga kena 19% tanpa ada kewajiban transfer data, beli Boeing dan BBM dari AS,” tegasnya.
Faktor Penentu: Regulasi dan Ekonomi
Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC), M. Tesar Sandikapura, menyoroti dua faktor besar yang akan sangat menentukan penjualan iPhone 17 di Indonesia, yaitu regulasi TKDN dan kondisi ekonomi domestik.
“Berdasarkan tren sebelumnya, penjualan iPhone di Indonesia selalu dipengaruhi dua faktor utama: proses terhadap aturan TKDN dan kondisi ekonomi domestik,” kata Tesar.
Ia mencontohkan kasus iPhone 16 yang sempat tertunda perilisannya akibat persoalan regulasi. Jika iPhone 17 bisa segera lolos sertifikasi, maka peluang penjualannya akan terbuka lebar.
Menurut perkiraan Tesar, penjualan iPhone 17 berpotensi menembus 400–600 ribu unit dalam enam bulan pertama. Angka ini cukup signifikan mengingat situasi pasar yang masih lesu.
Peran Kebijakan Moneter
Tesar juga menilai bahwa kebijakan moneter Bank Indonesia ikut mendukung pasar smartphone premium. Penurunan suku bunga acuan ke level 5,00% membuka ruang bagi ritel untuk menghadirkan cicilan ringan.
Dengan berbagai opsi pembayaran, seperti cicilan panjang hingga 36 bulan, program trade-in, serta paket bundling bersama operator seluler, peluang iPhone 17 untuk tetap laku keras semakin besar.
Tarif Impor AS Tak Berdampak Langsung
Di sisi lain, isu kebijakan perdagangan dari Amerika Serikat sempat menimbulkan pertanyaan. Namun, Tesar menegaskan bahwa tarif impor yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump tidak berpengaruh langsung terhadap harga iPhone di Indonesia.
“Tarif tersebut berlaku untuk impor ke Amerika Serikat, bukan ke pasar Indonesia,” katanya.
Ia menambahkan, harga iPhone di Indonesia lebih dipengaruhi faktor internal, antara lain kurs rupiah, pajak (PPN 11% dan PPh 22%), serta biaya distribusi. Karena itu, Apple bersama mitra distribusi dituntut untuk menyiapkan strategi pemasaran yang lebih adaptif di tengah menurunnya daya beli masyarakat.
Strategi Apple: Diferensiasi Fitur
Tesar menekankan bahwa kunci penjualan iPhone 17 bukan hanya soal harga, tetapi juga diferensiasi produk. Apple perlu menonjolkan keunggulan nyata dibanding seri sebelumnya agar konsumen merasa perlu melakukan upgrade.
“Apple perlu menonjolkan diferensiasi fitur iPhone 17 dibanding pendahulunya. Peningkatan di sisi kamera, performa, dan integrasi ekosistem Apple bisa menjadi alasan kuat bagi pengguna lama untuk melakukan upgrade,” pungkas Tesar.
Pasar Premium yang Tetap Kokoh
Fenomena ini memperlihatkan bahwa meskipun perekonomian domestik sedang menghadapi tantangan, segmen menengah ke atas di Indonesia tetap memiliki daya beli yang cukup kuat. Bagi kelompok konsumen ini, iPhone bukan sekadar perangkat komunikasi, melainkan juga simbol gaya hidup dan status sosial.
Keunggulan ekosistem Apple yang saling terintegrasi — mulai dari MacBook, iPad, Apple Watch, hingga layanan iCloud — juga menjadi alasan lain mengapa loyalitas konsumen terhadap iPhone relatif tinggi.
Antara Regulasi dan Strategi Bisnis
Dengan semua faktor tersebut, jelas bahwa nasib iPhone 17 di Indonesia tidak hanya ditentukan oleh daya beli masyarakat, tetapi juga ketepatan strategi Apple dalam menghadapi regulasi dan kondisi pasar lokal. Jika sertifikasi TKDN berjalan mulus dan strategi pemasaran dijalankan dengan agresif, iPhone 17 berpotensi tetap menjadi primadona meski berada di tengah pelemahan ekonomi.
Apple perlu membuktikan bahwa seri terbaru ini menawarkan sesuatu yang berbeda dibanding pendahulunya, sekaligus memberikan skema pembiayaan yang lebih terjangkau. Kombinasi keduanya akan memastikan bahwa iPhone 17 tetap laris di Tanah Air.

Wildan Dwi Aldi Saputra
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia
- 08 September 2025
2.
Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata
- 08 September 2025
3.
ULTIMA PLN Icon Plus Permudah Home Charging EV
- 08 September 2025
4.
Kilang Cilacap Tingkatkan Budaya Keselamatan Kerja
- 08 September 2025
5.
KUR BRI 2025 Tawarkan Angsuran Ringan Mudah
- 08 September 2025